Seorang wanita sedang duduk tegap menatap lurus pintu masuk sebuah cafe yang berada jauh dari pusat kota. Menantikan datangnya seseorang yang beberapa hari lalu menerornya untuk bertemu guna melepas rindu.
Kaca mata hitam dan sebuah scarf bertengger menutupi mata dan kepalanya. Hal itu bukanlah tanpa alasan, dia sedang menutupi sesuatu. Sesuatu yang membuatnya tidak mau meninggalkan rumah beberapa hari ini, sesuatu yang membuatnya geram hingga ingin menghancurkan seisi dunia saja rasanya, atau lebih tepatnya, satu orang.
Kring!
Lonceng yang bertengger pada kusen pintu itupun bergemericik, menampilkan sosok yang membuat wanita itu membuang nafasnya pelan, merapikan duduknya dan mulai membuang pandangannya asal.
"Ah~ Hallo gorgeous." Sapa sebuah suara bass yang berat.
Seseorang itu langsung duduk di hadapan wanita itu dan menatapnya penuh puja. Sebaliknya, wanita itu justru terlihat tidak nyaman dan sesegera mungkin ingin pergi.
"Langsung ke intinya, aku tidak ingin berlama-lama." Pria itu tersenyum culas mendengar keketusan sang pujaan hati.
"Aku baru saja bebas dan sambutan ini yang aku dapat? Tidakkah kau merindukanku sayang?" Pria itu adalah Gregor, pria yang baru saja bebas dari penjara yang menjeratnya selama 6 tahun karena alasan yang tidak jelas, atau mungkin lebih tepatnya karena alasan itu sengaja dibuat jelas hanya untuk menyingkirkannya.
"Ivana?" Wanita itu tidak menggubris panggilan pria itu.
"Ck! Tidak bisakah kau melihatku? And what a silly glasses, take it off." Ivana menghindar ketika tangan Greg hendak melepaskan kacamata hitam yang besarnya hampir menutupi setengah wajahnya itu.
"Jangan melawati batas!" Ancam Ivana dan membuat Greg mengangkat tangannya ke udara dan kembali ke posisi duduknya.
"Baiklah-baiklah. Bagaimana kabar rumah? Apakah kalian hidup bahagia tanpaku?" Tanyanya seraya terkekeh sinis, seperti menyindir.
"Untuk apa kau ingin tau? Itu bukan rumahmu lagi." Greg mengangkat kedua alisnya seraya menggigit bibir, terkesima dengan jawaban telak yang wanita itu layangkan.
"Setidaknya rumah itu menjadi saksi perbuatan kita, babe." Tantangnya, membuat tatapan Ivana kini menghunus tajam pada sosok di hadapannya.
Tak!
Ivana terkesiap ketika dengan tiba-tiba Greg menarik kacamata itu dan membuangnya sembarang. Senyum yang awalnya terkesan nakal itu berubah menjadi senyuman jahat yang tidak bersahabat.
Ivana yang tidak sempat menghindar pun menarik scarf nya untuk menutupi setengah wajahnya yang lebam. Tidak hanya pipi yang membiru dan sudit bibir yang robek, namun pelipis dan lingkaran mata kanannya terlihat bengkak lebam hingga pupilnya tidak terlihat, sepenuhnya tertutup.
Greg terlihat menunduk, entah melakukan apa. Namun punggung lebar pria itu naik turun seakan sedang kesulitan mengatur nafas.
"Jika tidak ada yang ingin kau sampaikan, aku pergi. You wasting my time." Mendengar kursi itu berdecit tanda Ivana sudah beranjak, Greg menahan lengan wanita itu saat berjalan melewatinya, mencengkramnya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomanceLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...