Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Malam itu, ia akui adalah malam di mana dapat dikatakan ia tidak tidur semalaman. Semua itu karena ia lebih memilih untuk menatap Azlyn yang tertidur dan memastikannya tetap bernafas, membiarkan jarinya menempel di bawah tulang rahang kiri Azlyn, memastikan nadi itu tetap berdetak.
Sekarang, bagaimana caranya menjelaskan apa yang sedang ia rasakan? Mengetahui orang yang menghilang tanpa jejak selama enam tahun itu sedang tertidur nyenyak dalam dekapannya malam tadi, terlihat nyaman bahkan hingga tak menyadari apapun hingga pagi. Perasaan yang terasa mengambang antara mimpi juga kenyataan, ya, dia sedang berada disana sekarang.
Sulit untuknya percaya, namun inilah kenyataannya.
Sama seperti saat ini. Melihat dan menyentuh wajah sejuk itu lagi, memperhatikannya sedekat mungkin hingga membuatnya ingin segera melihat manik tajam itu memelas dibawahnya. Ah~ apa yang sedang dia pikirkan, namun bukankah itu wajar? Enam tahun, sudah enam tahun ia tak menyentuh wanita manapun, jadi, bolehkan? Karena menahan nafsu untuk tidak segera 'bermain' dengan wanita yang telah lama pergi meninggalkannya ini tidaklah mudah, maka semuanya harus terjadi. Merasakan kembali kulit itu basah oleh peluh, melihat bibir kecil itu menganga menahan sakit dan mendengar setiap desahan wanita itu yang membuatnya semakin ingin berbuat lebih. Iya, itu yang dia inginkan, sekarang.
"MAMA!"
Terkejut bukan main, itu yang Theo rasakan ketika mendengar suara nyaring yang sangat ia kenali menyusup masuk dalam pendengarannya. Belum cukup dengan keterkejutannya, kini Azlyn juga menepis tangannya, mendorongnya menjauh.
Sialan! Desisnya ketika melihat wanita itu berpaling darinya, meninggalkannya dan lebih memilih menghampiri anak kecil itu. Anak kecil yang beberapa hari ini ingin ia perbaiki hubungannya, apakah dia salah mengambil keputusan? Karena saat ini ia ingin sekali memasukkannya ke asrama.
Cairo menatap Theo tajam dan penuh permusuhan. Mengapa ayahnya disini? Apa yang dia lakukan dengan Azlyn? Apa ini maksud tersembunyi dari Hengky? Bagaimana mereka bisa dekat? Mereka bahkan terlihat sangat dekat seperti seorang kenalan lama, apa artinya ini?
Semua pertanyaan itu berputar mengelilingi kepala kecil Cairo, namun terlepas dari kebingungannya, ia cemburu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aro-ku sayang~" Azlyn langsung mengangkat tubuh kecil Cairo ke dalam gendongannya, membawanya menuju meja dimana rakitan bunganya sudah setengah jadi. Cairo memeluk leher Azlyn sangat erat ketika wanita itu hendak mendudukannya di atas meja, tidak ingin lepas dari gendongannya. Hal yang berhasil membuat Theo cemberut untuk pertama kalinya.
Dan di ujung pintu masuk sana, ada Hengky yang mengintip dengan takut, melihat bagaimana raut wajah Theo berubah drastis ketika menyadari kedatangan Cairo, membuatnya enggan untuk masuk.
"Mama sedang apa?"
Mama? Benar, itu teriakan Cairo saat masuk ruang dekor tadi. Mengapa ia baru sadar sekarang? Mama? Apa Cairo tau?