REDFLAG - 46

2.4K 211 22
                                    

REDFLAG - 46

Raven memandang rumah yang dulu bisa dia kunjungi kapanpun. Petugas keamanan akan membukakan pintu dengan sigap, lalu asisten rumah tangga menyambut sopan. Raven pernah diperlakukan dengan sangat istimewa. Anak-anak pemilik rumah berlari padanya sambil melebarkan tangan. Bermanja-manja dan menunjukkan apa saja yang sedang mereka lakukan.

Semua orang menyambut Raven, menyayangi lelaki itu layaknya keluarga.

Namun, sekarang rumah itu sangat jauh baginya. Pemiliknya bukan lagi keluarga. Dia hanya orang asing yang sedang berandai-andai masuk ke dalam sana dan berbicara dengan pemilik rumah.

"Pesan saya yang kemarin gimana, Pak? Bapak dapat informasi apa?" Raven bertanya pada satpam yang menjaga keamanan dan ketertiban rumah tersebut.

"Maaf sekali, Mas. Saya udah sampaikan, tapi bapak belum ngasih tahu. Saya nggak enak kalau nanya melulu. Saya sudah tanyakan dua kali," jawab lelaki itu dengan ekspresi merasa bersalah.

Beberapa bulan lalu satpam itu masih membukakan pintu untuk Raven selebar-lebarnya masuk ke rumah tersebut. Tetapi sekarang, dia diperintahkan untuk menolak kedatangan Raven. Raven tidak diizinkan masuk ke rumah itu lagi, apapun alasannya. Semua pesan-pesan yang Raven sampaikan selama ini melalui satpam, di abaikan begitu saja.

Bukan kali pertama Raven datang berkunjung dengan kondisi kaki yang belum normal. Meskipun sudah berbulan-bulan menghabiskan waktu berobat untuk kesembuhan kedua kakinya. Dia masih menggunakan tongkat penyangga sebagai alat bantu jalan.

Kegigihan Raven menyentuh perasaan sang satpam. Tidak tega mengatakan secara langsung bahwa pemilik rumah memberikan titah untuk mengusir Raven secara paksa. Lelaki paruh baya itu membiarkan Raven pergi dengan sendirinya.

"Sekarang siapa yang ada di rumah, Pak?" tanya Raven dengan pandangan tidak lepas dari bangunan megah yang dia intip dari celah pagar. "Ibu ada?"

"Ibu sama nyonya besar tadi pagi pergi, Mas. Bawa anak-anak katanya lagi ada acara dari sekolah. Kemungkinan mereka pulang malam, bapak nyusul ke sekolah. Cuma saya sendiri di sini jaga rumah,"

Raven manggut-manggut kecil. "Bapak beneran nggak tahu Sapphire pindah ke mana? Barangkali pernah dengar Bapak atau Ibu ngobrol?"

Lelaki bernama Sinar yang telah memasuki usia kisaran empat puluh tahunan itu menggeleng kecil, "Saya nggak tahu, Mas. Yang kerja di sini pun pada nggak tahu."

"Nyonya Besar juga nggak pernah menyinggung tentang Sapphire kalau lagi perjalanan gitu ya?"

"Nggak, Mas. Bapak dan Ibu nggak pernah menyinggung Non Sapphire. Saya juga nggak berani tanya-tanya, Mas. Saya cuma kerja di sini, nggak berani ikut campur."

Raven diam-diam menghela napas panjang. Tidak memiliki harapan untuk bertemu dengan Sapphire lagi. Semua yang dia lakukan belum membuahkan hasil. Bahkan kondisi terakhir Sapphire yang dia dapatkan dari Sinar, mengatakan bahwa gadis itu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari. Lalu setelah itu Sapphire tidak pernah kembali.

Semua yang dikatakan oleh teman-temannya adalah benar. Jika sekali saja Raven membuat kesalahan, keluarga Sapphire tidak akan tinggal diam. Kekuatan yang Raven miliki tidak sebanding dengan mereka.

"Makasih informasinya, Pak. Maaf sudah merepotkan selama ini." ujar Raven dengan tulus.

"Iya, Mas. Maaf ya, saya nggak bisa memberikan informasi yang Mas butuhkan. Saya sudah berusaha membantu Mas Raven."

REDFLAG [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang