Hal-43

15 2 0
                                    

22.00 Malam

Ziah, Revo, dan Tante Ifafa sedang menikmati makan bersama dengan tenang. Setelah makanan tandas, mereka minum.

"Enak bangeeet!" teriak Revo tersenyum. Lalu Ziah menggelengkan kepala melihat Revo senang bukan kepalang.

" Masakan Tante Ifafa gak pernah gagal deh huhu. Sampai penuh nih perut Evo, udah gak kuat nampung lagi." Revo dengan semangat mulai meraih piring-piring, menumpuk piringnya membawa ke belakang. Karena hari ini jadwal Revo yang mencuci piringnya.

Ziah menatap Tante Ifafa yang sedari tadi hanya diam tak bersemangat. Tantenya makan sedikit malam ini. Tidak seperti biasanya yang selalu makan banyak. "Tante Fa, kenapa? Lagi ada problem ya, "

"Hahaha, enggak Zi. Tante gak kenapa-kenapa. Sana cuci tangan dulu." Tante Ifafa tertawa dengan mata yang  terlihat berkaca-kaca. Ziah menemukan sorot mata sedih yang jelas terlihat di hadapannya. Tante Ifafa kali ini menyembunyikan lagi kesedihannya.

Ziah memilih tidak menanyakan lagi. Mulai bangkit dari ruang makan menuju kamar mandi. Untuk mencuci tangannya yang kotor, karena dirinya makan menggunakan tangan; tidak pakai sendok.

Tidak lama setelah itu Revo dan Ziah duduk di karpet berbulu yang sama. Ziah yang tampak bersandar di pinggir sofa sambil memegang buku.

Sedangkan Revo mulai anteng menyaksikan film action di televisi "Tumben belajar sekarang, Kak Azi. Bukannya ulangannya masih dua hari lagi ya."

"Hm," Sedangkan Ziah membuka buku pelajaran. Membaca perlahan bukunya dengan serius.

Memori pertemuan dengan Papanya Kiara satu jam lalu di rumah sakit sekilas terekam. Dirinya ingat sempat berbohong.

"Kamu peringkat berapa di sekolah?" tanya Papanya Kiara. Hal itu seketika membuat Ziah terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Saya peringkat tiga, Om." jawab Ziah dengan asal berbohong. Kemudian Papanya Kiara mengangguk.

"Saya hanya ingin Kiara berteman dengan anak yang pintar dan suka belajar." ucap Papanya Kiara.

Perkataan terakhir itu terngiang dipikirannya, Ziah mulai beralih menggerakkan penanya. Berusaha menjawab soal-soal dalam buku bahasa Indonesia tersebut.

Revo tiba-tiba tertawa ketika sibuk asik menonton, "Kak Azi, lihat filmnya geh dia  kepleset, ngakak lucu banget hahaha,"

"Hm," Ziah membalik lembar berikutnya. Tidak memedulikan Revo yang terus menyuruhnya menyimak televisi.  Matanya tetap fokus membaca dan mengerjakan banyak soal.

"Yaaah, bubar deh filmnyaaa." Revo lalu meraih remote mengganti Chanel tv nya. Namun kebanyakan iklan.

Lalu Revo menatap heran Kakak sepupunya yang semangat belajar. Padahal sudah lama sekali tidak pernah melihat Kakak sepupunya itu mulai kembali belajar.

"Aku heran sama Kak Azi perasaan dulu Kakak waktu SD selalu peringkat pertama. Kenapa semenjak masuk SMP sampai SMA kelas sepuluh kemarin selalu peringkat terakhir terus?" Revo bertanya dengan penasaran.

Ziah terpaku mendengar pertanyaan itu, kemudian memilih diam tidak menjawab pertanyaan Revo. Mulai menggerakkan lagi pena menjawab soal berikutnya.

"Lah kok malah diem aja sih! Udah dari tadi jawabnya nggak niat banget ham hm ham hem. Nggak tau ah." Revo dengan kesal mematikan tv-nya.

Tante Ifafa menghampiri Revo dan Ziah, memberikan sepuluh lembar brosur tertera nama sekolah yang berbeda-beda kepada Revo dan Ziah.

"Ini apa Tan?" Revo menatap banyak lembar brosur yang dikasih Tante Ifafa.

Jam Pelajaran Olahraga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang