// - 17 - \\

2.6K 316 9
                                    

' - mami dan Echi - '

• • • •

"Makan pepes enak kayaknya mi."

Caine menoleh, tersenyum maklum kemudian menggelengkan kepalanya pelan, sebelum akhirnya dia melanjutkan aktivitas nya yang sedang mengurus berkas.

"Ayoo main mii." Dia - Echi, berkata sembari memutar ke kanan dan ke kiri kursi putar milik sang mami.

"Bentar ya, masih ada banyak berkas yang perlu aku seleksi. Kamu main dulu sama Souta gih, dia lagi sendiri itu di pantai." Jawab Caine.

Mendengar jawaban yang diberikan sang mami, ia memajukan bibirnya beberapa centi. Badannya lemas, semangat hidupnya hilang secara tiba-tiba.

Rasanya hati mungil miliknya tersayat, sungguh sedih sekali hidupnya.

Caine mengalihkan pandangan nya, peka akan suasana hati Echi yang sedang badai, ia pun mengelus kepala Echi dengan lembut.

"Maaf ya, tapi Rion butuh banget berkas ini." Ucapnya.

Echi terdiam sejenak, kemudian mengangguk dengan senyuman nya. "Iyaa mami, lanjutin aja pekerjaannya."

Caine mengganguk, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Sedangkan Echi sendiri, ia lebih memilih memainkan ponsel miliknya. Mengscroll aplikasi bernama TakTik.

Hening melanda diruang kerja milik Caine, mereka berdua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Terhanyut dalam kegiatan tersebut, tanpa ada seorang pun yang ingin memulai percakapan.

'Cinta laki-laki pasti akan selalu habis di first love nya.'

Mendengar vidio yang diputar Echi, Caine menoleh. Menatap anak gadisnya dengan tatapan kaget. Sedangkan yang ditatap, juga menunjukkan ekspresi kaget yang sangat kentara.

Echi menoleh kaku menatap Caine, "Sumpah mi, ini lewat sendiri." Ujar nya dengan gelagapan.

Caine terkekeh, kenapa anak ini panik? Caine hanya menatapnya, bukan ingin mengomel.

"Kenapa chi? Ada masalah apa sama Gin?" Dengan suara yang amat lembut, pertanyaan itu masuk ke telinga Echi, membuatnya ingin menangis saat ini.

Ia menunduk, memilih jari-jemarinya dengan gugup.

"Thia itu ..... Orangnya kayak gimana?" Tanyanya dengan lirih.

Lagi-lagi Caine terkekeh. Merasa lucu dengan tingkah Echi yang saat ini mirip seperti anak kucing, mengingatkan dirinya ke Rion jika ia omeli.

Eh? Kenapa tiba-tiba ia memikirkan orang itu?

Caine menggeleng pelan, mengambil kembali fokusnya kepada anak nya ini.

"Thia itu sebelas duabelas kayak Key, dia cewe yang bisa diandalkan. Sifatnya baik, penyayang, meskipun agak tengil ke adik-adiknya, bahkan ke Rion sendiri. Intinya, dia itu cewe ketiga yang paling dipercaya Rion setelah Key dan El." Jelas Caine, ia tersenyum dengan lembut.

"Orang yang dipercaya papi ya?" Gumamnya.

Caine mendengar gumaman Echi, tapi ia tak memberi reaksi apa-apa.

"Berarti, Thia itu termasuk orang penting?" Echi kembali melontarkan pertanyaan.

"Eum ..... Iyaa, karna dia merupakan sumber informasi keluarga kita, dan dia orang yang dipercaya Rion. Peran Thia penting untuk keluarga." Caine menjelaskan sembari tetap mempertahankan senyum manisnya.

Echi yang mendengar penjelasan Caine semakin murung, dada nya terasa sesak, bahkan hampir tak bisa bernafas. Matanya terasa panas, ingin sekali dia menangis, namun mau ditaruh dimana harga dirinya?

"Jangan sedih chi, aku yakin banget kalo Gin sama Thia udah gaada hubungan apapun. Yang dibilang Souta kemarin cuma omongan anak kecil." Caine mengelus punggung milik Echi, berusaha menenangkan perasaan sedih di diri Echi.

"Aku ga sedih kok mi, orang cuma nyesek dikit." Elaknya.

Caine hanya tertawa sebagai tanggapan atas pengelakkan yang diberikan Echi.

"Jangan sedih gitu, cantiknya ilang ntar."

Mendengar itu Echi sontak melotot, apa-apaan mami nya ini?

"Ga sedih aku tuh mi!" Ujarnya.

"Itu mata mu berkaca-kaca." ⁠ー Caine.

"Engga ih! Mami mah!" Ujarnya.

Caine tertawa, sehingga membuat Echi ikut tertawa.

Caine selalu punya cara untuk membuat orang lain tertawa. Caine Chana yang selalu sigap mendengarkan keluh kesah anak-anaknya, Caine Chana yang senantiasa berusaha membuat orang lain bahagia.

Echi selalu merasa sangat bangga, menjadi anak seorang Caine Chana.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu membuat keduanya berhenti tertawa, dilanjutkan dengan pintu yang terbuka. Disana berdiri Rion, dengan setelan kemeja rapinya.

"Mami? Berkas nya udah?"

"Oh iya berkas! Maaf Rion, belum selesai." Ucap Caine dengan panik.

Echi pun tertawa pelan melihat Caine yang panik, dan Rion dia hanya menggeleng memaklumi.

"Yaudah, lanjut mi." Ucapnya kemudian menutup kembali pintu tersebut.

'Lah? Tumben manggil mami, biasanya juga Caine." - Echi.

• • • •

Halo! Terimakasih atas support nya, semoga kalian terhibur.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang