// - 20 - \\

2.3K 316 25
                                    

' - kucing pt² - '

• • • •

Langkah tegas Key terdengar di koridor lantai satu, siapapun yang mendengar nya akan mengira sang pahlawan telah datang.

Ya memang betul ia pahlawan, karna sebentar lagi ia akan menjadi pahlawan bagi kedua adik bungsu nya.

Dengan gagah berani nya, ia membuka pintu ruang kerja Rion, tanpa mengetuk pintu itu.

Hal pertama yang ia lihat adalah kedua bocah yang sedang berguling-guling dilantai, dan didepan sana, ada Rion yang dengan santai meminum kopi sembari fokus pada komputer nya.

'Ya Allah, kenapa lagaknya kek bapak-bapak pesbuk yang lagi main hp sih?' Batin Key tak habis pikir.

"Loh Key? Kapan masuk?" Rion yang menyadari keberadaan Key segera bertanya.

"Hah? Saya? Barusan kok?" Ujar Key dengan kebingungan.

"Kok aku gatau?"

"Mana saya tau."

"Kenapa kamu ikutan gatau."

"Lah, bapak kenapa malah bikin saya bingung?"

"Emang iya?"

Key yang sudah lelah dengan pembicaraan ngalor-ngidul Rion tidak menjawab ucapan terakhir itu. Jika tetap dilanjutkan, ia yakin sebentar lagi mereka sampai di Afrika.

Ia pun mengalihkan perhatian ke samping, dimana kedua bocah itu berada.

'Lah? Udah selesai acara bujuk membujuk nya? Kok cepet?' Batin Key keheranan.

Bagaimana tidak heran. Mereka berdua tiba-tiba saja sudah duduk berdampingan dengan mata sembab sehabis menangis, dan ingus yang meluber kemana-mana.

Tak lupa dengan suara mereka yang menarik ingus, agar tidak keluar semakin banyak.

"Kalian mending lap dulu deh ingus nya," Ujar Key sembari memberi mereka berdua sapu tangan.

"Bapak beneran gamau ngasih ijin ke mereka buat pelihara kucing?" Tanya Key ke Rion.

Sang pemilik nama yang sedang diajak berbicara, hanya melirik sebentar, kemudian ia melanjutkan kembali aktivitas nya.

"Ga." Singkat, padat, anjing ni orang tua satu - Key.

Key pun menggaruk tengkuknya dengan canggung. Mendengar jawaban dari Rion, entah kenapa Key ingin menghantam wajah Rion yang amat menyebalkan itu.

"Sekalipun mami yang minta?" Tanya Key kembali.

Mendengar pertanyaan Key yang sudah membawa-bawa Caine, Rion pun segera menghentikan aktivitas nya.

Ia taruh kacamata kesayangan nya itu, "Tapi Caine ga minta." Jawabnya.

"Tapi mami mau, orang mami sendiri yang bilang." Key yang sadar jika Rion terpancing, segera melipat kedua tangannya di dada. Merasa menang dari Rion.

"Caine ga minta ke papi, berarti gaboleh. Udah cukup, gausah dilanjut. Emang apa bagusnya melihara kucing." Rion kembali menyeruput kopi nya yang tinggal sedikit.

Kedua orang yang melihat pertengkaran antara anak sulung dan sang papi hanya bisa saling tatap menatap.

Batin mereka berdua berkata. 'Emang ya, kuasa mami, kalo minta bisa langsung dikabulin.'

'Yaudah pake cara ini aja kalo gitu.' Key menyengir jahat. Liat saja, dalam sekejap, Rion akan kalah.

Ia langkahkan kakinya untuk mendekat ke tempat Rion duduk, sembari menyiapkan kartu AS yang ada di ponselnya.

"Pak." Panggilnya.

"Apa lagi?" Jawab Rion.

Ia tunjukkan layar ponselnya, yang mana mampu membuat kedua bola mata Rion melotot.

"Mending bapak turutin permintaan mereka berdua buat melihara kucing, atau foto ini saya perjual belikan di grup jual beli musang. Bapak pilih yang mana?" Ujarnya dengan diiringi senyuman psikopat nya.

"Ini tinggal satu kali klik, langsung kekirim loh." Lanjutnya.

Key menunjukkan sebuah foto yang ia ambil tadi pagi. Dimana Rion, Garin, Krow, Jaki, Riji, Gin dan Mako yang sedang tertidur pulas seperti dugong terdampar.

Ia berniat mengirim foto itu di grup jual beli musang, jika saja Rion tak mengizinkan kedua bocah itu memelihara kucing.

Hanya butuh satu kali klik, foto para dugong terdampar dengan caption 'Jual dugong terdampar, harga 50Juta + kandang. Minat? DM, nego boleh.' akan terpampang jelas di grup jual beli musang itu.

"GILA YA KAMU?! HAPUS!" Tangan Rion berusaha mengambil ponsel milik Key, namun ia kalah cepat dengan Key yang langsung menjauhkan ponselnya.

"Mangkanya bapak kasih mereka ijin dulu." Ujar Key sembari menaik-turunkan alisnya.

Rion terlihat memegang kepalanya, "Alah! Yaudah sono."

Mendengar ucapan Rion, Souta dan Mia melompat kegirangan. Mereka mendekat kearah Key.

"Bundaaa makasiiiii." Ujar mereka berdua.

Dengan perasaan yang bangga, Key mengelus rambut mereka berdua, seakan-akan dirinya memang pahlawan yang sedang memberi wejangan.

"Tidak perlu berterimakasih adikku, ini sudah merupakan kewajiban kakak mu." Ucapnya.

Berbeda dengan mereka bertiga yang bahagia, satu orang disana terlihat amat tertekan.

Komuk Rion:

Sejujurnya Rion tidak rela memberikan izin, tetapi ia tak berani untuk menolak jika Key sudah menunjukkan hal itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejujurnya Rion tidak rela memberikan izin, tetapi ia tak berani untuk menolak jika Key sudah menunjukkan hal itu.

Karna dirinya trauma dengan kejadian bulan lalu, yang mana hampir saja dirinya laku dijual oleh Key. Masalahnya ia dijual hanya dengan harga 1juta, bagaimana ia rela? Memang semurah itu kah harga dirinya?

• • • •

Lunas ya prend lanjutannya, awas aja kalo bilang masih kurang. Ku suruh Garin gentayangin klean smw

Setelah ini Naza mau hibernasi dulu yach, bubayyy.

Terimakasih atas support nya!

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang