' - Thia siapa? - '
• • • •
Pagi-pagi sekali, rumah keluar Noir sudah ramai. Keramaian yang mampu membuat orang luar merasa sakit telinga mendengarnya.
Banyak dari mereka yang harus segera berangkat bekerja pagi ini. Namun, yang mereka lakukan sekarang bukannya bersiap, tetapi malah melakukan hal-hal tak terduga.
Ada yang berebut sepatu, berebut dasi, mencari barang-barang yang tiba-tiba hilang, dan mengganggu si bungsu juga si bontot.
Melihat segala aktivitas random yang dilakukan anomali-anomali nya, membuat kepala Rion hampir saja meledak. Sehingga ia memilih pergi kebelakang rumah dimana setidaknya keributan di rumah sedikit tak terdengar.
Terkadang ia kepikiran, bagaimana bisa Caine tahan didalam rumah bersama belasan anomali tersebut.
Menyesap rokok yang sudah ia nyalakan sedari tadi, menutup kedua matanya dan menikmati semilir angin di pagi hari.
"Souta mah cengeng ih."
"SOU GA CENGENG!"
"KAK RIJI BALIKIN BANDO MIA!"
"Ambil atuh kesini, masa gabisa. Sini, sini."
"MAMI CELANA DALAM KU DIAMBIL GARIN."
"MAMI TAU JEPIT RAMBUT ENON GA?"
"MI, ECHI NIH MI, NAKAL."
"BAPERAN LU MAKO."
Menghela nafasnya dengan lelah, ia membuka ponsel miliknya. Tangannya segera mengetik di kolom pencarian, 'Apa hukumnya membunuh keluarga sendiri yang seperti anomali?'
Rasanya kepala Rion mau meledak mendengar keributan ini.
"Pak, Thia katanya mau telfon, dia bilang kangen keluarga." Key menghampiri tempat Rion bersantai, memberikan ponselnya untuk menunjukkan chat yang diberikan oleh Thia.
Rion melirik, kemudian tangannya bergerak mematikan rokok yang tinggal setengah itu. "Yakin kangen keluarga? bukannya kangen Gin?"
Mendengar ucapan dari Rion, Key terkekeh pelan, "Jelas yang kedua."
Rion pun beranjak, berjalan pergi menuju kedalam rumah. Tak lupa Key mengikuti langkah sang papi.
• • • •
"Ini kita ngapain deh disuruh ngumpul begini?" Echi berbisik kepada Elya yang kebetulan duduk disebelahnya.
"Kata Key tadi sih, Thia minta telfon." Ujar Elya.
Echi memasang raut bertanya nya. "Loh? Thia itu siapa?"
Pertanyaan itu mampu membuat seluruh anggota keluarga Noir menoleh, entah karna suara Echi yang terlalu besar, atau memang telinga mereka sedang peka.
Mereka menatap Echi dengan tatapan kagetnya.
"Kamu gatau Thia?" Tanya Jaki. Echi mengangguk dengan pelan, merasa sedikit canggung.
"Coba siapa lagi yang gatau Thia, selain Echi." Tanya Rion.
Mereka semua saling menatap satu sama lain. Enon, Riji, Mako, Selia, dan Mia mengangkat tangan.
"Banyak juga. Ya bukan salah kalian sih kalo gatau Thia, dia juga udah lama pergi ke luar negeri." Ujar Rion.
"Dia salah satu keluarga kita, dua bulan dia masuk ke keluarga ini. Tapi, sayang banget, setelah rumah ini hampir selesai, dia harus pergi ke luar negeri buat ngelanjutin pekerjaan ayah kandungnya. Jadi, bisa dibilang dia kakak kalian, umurnya ga jauh beda kayak Elya dan Gin." Jelas nya dengan panjang lebar.
"Dia juga cewe nya Gin." Celetuk Souta.
Krow yang berada disebelah Souta segera memukul lengan anak kecil ini dengan pelan, yang mana mampu membuat bibir Souta maju beberapa centi.
Sedangkan yang namanya disebut melotot kearah Souta, memang bocil biadab!
Setelah ujaran Souta barusan, ruangan tiba-tiba saja hening. Terasa canggung satu sama lain.
"Ya intinya gitu lah. Kita telfon Thia sekarang." Rion berkata sembari melakukan aktivitas untuk menghubungi Thia.
"HALO SEMUA!" Tersambung, itu suara Thia.
Dilayar televisi terpampang jelas wajah bahagia Thia disana, dengan senyuman nya yang sangat lebar.
"Halo Thia." – Key.
"KAK THIA." – Souta.
"Thia hai."
"HAI SEMUANYA, OMG! KANGEN BANGET SAMA KALIAN." Teriak Thia dengan diiringi wajah sedihnya.
"Kangen kita atau kangen Gin doang?" Tanya Krow.
Terlihat Thia melotot mendengar pertanyaan Krow, ia pun segera memberikan jari tengahnya.
"Diem lu kue! Lu itu ga diajak."
"Maksud lu? Kalo pengen berantem bilang!" Dengan wajah emosi nya, Krow berujar dengan nada ngegas nya, membuat Thia tertawa.
"Bacot kue."
"OH IYA MAMI MANA??" Teriaknya dengan tiba-tiba, membuat beberapa orang terkejut dengan teriakan nya.
"Anak setan! Pelan napa cok, kaget anjing."
Rion berujar, sungguh! Ia hampir terkena serangan jantung. Bagaimana tidak, dia berdiri didekat televisi, membuat nya bisa merasakan suara-suara dari surga.
"Alay, oh iya udah ga ngompol lagi pi?" Tanya nya sembari terkekeh.
Mereka yang tau kejadian itu terkekeh, sedangkan yang tak tau hanya menunjukkan ekspresi bingung nya.
"Papi ngompol kak?" Mia bertanya dengan wajah polosnya.
"Ih anak siapa lucu banget. Iyaa, papi waktu itu ngompol di - "
"Lu gue samper ke luar negeri ya anjing! Gue tembak mati lu disana." Potong Rion. Thia hanya terkekeh mendengar nya, dan yang lainnya ikut menertawakan interaksi mereka berdua.
"Gimana kabar kamu disana? Baik? Nyaman ga disana?" Caine maju, memperlihatkan parasnya yang sedari tadi tak terlihat oleh Thia.
"Aku baik banget mi, papa udah mulai perhatian banget ke aku. Meskipun papa udah mulai perhatian. Aku tetep ga nyaman disini, rasanya kayak ada yang kurang kalo ga sama kalian." Ujar Thia dengan nada sedih.
Caine terkekeh, "kalo seandainya beneran ga nyaman banget, pulang aja ya."
Thia mengangguk dengan semangat, mulutnya berujar dengan pelan, "pasti."
Mereka melanjutkan perbincangan seru satu sama lain, terdengar amat bahagia saat ini. Setelah sekian lama, mereka bisa melihat seorang Thia lagi.
"Kalo dia balik? Aku gimana?"
"Dia cinta pertama mu ya? Pantes tatapan mata mu dalem banget ke dia."
• • • •
Hai bagaimana harinya?
Sedikit demi sedikit, aku bisa mup on dari TNF, wkwk. Meskipun sedikit berharap mereka kembali bersama, sebagai TNF.
Aku ada dua book romance, dan dua book ini tuh kayak suatu obat agar aku tidak galau.
Ada cerita G×B yang dibintangin sama Funin, dan ada cerita B×G yang dibintangin Rion. Kalau ku suruh pilih, kalian mau membaca yang mana?
Terimakasih atas support nya! Lop u.
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Life Family
FanfictionKota dengan populasi dunia bawah terbanyak masih dipegang oleh Tokyovers. Dengan 6 fraksi unggul, yang namanya banyak disebut di kota. Menjadi desas-desus dan makanan sehari-hari bagi orang dalam kota maupun luar kota. Tokyo Noir Familia merupakan s...