REDFLAG - 48

2.5K 245 21
                                    

REDFLAG - 48

Satu postingan saja mampu mengaduk-aduk perasaan Raven menjadi tidak keruan. Mendominasi sakit, menghantam brutal, menampar dengan keras, menyadarkannya bahwa gadis itu bukan miliknya lagi, tidak akan pernah lagi!

Namun, jika bisa memilih, Raven menginginkan perasaannya di obrak-abrik dengan sangat kejam asalkan dia bisa melihat dan memantau gadis itu. Ah, tidak, dia bukan lagi seorang gadis. Dia wanita dewasa.

Raven memilih sakit, daripada harus uring-uringan menunggu kabar yang tidak pasti. Satu notifikasi saja, sangat berarti baginya. Sebagai pelepas rindu yang menyiksa.

Sayangnya, akun itu tidak pernah aktif lagi. Terhitung sudah dua bulan lamanya. Raven menunggu setiap hari, hampir setiap jam memeriksa ponsel. Bolak-balik ke akun profilnya, berkali-kali memandangi postingan sebelumnya, meskipun hanya satu foto yang di unggah sebelum mereka kenal, langit senja di pinggir pantai. Karena foto-foto yang lain telah dihilangkan, termasuk kebersamaan mereka.

Menghela napas putus asa, ingin rasanya menemui wanita itu. Tetapi Raven terlalu pengecut, begitu banyak pertimbangan yang dia pikirkan. Dia tidak mau gegabah, melakukan sesuatu dengan impulsif dan menyakiti perasaan banyak orang.

Raven khawatir, dia tidak akan sanggup bangkit lagi jika dia melihat wanita itu secara langsung. Jantungnya berhenti berdebar menyaksikan pasangan bahagia itu. Raven terlalu takut menghadapi kenyataan.

"Raven, ayolah, kali ini coba dulu,"

Raven sedang menyetir menuju restorannya. Tania menelepon dan berusaha membujuk Raven agar menemui gadis yang akan dia kenalkan untuk putranya tersebut.

"Ma, aku sibuk banget. Nggak ada waktu Minggu ini," tolak Raven sehingga terdengar napas kasar dari seberang sana.

"Temui sekali aja, cuma kenalan doang." bujuk Tania setengah memaksa. "Setidaknya menambah teman,"

Raven tidak menjawab. Dia sangat tidak tertarik. Raven tahu bagaimana perasan Tania setelah memasuki usia tiga puluh. Raven tidak pernah berkencan lagi setelah putus dari Sapphire, dia hanya fokus bekerja. Tania khawatir bila putranya itu terlalu lama patah hati dan tidak tertarik lagi dengan pernikahan.

Tania tidak ingin melihat Raven terpuruk lebih lama. Berkali-kali berpesan agar lelaki itu mulai bangkit perlahan-lahan. Namun, hingga saat ini Raven tidak pernah mendengarkan Tania.

"Ma, aku udah sampai,"

"Raven ...," Tania memelas. "Kali ini, okay? Mama udah janji sama sahabat Mama. Seenggaknya kamu coba dulu,"

"Maaf, Ma."

Raven tetap pendirian. Dia mengakhiri panggilan dengan Tania. Menambah kecepatan dan mengetuk-ngetuk setir dengan pikiran berantakan.

Rindu itu semakin meluap dan mengganggu pola tidur Raven. Sehingga tadi malam dia minum wine dalam kesendirian di apartemennya hingga pagi. Berkat seseorang yang nun jauh di sana, yang begitu berarti dalam hidup Raven.

Memarkirkan mobilnya di tempat khusus, Raven menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari mobil. Meninggalkan perasaan galau dan fokus dengan pekerjaan. Raven telah membuat keputusan untuk dirinya sendiri, melupakan Sapphire tidak semudah itu. Berbagai cara telah dia lakukan, mengesampingkan perasaannya selama bekerja.

REDFLAG [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang