// - 05 - \\

4.1K 474 4
                                    

' - . . . . - '

• • • •

"Tunggu Gin pulang, biar tuh anak ceritain asal muasalnya begimane."

Rion kembali menyesap nikotin yang baru saja ia nyalakan tadi.

Anak-anaknya yang sedari tadi berdiam diri tanpa bersuara saat ini mulai membuka candaan masing-masing. Hawa yang dikeluarkan Rion kembali tenang seperti air, sehingga membuat mereka tak lagi merinding.

Yah harusnya mereka semua selamat, kecuali si bungsu Souta.

Souta terancam karna perhatian Rion mengarah ke dirinya. Rion menatap Souta dengan intens!

Sebenarnya bagi Rion, ia hanya sekedar menatap dengan dalam, tanpa ada arti lebih dari tatapan itu. Namun bagi Souta, itu adalah tatapan berbahaya yang bisa menghilangkan nyawanya detik ini juga.

Terlihat jelas Souta dengan gemetar meraih jari jemari Caine, mencari perlindungan dari tatapan mematikan Rion.

Rion menaikkan salah satu alisnya, kemudian ia menoleh untuk menatap wajah Caine yang berdiri disebelah Souta. Kebetulan yang pas, Caine juga sedang menatapnya.

Selama beberapa detik mereka bertatapan, Caine mulai memberikan kode lewat gerakan bibirnya. 'Jangan natep gitu Rion, Souta takut.'

Rion menghela nafas, ia mengangguk paham. "Sou, habis ini temuin papi di ruang kerja. Gausah bawa Caine."

Souta yang mendengar itu segera menatap Rion dengan lesu, habis sudah dia hari ini.

"Rion ..." Caine merasa tak terima, tidak mungkin ia meninggalkan anak bungsunya itu untuk menghadapi Rion seorang diri.

"Itu biar mental dia kuat Caine." Setelah mengatakan hal itu pada Caine, Rion segera pergi menuju ruang kerjanya.

Souta menghela nafas berat, "Sou keatas dulu mi." Ia segera berjalan menuju ruang kerja Rion dengan lunglai. Baru akan menuju ke ruang kerja sang papi saja ia sudah mual, apalagi jika sudah disana.

Tatapan khawatir Caine berikan ke Souta, takut jika Souta akan dimarahi habis-habisan oleh Rion.

"Mami, Souta mau kemana itu sama papi?" Pemuda berambut merah mendekat dan bertanya ke Caine.

Caine yang mendengar itu segera mengalihkan pandangan dari Souta ke pemuda disebelah nya, ia tersenyum lembut.

"Dibawa ke ruang kerja, Funin."

Funin - pemuda itu mengangguk paham, kemudian ia kembali melontarkan pertanyaan, "ngapain tapi? Kok mami ga ikut kesana juga?"

Caine terkekeh mendengar pertanyaan yang dilontarkannya pemuda ini, entah kenapa cara bicara Funin terdengar sangat lucu ditelinga nya.

"Masalah ayah dan anak itu, biarin aja. Kamu udah makan belum tadi?"

Funin menggeleng dengan lesu, bibirnya juga cemberut.

"Kok belum? Kan tadi aku udah masakin nasi goreng, kenapa ga dimakan?" Tanya Caine.

Bagaimana bisa anak ini belum memakan nasi goreng yang sudah ia buat saat pagi buta tadi. Apa mungkin nasi goreng nya jatuh tadi.

"Gimana mau makan, orang udah habis duluan mi." Nada suara Funin terdengar sangat sedih saat mengatakan nya.

Raut bertanya terpampang jelas di wajah ayu Caine, "Tadi aku bikin banyak banget loh, cukup buat kalian semua, kok bisa kamu ga kebagian?"

"Dihabisin sama Krow nasi goreng nya. Bagian ku, Souta, Gin, sama bunda Key, dimakan semua sama Krow." Jelas Funin.

"Astaga Krow, berarti daritadi kalian belum makan?" Funin menggeleng, "harusnya kamu bilang ke aku, biar aku masakin lagi. Kan kalo gini kasian kalian yang ga kebagian jatah makan."

"Gamau ganggu mami tadi, kan mami lagi ngurusin berkas, yaudah gaada yang berani bilang."

Mendengar penjelasan Funin, Caine menghela nafas nya. Seharusnya mereka memberi tau Caine sedari awal, meskipun ia sibuk dengan berkas, ia masih sanggup jika hanya memasak.

"Lain kali langsung bilang ya kalo gini lagi, gausah sungkan, kalau cuma masak aku masih sanggup buat ninggalin berkas-berkas itu." Mendengar ucapan Caine, Funin mengangguk dan mulutnya bergumam meminta maaf.

"Yaudah ayo aku bikinin nasi goreng lagi. Ajak Key sekalian, kasian dia belum makan." Ujar Caine.

Funin segera mengangguk semangat, ia pun berlari menghampiri Key yang sedang berada di kolam renang. Rupanya si sulung itu sedang menjaga adik-adiknya yang ingin berenang.

• • • •

Ruang kerja sang kepala keluarga terasa sangat mencekam, hawa dingin mendominasi ruangan tersebut. Sangking dinginnya hawa dari ruangan ini, satu orang yang berada disana hampir saja mati kedinginan. Badannya gemetar seperti sedang berada di kutub Utara.

"Tau apa kesalahan kamu?" Nada dingin yang dikeluarkan Rion semakin membuat Souta merinding.

Dengan cepat Souta segera mengangguk.

"Apa?" Tanya Rion.

"Sou ninggalin Gin sendiri buat keluar, terus Sou juga ga berusaha nyelamatin Gin padahal Sou udah megang pistol Gin." Jelas Souta.

"Itu kamu tau. Kenapa kamu ninggalin Gin sendirian? Kenapa ga bantuin Gin? Kenapa juga kamu ga rundingan sama Gin cara buat ngabisin mereka semua disitu?" Rion melemparkan seribu pertanyaan kepada Souta. Souta sendiri hanya terdiam sembari menundukkan kepala.

• • • •

Segini dulu untuk hari ini, terimakasih atas dukungannya.

I love u oll, selamat berlibur.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang