// - 14 -\\

2.8K 326 17
                                    

' - bapak-bapak - '

• • • •

Alunan ombak dari arah pantai terdengar sangat amat indah, membuat siapapun merasa bahagia mendengarkannya.

Ditemani dengan matahari yang mulai mengucapkan selamat tinggal kepada dunia, memberikan pemandangan indah kepada langit. Membuat manusia betah memandang indahnya semburat jingga di langit.

Keindahan yang selalu ditunggu-tunggu beberapa umat manusia, dengan secangkir kopi sebagai sesuatu hal yang nikmat.

Tuhan yang sangat baik, mau membuat keindahan ini untuk dinikmati umat manusia.

"Hidup tanpa secangkir kopi bisa apa kita." Berlagak seperti muda-mudi penikmat senja, Rion berkata seolah dirinya anak senja sejati.

Ditemani dengan secangkir kopi dan bakwan jagung buatan bunda Key, ia menikmati keindahan senja bersama Gin. Seolah mereka adalah muda-mudi yang sedang merasakan jatuh cinta dibawah sinar senja.

"Jadi anak ayam kita kalo tanpa kopi." Dengan lagaknya, ia menyeruput secangkir kopi, menikmati rasa pahit yang mengalir di tenggorokannya.

"Anak ayam yang bunyinya RORRR gitu ya." Ujar Rion sembari tertawa.

Mereka berdua tertawa, entah perbincangan lucu yang mana.

Ya bagaimana pun, mereka adalah anak dan bapak yang sangat klop jika dipasangkan. Entah mengapa mereka bisa nyambung satu sama lain.

Mungkin Rion yang semakin tua, atau juga Gin yang terbawa arus cara bicara Rion yang acak. Atau mungkin juga Gin penyebab pembicaraan ngawur Rion. Yang pasti, mereka adalah pasangan yang amat sangat cocok disandingkan.

Gin dengan jokes bapak-bapak nya, dan Rion dengan pembicaraan ngawur nya. Itu adalah kombinasi yang amat sangat pas.

"Kalo kita jadi ayam, lu mau jadi ayam apa Gin?" Tanya Rion.

Dengan gestur sok berfikir nya, ia memegang dagu dengan wajahnya yang sangat membuat orang kesal.

"Ayam kampus."

Sudahlah, biarkan mereka berdua. Jika diteruskan akan semakin ngalor ngidul pembicaraan mereka berdua.

• • • •

"Rion mana?"

Sui terlihat turun dari tangga, sepertinya operasi yang dilakukannya sudah selesai.

"Tempat biasanya pak, lagi sama bestie nya tuh orang." Jawab Krow.

Sui terdiam diujung tangga terakhir, mengangkat alisnya tanda bertanya. Memang nya Rion memiliki teman?

"Gin pak, bestie plek nya." Krow yang paham dengan kebingungan Sui segera memberikan penjelasan.

"Oalah Gin toh, tak kira ada siapa." Sui kembali melangkahkan kakinya, ia pun mengambil duduk didekat pohon pisang keramat. Ikut nimbrung dengan anak-anak yang sedang bermain game UNO.

Memang, setelah melakukan perang tadi, mereka segera berganti pakaian dan melakukan aktivitas mereka masing-masing.

Ada yang bermain golf, melakukan olahraga ringan, berenang, menikmati senja, berkeliling rumah, dan yang terakhir ada pula yang bermain UNO.

Permainan UNO ini diikuti oleh lima orang, yaitu Key, Elya, Krow, Istmo, dan Mako.

Terlihat seru sekali mereka bermain, sehingga membuat Sui yang baru saja selesai mengoperasi, ingin bergabung bersama mereka.

"Bapak? ada temen? Udah mulai kiamat dunia ini." Tanpa mengalihkan pandangannya dari permainan, Key menyahut perkataan Sui.

Mereka semua mengangguk setuju mendengar itu, tak terkecuali Istmo.

"Hahaha, lagian itu orang aneh banget deh. Masa orang yang nyambung sama dia tuh cuma Gin. Kenapa aku sama Istmo gabisa gitu nyambung sama itu orang, kan aneh ya."

Mendengar ucapan Sui yang seperti mengajak gibah, mereka berlima segera menegakkan punggung mereka, sembari mengalihkan perhatian mereka dari game untuk melihat Sui.

"Gatau saya juga, padahal umur saya sama dia itu agak deketan. Kenapa juga saya ga nyambung ngobrol sama Rion." Istmo mulai mengikuti arus pergibahan.

"Aneh emang tuh orang tua satu. Saya nih, kalo diajak ngobrol santai ditempat biasanya, cuma bisa ha ho ha ho. Padahal saya anak pertama, yang notabene nya lebih lama ikut tuh orang tua." Ujar Key tak habis pikir.

Mako yang ingin mendengar pergibahan lebih lanjut, segera membereskan kartu UNO yang berantakan, sembari tak mengalihkan pendengaran nya dari pergibahan seru ini.

"Jangankan kamu Key. Saya nih, yang cuma beda dua tahun sama Rion, gapaham kalo udah diajak ngobrol santai begitu." Dengan nada tak habis pikirnya, Sui berkata, seolah-olah itu merupakan keajaiban dunia.

"Kalo kalian bertiga aja gapaham apalagi kita-kita ini. Untung aku belum pernah diajak begitu." Ujar Mako.

Ia merasa sangat bangga dengan pencapaiannya yang belum pernah sama sekali duduk berdua dengan Rion, dan mengobrol ngalor ngidul.

"Enak banget anjir, gue udah dua kali diajak begitu. Baru semenit udah kena mental gue." Ucap Krow.

Mereka tertawa dengan ucapan Krow, merasa kasian kepada mental Krow.

"Kalo aku sih cuma sekali waktu itu, dan menurut ku ga terlalu ngawur kok."

Mendengar itu, mereka segera mengalihkan pandangan mereka ke Elya, menatap dengan tatapan takut.

"Kayaknya kamu bentar lagi kena virus bapak-bapak nya Gin sama Rion El." ― Sui.

• • • •

Halo! Bagaimana harinya?

Aku ingin bertanya.

Jika seandainya aku membuat book yang berisi tentang 'Ayah' apakah kalian mau membaca book itu?

Aku pengen banget mempublish book itu, cuma takut gaada yang baca dan berakhir terasingkan seperti book 'janji kita' T_T

Oh iya! Setelah book ini tamat, nanti aku akan membuat Rioncaine vers sebelum punya buntut. Alias masalalu yang amat ditakuti Rion itu, jadi ditunggu saja.

Maaf jika berantakan, terimakasih atas support kalian semua!

Lop u oll

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang