REDFLAG - 44

2.5K 224 20
                                    

REDFLAG - 44

Ada pepatah mengatakan, jika ingin menangkap mangsa tangkaplah saat dia lengah. Karena di saat dia ketakutan, dia akan bersembunyi sebaik mungkin.

Membiarkan Raven bebas selama beberapa hari bukan berarti lepas dari Ganendra. Dia hanya membiarkan orang-orang di sekitar lelaki muda itu menyelesaikan urusannya secara bergiliran.

Yakinlah, lelaki dewasa itu akan menyelesaikan tugasnya sebagai penutup dengan sempurna. Biarkan Raven menikmati kebebasannya yang sesaat.

"Jalan, brengsek!"

Raven berusaha melepaskan diri dari dua orang bertubuh besar yang memaksanya berjalan dengan tubuh terkunci. Saat dia hendak berlari ke rumah sakit mengunjungi Sapphire dan meminta maaf atas perbuatannya, sekelompok orang menangkapnya. Raven tahu, inilah waktunya.

Dia tahu ke mana orang-orang itu akan membawanya. Seharusnya Raven sadar beberapa hari lalu, sebelum memutuskan bertemu dengan Luciana. Dia telah berjanji tidak akan mengecewakan Sapphire lagi. Ada konsekuensi yang akan dia terima jika melanggar perjanjian. Namun, perasaan yang tak terbalaskan selama ini membuat dia gelap mata.

Sebuah pintu terbuka lebar, kedua lelaki bertubuh besar itu mendorongnya masuk dengan paksa dan menutup pintu.

Jantung Raven berdebar-debar kencang. Di depannya seseorang dengan setelah resmi memunggunginya sambil memandang keluar jendela. Raven merasa seperti masuk ke kandang harimau, menyerahkan dirinya sepenuhnya untuk dicabik-cabik.

"Om, saya nggak bermaksud ...,"

Dalam secepat kilat, wajah Raven berdenyut nyeri akibat dari kepalan tangan lelaki yang tadi memunggunginya.

Pukulan itu dia layangkan berkali-kali. Begitu cepat dan tepat. Raven tidak memiliki waktu untuk menangkis atau melawan. Bahkan ketika Raven jatuh, dia menarik kerah bajunya dan melayangkan tinju dengan wajah dingin.

"Heugh ...,"

Pandangan Raven mengabur. Keringat dan darah telah menyatu, berceceran dan mengotori tubuhnya serta lantai.

Tubuhnya sudah tidak bertenaga, berkali-kali melayang kesana kemari. Bahkan tidak merasakan apapun saat sebuah kaki menginjak dadanya. Dia terbatuk-batuk dan memuntahkan darah segar.

Tergeletak pasrah dengan mata terbuka, memandang lurus pada langit-langit ruangan. Sebuah cahaya putih tepat di atasnya. Bibirnya bergetar, darah kembali mengalir dari mulutnya.

Bayangan Sapphire muncul pada cahaya itu. Tersenyum lebar dan memanggil-manggil namanya. Dia berlari bahagia, rambutnya yang panjang dan hitam terbang terbawa angin.

Beberapa adegan yang pernah mereka lalui. Kenangan indah yang palsu.

Raven meneteskan air mata. Dia menyadari kesalahannya. Menyakiti gadis yang tulus mencintainya dengan sangat kejam.

Kenangan itu hilang saat sekali lagi lelaki dewasa itu memberikan pukulan. Dia benar-benar memberikan sebuah kenang-kenangan berharga yang akan diingat Raven hingga dia menutup mata selamanya.

Mata elangnya memandang tubuh Raven yang tidak berdaya. Menyiksa seseorang di ambang kematian bukanlah sebuah tindakan yang mulia. Dia lebih puas jika dia mati secara perlahan dalam penyesalan.

REDFLAG [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang