// - 34 - \\

1.7K 194 6
                                    

' - alomani - '

• • • •

Kabar tentang penembakan yang terjadi pada Enon dan Mia sangat membuat mereka semua terkejut bukan main.

Saat yang lain sampai di rumah, mereka berharap sang papi akan memberikan kabar baik yaitu memberikan uang saku untuk masing-masing anak. Namun ternyata itu semua hanya imajinasi mereka semua.

Bukannya kabar baik yang mereka dapat, namun malah sebaliknya. Dua adik kesayangan mereka malah mendapatkan masalah, rasanya mereka semua sangat bersalah karna tak bisa menjaga keduanya.

Saat ini mereka semua, kecuali Enon Mia dan Echi sedang berkumpul di ruang tengah.

Ruang tengah terasa suram, karna rasa bersalah dari mereka semua. Mereka semua melamun, sembari menundukkan kepala mereka.

Mereka semua berantakan, terlebih seorang Caine. Ia terlihat yang paling berantakan dari yang lainnya. Wajahnya pucat, ia hanya terdiam sembari menatap lantai yang dingin. Badannya pun hanya sekali dua kali bergerak, membuat mereka agak ngeri jika Caine kemasukan.

Key sebagai anak sulung berpindah tempat disamping Caine, mengambil tangan kiri Caine dan menggenggam nya dengan erat.

Seharusnya Rion yang menenangkan Caine dalam situasi ini, namun kalian semua berharap apa dengan orang tua itu?

Jadi biarlah dirinya yang menenangkan diri Caine, sebagai anak sulung keluarga Noir.

"Ini bukan salah mami, jangan ngerasa bersalah mi." Ujarnya.

Caine menoleh, bibirnya tersenyum dengan tipis berusaha menenangkan diri Key. Dirinya mengganguk dengan senyuman tipis yang masih terlihat.

Ruang tamu hening kembali tanpa ada percakapan, hingga suara dering telepon dari salah satu dari mereka berbunyi.

"Punya papi." Ujar Rion sembari mengambil ponsel dari sakunya.

Semua orang yang ada disana hanya mengganguk sembari memasukkan ponsel ke saku mereka masing-masing.

Ingatlah kalian semua bahwa nada dering mereka itu sama semua, dan tidak ada dari mereka yang mau merubah nada dering itu.

Rion menerima panggilan telepon itu, ia segera beranjak dari tempat duduknya, dan segera pergi keluar dari ruang tamu.

"Mami laperrh."

Mendengar itu mereka semua menoleh ke alomani kodok yang sedang berjongkok di pojok ruangan.

Bisa-bisanya di situasi seperti ini dia malah meminta makan, dasar kodok jahanam!

Lihatlah wajahnya yang sok polos itu, mampu membuat mereka semua ingin memukul wajah alomani kodok tersebut.

"Lu gue pukul ye anying."

Krow beranjak dari duduknya untuk pergi menuju ke tempat Garin berada, dengan membawa satu bantal ditangan kirinya.

"APASI KROW ANJING, GWEH CUMA LAPER BABIK."

Garin berusaha menghindari pukulan bantal yang seperti memiliki dendam terselubung padanya, ia berteriak kesakitan, namun hanya dibalas Krow dengan pukulan yang lebih keras juga tawanya yang menggelegar.

"Ihh mau ikutt." Jaki yang melihat keseruan dari kedua orang itu segera ikut beranjak dari duduknya.

"Sini jek sini." Ujar Krow mengajak Jaki untuk bergabung.

Mendengar ajakan dari Krow, Jaki dengan bersemangat ikut memukuli Garin dengan sebuah bantal berbentuk tomat milik Mia.

"SAKIT ANJENG SAKITT. STOP! MAMIII TOLONGGG MAMIII."

Mendengar jerit kesakitan dari Garin yang semakin mengeras, membuat mereka semua yang ada disana tertawa terbahak-bahak, bahkan Caine juga ikut terkekeh kecil mendengarnya.

Jeritan kesakitan Garin merupakan kesenangan bagi mereka semua.

• • • •

"Maafin gue Chi."

"Gapapa."

Mereka berdua, yaitu Echi dan Gin sedang berada di kamar tidur milik Echi. Dengan Echi yang terduduk diatas ranjang, dan Gin yang berdiri tegak disamping ranjang.

Raut wajah Echi tetap datar, meskipun ia sudah berkata tidak apa-apa pada Gin.

Echi belum mengetahui apa yang terjadi pada saudaranya yang lain, membuat dirinya masih bisa marah pada kelakuan seorang Gin.

Sekalipun ia mengetahui apa yang terjadi pada saudaranya yang lain, bukankah ia masih memiliki hak untuk marah pada lelaki yang meninggalkan nya di tengah badai?

Echi diam, Gin pun ikut diam. Mereka berdua tak memiliki sesuatu untuk diucapkan selain permintaan maaf dari Gin.

"Gin, Chi ayo turun, mami udah bikin makanan." Suara Key mengalihkan perhatian kedua nya.

Si sulung itu berdiri diambang pintu, dengan sebuah celemek yang masih tergantung di badannya. Sepertinya Key baru selesai membantu Caine untuk memasak.

"Masalah kalian diurus nanti dulu, selesai jenguk Mia sama Enon di rumah sakit." Key beranjak pergi dari ambang pintu untuk turun kebawah, meninggalkan kedua orang ini.

"Mia Enon di rumah sakit?" Gumam Echi.

Gumaman Echi ternyata terdengar ditelinga Gin.

"Oh lu belum tau ya Chi? Nanti gue ceritain." Ucapnya.

Echi hanya mengganguk sebagai jawaban, ia berdiri dari duduknya, ingin pergi untuk makan.

"M - mau digendong?" Tanya Gin.

"Gausah." Ucap Echi dengan singkat, buru-buru dirinya pergi dari kamar tidur.

Gin yang melihat Echi pergi begitu saja meninggalkan dirinya hanya terdiam menatap pintu, dia punya salah apalagi pada Echi? Batinnya berkecamuk.

• • • •

Alasan aku jarang buat Echi dkk bertingkah banget itu karena aku ga sanggup, keburu Bebi blus aku liat kelakuan Echi dkk. Rasa-rasa tidak ingin mempunyai anak dalam diriku semakin kuat ntar.

Maaf banget kalo singkat dan juga tak jelas, lagi sibuk dengan tugas sekolah yang mulai datang.

Terimakasih atas support kalian, terimakasih juga buat yang udah mampir. I love you.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang