Bab 35

0 0 0
                                    

Hello, semangat pagi ...
Nichi hadir lagi, semoga tidak bosyan yaaa~
Selamat membaca, semoga harinya menyenangkan 😘

***

A

ku sangat takut, jika ternyata jatuh sendirian. - Alana-

***

Sungguh, otak beku dan lidah terasa kelu. Kak Dewa sudah berdiri saja tepat di depanku.

“Seneng nih kelihatannya?”

“Seneng, Kak. Kan juara tiga.” Enteng banget duh, Alana.

“Oh, gitu. Jadi tadi sengaja?”

Pura-pura bego, pasang muka sepolos dan sedungu mungkin. Tolong dihayati banget biar dapet feel asal jangan sampai kebablasan aja sih. Serius, kak Dewa lagi kenapa ini, woy?

“Apa sih, Kak?”

“Sini coba!” Kak Dewa mengacak puncak kepala hingga rambut berantakan dengan gemas.

“Udah dibilangin, denger nama dia aja aku kesel. Kenapa harus pasangan sih, mana pake acara nubruk. Padahal udah aku arahin biar pelan-pelan kok. Kamu nih!” Demi apapun, sekarang dia sudah memiting leherku.

“Aduh, akh, iya ampun. Akh, kak Dewa!” Meski pelan, tetapi pukulan dariku tak henti.

Sepertinya sudah puas berada di posisi itu selama beberapa menit. Kak Dewa membebaskanku akhirnya. Jemari dengan cepat merapikan mahkota berantakan tadi dengan bibir yang mencebik.

“Ih, jadi kusut, ‘kan?” keluhku sambil melirik pedas kearah kak Dewa.

Tangan besarnya ikut menyisir mahkota yang tergerai dengan telaten tanpa diminta. Terdengar hembusan napas berat. Masih kesal juga rupanya. Padahal tadi, memang dia yang mengarahkan tubuhku agar bertemu Abim. Namanya juga tak sengaja, ‘kan? Mana kami tahu, mata kami sedang tertutup tadi.

“Tadi ‘kan nggak sengaja, Kak. Namanya juga ditutup loh, matanya.”

“Iya, tetep aja aku kesel.” Kak Dewa berpendirian kuat juga ya.

Iya nampak sekali raut tak suka, meski begitu tetap saja kami berbaikan lagi akhirnya. Puji menaik-turunkan alis menggoda dari kejauhan. Aduh, sungguh hari sibuk yang penuh kejutan. Acara hampir selesai dan Abim, tetap tak kami jumpai hingga penghujung acara hari ini.

***

POV ABIMANTARA

Demi apapun, aku tak kuat lagi menahan rasa mual. Tak peduli acara masih berlangsung. Entah akan mendapat sanksi atau tidak, sudah tak tertahankan lagi. Seumur hidup aku hanya memakan pisang saat masih bayi kata ibu. Aku tak pernah menyukai buah satu itu. Baunya saja sudah membuat perut bergejolak. Namun, hari ini aku harus memakannya. Alana tak ingin makan, dia sudah kenyang. Lalu, siapa yang akan memakannya jika bukan aku? Kak Dewa? Dia tentu saja dengan senang hati jika berpasangan dengan Alana, tetapi siang ini. Alana adalah pasanganku.

Setelah menerima hadiah tadi, aku segera berlari keluar kembali ke kelas. Beristirahat, kedua pelipis mulai berdenyut kuat dan mualnya makin terasa. Ke kamar mandi juga pada akhirnya. Sekarang, tubuhku lemas. Bersandar di bangku sendirian sebelum Haris menemukan sahabat yang tak berdaya, tergolek sendirian menunggu penghujung hari tiba.

Secret Face (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang