REDFLAG - 52

2.4K 201 14
                                    

REDFLAG - 52

Jauh di dalam lubuk hati Raven sangat berantakan dan terguncang selama sepuluh tahun ini. Namun, tidak pernah lebih dahsyat dari sekarang. Raven merasa tidak memiliki kekuatan untuk bertahan.

Akhir pekan begitu lambat, setiap detiknya adalah cobaan untuk Raven. Dia merasa akan meledak meskipun telah menyibukkan diri agar pikirannya fokus. Namun, bayang-bayang Sapphire menari-nari dalam benaknya, menyiksa Raven tanpa ampun.

Raven bangun pagi-pagi sekali, terjaga sepanjang malam dan menghela napas putus asa untuk kesekian kalinya. Dia memutuskan berlari pagi untuk menjernihkan pikirannya. Langkah demi langkah kinerja jantungnya semakin tidak terkendali, keringat mengucur deras membasahi tubuhnya. Namun, Sapphire tidak mau pergi dari pikirannya.

Semakin Raven mencoba untuk melupakannya, tawa bahagia Sapphire yang sedang mengenakan gaun putih semakin kencang mempermainkannya.

Raven pulang tanpa perubahan. Kembali setelah matahari mulai tinggi, jarak paling jauh yang pernah dia tempuh untuk lari pagi.

Fokus dengan pekerjaan sama sekali tidak membantu. Raven kehilangan konsentrasinya, harinya sangat berantakan. Tanpa bawahannya, Raven hanya sebagai pengacau.

Pikiran lelah tidak dapat memejamkan mata. Raven berniat mengkonsumsi obat tidur setelah pulang ke apartemennya. Namun dia hentikan, kembali memutuskan berlari di stadion hingga tengah malam.

Hari berikutnya tidak ada ubahnya. Raven mengambil hari cuti sementara waktu agar tidak menimbulkan kekacauan lagi.

"Raven, kamu pulang nggak akhir pekan ini?"

Bahkan suara Tania yang sangat menyayangi Raven tidak menimbulkan efek apapun. Yang ada, Raven semakin pusing bila bertemu dengan siapapun.

"Nggak, Ma." jawab Raven singkat.

"Kenapa? Mama, kan udah bilang mau kenalin kamu sama anaknya temen mama," ucap Tania mengingatkan. "Ayolah, kali ini. Cuma kenalan kok,"

"Ma, aku bisa cari pasangan untukku sendiri,"

"Mama tahu," potong Tania. "Tapi, Mama khawatir saat kamu menemukan pasangan, Mama dan papa udah nggak ada."

"Ma, jangan berlebihan."

"Tahun depan kamu akan memasuki kepala tiga puluh tiga," Tania menekankan. "Mama dan papa nggak bisa tenang ninggalin kamu dalam keadaan seperti ini."

"Ma ...,"

"Mau sampai kapan kamu seperti ini? Mama merasa kehilangan anak dengan sikap kamu selama ini,"

Raven terdiam. Dia tahu jika Tania bermaksud baik dengan memaksanya berkenalan dengan gadis lain. Orang tua mana yang tidak khawatir bila putranya hidup dalam keputusasaan?

"Mama nggak akan ikut campur masalah asmara kamu kalau posisinya bukan seperti ini. Mama akan mendukung apapun yang kamu lakukan kalau posisi kamu sedang sibuk dengan bisnis atau suatu proyek besar yang kamu tangani sampai nggak ada waktu kenalan dengan seorang gadis." jelas Tania sedikit serak.

"Baiklah," Raven mengalah. "Tolong atur waktu Minggu depan,"

"Beneran?" Tania memekik, "Minggu depan ya? Kamu janji!"

REDFLAG [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang