40

15.1K 1.5K 155
                                    

Aneh.

Sangat aneh. Bagaimana tidak aneh, pria tua ini tiba-tiba mengajaknya membolos daycare, mengajaknya jalan-jalan dan membelikan semua yang ia sentuh. Bahkan hari ini adalah hari dimana pertama kalinya ia memakan makanan manis lebih dari 2 kali. Dia bahkan tidak tau bagaimana rasa dari sepotong macaroon. Anna tidak pernah mengizinkannya menyicipi pencuci mulut itu. Dan ini juga adalah hari pertama dimana ia dapat memilih dan membeli setiap alat lukis yang ia inginkan. Seakan hidupnya mulai terasa normal semenjak sang ayah mulai mendekatkan diri padanya.

Dan saat ini, mereka sedang duduk menatap matahari terbenam.

Setelah menghabiskan waktu hampir satu hari penuh bersenang-senang, sang ayah membawanya mampir menuju pinggir kota. Sebelumnya, sesampainya mereka di sana, kedua pria berbeda usia itu menghabiskan satu jam masih dengan perasaan canggung. Apa yang biasanya dilakukan orang tua dengan anak mereka jika berkunjung ke pantai? Theo benar-benar tidak tau apapun. Seharian ini ia hanya mengabulkan semua keinginan Cairo tanpa ada interaksi yang berarti, payah. Percakapan yang berusaha ia ciptakan diantara mereka hanya ditanggapi seadanya oleh pria kecil itu, tidak menunjukkan ketertarikan sama sekali walau Theo sudah mengabulkan keinginannya.

Dia tidak mungkin membiarkan hari ini berakhir tanpa adanya ingatan baik untuk di kenang. Akan tetapi, apa yang harus ia lakukan? Dia benar-benar terlihat seperti orang kikuk saat ini. Hingga akhirnya, di tengah perjalanan mereka menyusuri pantai, Cairo menemukan seekor anak anjing, dari sana lah semua di mulai.

Perdebatan antara sang putra yang ingin mengadopsi anjing liar itu dan sang ayah yang tidak setuju karena khawatir anjing tersebut membawa virus pun membawa mereka kepada moment yang mulai mencair, dan semuanya berjalan sesuai naluri.

Hari ini, untuk pertama kalinya Cairo tertawa selebar dan sekeras itu, pun Theo, yang pertama kalinya mendengar dan menyaksikan sang putra terlihat lebih hidup. Menyaksikan bagaimana mata tajam itu menyipit karena gelak tawa, bagaimana wajah datar itu berubah imut karena canda, dan bagaimana tubuh itu kecil itu berlari meminta perlindungan padanya dari ombak yang hendak menerjangnya.

Ternyata seperti ini rasanya. Rasa gembira yang sebenarnya sulit ia cerna, karena rasa ini cukup asing untuknya. Rasa yang tentu jauh berbeda dengan cinta, apa karena ini pertama kalinya? Karena ibaratnya, ia sedang berhadapan dengan separuh dirinya. Separuh yang melengkapi apa yang tidak ia sadari sebelumnya.  Separuh yang datang dan menyelimuti setiap inci hatinya, yang merangkul dan menguatkan pondasinya. Bagaimana mungkin ia baru menyadarinya?

Bertemu dan jatuh cinta dengan Azlyn saja sudah membuatnya serasa memiliki surga, bagaimana mungkin dia tidak menyadari bahwa selama ini sang putra adalah penghuninya? Sebelumnya, surganya terasa seperti ruang kosong yang hanya mengeluarkan gema. Hanya dipenuhi oleh cahaya yang tidak terasa hangatnya, sehingga indahnya hanya sebuah cerita tanpa jelma, tanpanya, surga itu terasa hampa.

Iya, Cairo adalah pelengkap dari apa yang tidak ia cari, namun tanpa sadar, kehadirannya menjadi jawaban yang justru ia nanti-nanti.

Semua ini membuatnya kembali berandai.

Jika tawa itu dapat memenuhi setiap penjuru kediamannya, apakah rasanya akan sama? Jika tawa itu disatukan dengan senyum sang wanita, apakah semuanya akan baik-baik saja? Apa surga itu akan abadi selamanya? Akan tetapi sekarang, semuanya sudah hancur berantakan.

Mereka seharusnya bahagia, dan karena kehadiran monster ini, mereka justru mencicipi derita. Surga dan penghuninya tentu tidak sepantasnya disandingkan dengan neraka.

"Beritahu aku." Suara kecil itu membuyarkan pikiran sedih Theo.

Di sampingnya, sang putra tengah mengelus penuh sayang anak anjing yang mereka temukan, tidur lelap dalam pelukannya.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang