REDFLAG - 43

2.5K 231 77
                                    

REDFLAG - 43


"Aborsi?!"

Raven sangat marah. Wajahnya memerah, berusaha tetap tenang agar tidak lepas kendali saat gadis itu mengujinya.

"Apa maksud lo?" tanya Raven menambahkan.

Luciana berdecak kesal, "Gue nggak mau mual-mual kayak gini. Merepotkan dan menyusahkan gue!"

"Luciana!" panggil Raven tegas. "Mual-mual itu hanya sementara,"

"Berapa lama? Tiga bulan?" tantang Luciana meminta kepastian waktu. "Gue harus mual-mual sepanjang hari selama tiga bulan atau sampai bayi ini lahir?" ejeknya. "Gue nggak sebaik itu mengorbankan diri gue demi seorang bayi. Gue nggak menginginkan bayi ini, dan lo nggak perlu bertanggung jawab!"

Raven mematung. Bayi itu adalah alasannya untuk mendapatkan Luciana. Raven tidak peduli milik siapapun bayi itu, asalkan dia bersama gadis yang dicintainya. Dia rela menjadi ayah untuk bayi tersebut.

"Lo udah setuju dengan kesepakatan kita!" ujar Raven pelan mengingatkan Luciana.

"Kita menikah, tapi nggak harus hamil. Bilang aja kalau gue keguguran atau apalah,"

"Nggak bisa!"

"Keputusan gue udah bulat! Mungkin kita emang nggak bisa bareng-bareng. Gue capek menjalani hubungan tanpa restu. Gue nggak mau masuk ke lubang yang sama. Gue mengira orang tua lo akan merestui kita."

"Kita akan bicara lagi setelah lo tenang,"

Luciana menyedekapkan tangannya di dada. Membiarkan Raven pergi ke balkon untuk menguasai diri. Menyalakan sebatang nikotin dan menghembuskan asap.

Emosi Raven masih belum stabil. Dia sangat ingin meluapkan emosinya, tetapi dia juga tidak ingin menyakiti gadis yang dicintainya.

Kamar hotel itu hening. Luciana tetap pada posisi awal. Kembali memikirkan tentang bayinya. Sejauh apapun dia memikirkan, Luciana tidak ingin melahirkan bayi tersebut.

Luciana bergerak dari sofa saat bel hotel berbunyi. Mungkin makanan yang dipesannya tadi sudah datang.

Kehamilannya mengubah pola makannya. Luciana makan lebih banyak dan kerap kali tidak bisa menahan diri untuk memesan makanan yang terlintas begitu saja dipikirkannya.

"Rasya ...," Luciana sangat terkejut melihat keberadaan Rasya di depannya. Lelaki itu mengepalkan tangan dengan wajah mengeras. Setelah berhari-hari mencari keberadaannya, akhirnya Rasya menemukan gadis itu.

"Apa maksud kamu tiba-tiba menghilang dan minta putus?" tanya Rasya marah. "Di mana si bajingan itu?"

"Rasya, berhenti! Jangan masuk!" cegah Luciana berusaha menghentikan lelaki itu.

Raven yang merasa terganggu dengan suara-suara itu menoleh dan tidak memiliki waktu untuk menangkis serangan Rasya.

Rasya memukul Raven membabi buta. Raven adalah pelaku utama penyebab masalah yang terjadi saat ini.

"Rasya, udah!" teriak Luciana kencang, berusaha melerai kedua lelaki itu.

"Bajingan!" maki Rasya keras. "Ayo lawan gue, pengecut!" tantang lelaki itu mengabaikan Luciana.

REDFLAG [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang