// - 27 - \\

2.2K 319 13
                                    

' - hukuman - '

• • • •

"Lupa kamu Sou sama ajaran mami?"

Itu adalah suara si sulung Key, ia menampar pipi kanan Souta dengan keras. Awalnya ia hanya ingin menonton perdebatan kedua adiknya, namun melihat perdebatan yang semakin memanas, Key pun segera beranjak turun dari mobil dan memisahkan kedua.

Namun baru saja ingin mendekat, dirinya dikagetkan oleh adik bungsunya yang dengan berani bermain tangan pada seorang wanita yang memiliki notabene sebagai kakaknya.

Membuat Key terpancing amarah dan dengan tergesa berlari mendekati kedua nya. Tangan Key dengan spontan menampar pipi kanan Souta saking emosinya.

Kekuatan yang dikeluarkan Key tentu tidak main-main, mengingat didikan dari Rion yang keras, apalagi dirinya anak pertama. Pemegang takhta ketiga setelah Rion dan Caine. Membuatnya disegani oleh adik-adiknya, karna kekuatan yang dimiliki Key tidak main-main.

"Perlu saya ajari kembali apa yang mami ajarkan ke kamu?"

Mendengar Key yang memakai bahasa formalnya mampu membuat Echi dan Souta meneguk ludahnya dengan susah payah.

Key tidak pernah menggunakan bahasa formal kepada adiknya, kecuali dengan Rion, baru ia memakai bahasa formalnya. Namun, jika sampai Key mengeluarkan bahasa formal keramat, itu berarti kemarahan Key sudah diujung tanduk.

"Siapa kamu yang berani bermain tangan pada adik perempuan saya, yang bahkan papi dan mami tidak pernah melakukannya jika dia tidak berbuat salah?" Tanyanya.

Hawa disekitar mereka terasa amat mencekam, saat ini Key yang terlihat tenang bak air laut, mulai perlahan mengeluarkan khodam tersembunyi nya.

'Emang bibit Kenzo semuanya gacor kalo ngamuk.' - Naza.

"Ikut saya pulang ke rumah, biar bapak yang ngasih kamu hukuman." Key segera berusaha menarik tangan Souta, berharap Souta patuh mengikuti perintah nya.

Namun Souta tetaplah Souta, ia segera menepis dengan kasar tangan Key yang menariknya.

"LEPAS KAK!! SOU GA ― "

Belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Souta sudah mendapatkan bogeman mentah dari Key. Membuat tubuhnya yang kaget terpental kebelakang.

Key terlihat mengibaskan tangannya, terasa sedikit nyeri karna Key sudah lama tidak memakai tangan miliknya untuk membogem orang.

"Kalau dibilangin itu nurut, jadi anak terlalu berlagak." Key melangkahkan kakinya mendekat ketempat Souta berada, dengan santainya ia mengangkat tubuh besar Souta seperti karung beras.

"Bangun chi, suka banget kek nya tiduran di tanah. Mau jadi eeq sapi kamu?" Ujarnya kepada Echi, ia pun berjalan menuju mobil mereka dengan Souta yang masih ada digendongnya.

Echi yang mendengar ujaran Key tentu saja dengan panik segera berdiri, enak saja dirinya disamakan eeq sapi. Kan dia cosplay rumput hijau tetangga.

• • • •

"Ketemu dimana?"

"Jauh dari kota, pedesaan ujung pak. Saya juga gatau apa nama tempatnya."

"Kok bisa pulang?"

"Sesuai iman dan taqwa aja sih, mangkanya saya bisa balik."

Terdengar decakan keras dari Rion, mampu membuat Souta terbangun dari pingsan nya.

Ia berusaha membuka lebar matanya, berusaha mencerna apa yang sedang terjadi.

Ruangan bertembok hitam dengan pola lingkaran menjadi pemandangan pertama yang ia lihat, merasa tidak asing dengan tempat ini. Ini, adalah tempat ruang bawah tanah milik sang papi.

Didepannya, berdiri papi, mami, bunda, bahkan, aunty nya juga. Mereka memandang Souta dengan tatapan yang berbeda-beda.

Caine dengan tatapan kekecewaannya, Key dan Elya dengan tatapan kasihan, dan terakhir Rion yang menatapnya dengan tajam seperti ingin melahapnya saat ini juga.

'Mampus kamu Sou.' Batin nya berteriak dengan histeris.

Perlahan-lahan Souta menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menatap mata Rion yang terpancar dengan amarah.

Selama lebih dari 2 menit Rion hanya diam, ia diam sembari memandang Souta yang terduduk dilantai dan sedang memilin jari-jemarinya.

Ruangan terasa sangat hening dan dingin. Tentu kalian tau apa penyebab ruangan ini menjadi dingin meskipun tanpa pendingin ruangan.

Betul sekali, Rion penyebabnya.

"Kamu mau dihukum pake tangan Aunty, Bunda, atau langsung sama mami mu?" Setelah sekian menit dirinya terdiam, Rion pun akhirnya mengeluarkan suara nya. Ia memberikan tiga opsi untuk Souta.

Souta yang mendengar tentang tiga opsi itu tetep terdiam, ia semakin menundukkan kepalanya. Mulutnya terasa enggan terbuka, ia takut, amat takut.

"Kalo ditanya itu jawab, bisu?" Rion kembali berujar.

Souta tetap tak menjawab apa yang Rion katakan. Membuat Rion semakin terpancing emosi, ia pun segera mengambil pistol dari sakunya.

"Tembak tangan sama kaki nya Caine. Anak badung kayak dia, perlu dibuat gabisa jalan biar paham." Rion melemparkan pistol dari sakunya kearah Caine, memberikan perintah ke Caine untuk menghukum si bungsu Souta.

Dengan langkah kakinya yang kaku. Caine berjalan mendekati tempat Souta. Disana, ia melihat anak bungsunya yang menatapnya dengan tatapan memelas.

Wajahnya sangat tidak baik-baik saja, memar di pipi bekas tamparan dan bogeman dari Key terpampang nyata disana. Caine meringis tidak sanggup melihatnya.

Ia kemudian berhenti tepat beberapa jengkal dari tempat Souta berada, segeralah Caine mengarahkan pistol milik Rion ke anak bungsunya itu.

Souta sendiri, ia terlihat pasrah dengan keadaan. Memelas pun tak ada gunanya, Kata-kata dan perintah Rion tentu saja tak bisa dihentikan oleh siapapun kecuali sang mami. Tapi saat ini pun, sang mami yang seorang penyelamat ikut menghukum nya.

Mau tidak mau, Souta memang harus pasrah dengan keadaan ini.

"Tembak Caine." Titah Rion.

Mendengar itu Souta menutup matanya rapat-rapat, tidak sanggup untuk melihat sang mami yang akan menembakan peluru ke organ tubuhnya.

Suara pelatuk pistol yang ditekan terdengar menggelegar, diiringi dengan suara tembakan dari pistol tersebut. Timah panas melesat dengan cepat pergi menuju ke mana sang penembak mengarahkan.

. . .

. . .

. . .

. . .

. . .

Souta menunggu rasa sakit yang datang menghampiri nya, tapi tak ada rasa sakit apapun yang menyambut di badan nya. Ia pun membuka matanya dengan pelan, takut jika dia tiba-tiba saja berada di surga.

Namun hal pertama yang ditangkap oleh korneo matanya adalah sang mami yang berdiri didepannya. Pistol tak lagi mengarah ke tubuh Souta, dan sang mami tersenyum dengan tipis menatap dirinya.

Melihat Souta yang membuka mata, pistol yang memang masih dipegang oleh Caine terjatuh begitu saja dilantai. Dirinya ikut terduduk dilantai, mendekat ketempat Souta. Kemudian memeluk anak itu.

"Mana mungkin aku tega ngelakuin itu sama anak ku sendiri." Ucap Caine.

Mendengar ucapan dari Caine, Souta segera meluruhkan air matanya. Memeluk Caine dengan erat, sembari terisak.

Tangis Souta terdengar sangat kencang dalam pelukan Caine, dirinya bergumam meminta maaf atas kesalahannya. Terdengar amat menyesal ditelinga Caine.

"Aku maafin kamu. Cuman, kamu harus tetap dihukum ya? Biar kamu ga ngulang kesalahan lagi."

Tangan Caine bergerak mengelus surai biru milik Souta, amat lembut hingga Souta tak sanggup untuk berhenti menangis.

• • • •

Aku pun tak tau apa yang ku tulis:)

Rasanya diri ini ingin berhenti menjadi penulis karna sudah mulai membuat alur yang tak jelas.

Night Life FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang