Rasanya?
Rasanya seperti setiap detik tarikan nafas tidak ada rasa lega, tidak ada rasa aman juga tidak ada rasa tenang. Setiap saat, selalu akan ada yang membuat nafasnya terasa tercekat, tersumbat oleh sesuatu yang terikat kuat, menghalau keluar setiap tangisan pahit yang merangkai bait demi bait ayat yang akan suaranya semat. Semua tertutup rapat dan tidak memberinya kesempatan untuk menjerit sakit. Ada keinginan untuk bangkit, namun, menyatukan kembali semua patahan itu sangatlah sulit.
Tidak leluasa, namun sudah terbiasa.
Bagaimana rasanya? Rasa bahagia yang berakhir selamanya? Tanpa berpikir mungkin esok akan ada derita, luka juga duka. Setiap hari ia berdoa, agar setidaknya segala tempaan ini sedikit mereda, mengizinkannya menatap dunia dengan cara yang berbeda. Menikmati suguhan Tuhan yang tak terhingga luasnya. Namun, mau seberapa kuatnya ia berusaha, air matalah pemenangnya.
Ia terbangun dengan segala memori asing yang membuatnya tau siapa pria itu sebenarnya, siapa pria kecil itu sebenarnya dan siapa dirinya yang sebenarnya.
Lucu. Ternyata selama ini memang dialah pemeran utamanya. Tersingkirkan oleh delusi yang berperan untuk menekan segala sakitnya. Delusi yang ia ciptakan hanya agar dapat menikmati hidup seperti manusia lainnya, tanpa ada yang mengenalnya, atau, tanpa ia mengenal semuanya. Berperan sebagai seorang penonton yang tak mendapatkan peran penting, melihat dan menikmati pertunjukkan dari kejauhan, tidak diperhatikan oleh siapapun dan bebas melakukan apapun, tanpa ikut andil dalam jalannya cerita, menjadi figuran tak kasat mata yang bertugas hanya sebagai pemeriah acara. Ternyata begitu lebih menenangkan.
Namun, lagi-lagi semua berubah hanya dalam satu tarikan nafas, segampang membalikkan kedua telapak tangan, secepat mata berkedip, kini semua terluang lagi.
Akan tetapi, mengapa rasanya kosong? Dimana rasa kecewa itu? Dimana rasa sakit itu? Dimana air mata itu? Mengapa ia hanya terdiam dan mencerna semuanya dalam keheningan. Menatap langit-langit dengan tatapan mata paling redup, merangkai cerita demi cerita, adegan demi adegan, kebenaran demi kebenaran, potongan demi potongan, kenangan demi kenangan, membuatnya semasuk akal mungkin untuk selanjutnya ia dapat menentukan harus apa. 3 jam berlalu tanpa ia tau jawabannya, rasanya hampa.
Seakan dia sudah dapat menerima takdirnya, bermain dan merangkul setiap nasib buruknya. Ikut tertawa dan menjadikan mereka selayaknya seorang teman bercanda. Iya, dia sudah terbiasa. Terbiasa dengan kotor itu, dengan tangis itu, dengan luka dan penghinaan itu. Hingga rasanya saat ini, ia tidak ingin lagi memohon untuk semua yang ia pinta, tidak lagi mengaduh untuk sekedar mendapatkan rasa iba. Jika memang harus terjatuh lagi, maka dia akan terjatuh dengan tersenyum, karena kubangan itu akan kembali menyambutnya dengan senang hati. Kembali menyemangatinya untuk berusaha lagi hingga akhirnya wanita kotor ini akan menebarkan bau busuknya pada setiap orang yang melukainya.
Begitulah isi pikirannya, akan tetapi sebelum itu, dia harus merebut hak-nya.
Sementara ia melamun, di luar sedang terjadi hal yang cukup menegangkan.
Disana, berdiri empat orang pria berseragam khas seorang bodyguard dengan satu pria yang berada di tengah dan menjadi pusat kendali dari keempatnya. Menatap lurus dua orang pria yang sepertinya tidak akan pernah beranjak dari tempatnya kecuali diseret paksa.
Uziro tak melepas pandangannya dari dua pria dewasa itu selagi membayangkan berbagai skenario di kepalanya. Ia tidak mau membuat keributan di rumah sakit, apalagi harus menghadap ke kantor polisi jika itu terjadi. Namun sepertinya, dua orang di hadapannya ini tidak perduli sama sekali.
"Anda tau harus apa." Ucap Theo yang berdiri tepat berhadapan dengan Uziro yang menghalangi jalannya di ujung lorong ruangan dimana Azlyn berada.
"Saya tidak ingin membuat keributan, tuan Martin."

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomanceLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...