"Hah~" Theo membuang nafas malas.
Sial, dia sangat sial. Kesialan tidak pernal luput dari langkahnya.
Beberapa saat lalu, saat mengejar sosok yang membuatnya penasaran setengah mati hingga ujung blok namun tidak menemukan apapun itu membuatnya hendak kembali menuju tempat dimana ia meninggalkan anaknya.
Namun ternyata ia justru bertemu dengan Maya yang ternyata sudah menunggunya di depan coffee shop tempatnya mengajak Theo untuk bertemu. Dia bisa saja menolak dan langsung pergi tanpa merasa bersalah, hanya saja wanita itu memohon hingga memelas, membuat semua orang memperhatikan mereka dan berbisik-bisik tentang dirinya yang mencampakkan wanita itu.
Hah~ Ada saja yang membuatnya ingin mengamuk. Jika bukan karena malas membuat wajahnya muncul diberita dengan judul yang bukan-bukan, sudah dia jorokkan wanita itu ke tengah jalan. Merepotkan.
Jadi, disinilah dia. Sedang menunggu pesanan kopinya dan Maya yang sedang ke toilet.
Bagiaman dengan Cairo? Theo sudah mengirimkan pesan pada Hengky untuk menyusulnya dan mengawasi putra semata wayangnya selagi dia disini bertahan hidup.
Jika ada hal yang paling dia sesali di dunia ini maka hari libur adalah jawabannya. Hari libur apanya, dia lebih suka melihat tumpukan kertas itu daripada membuang-buang suaranya disini.
"Maaf, aku lama." Maya akhirnya selesai dengan kegiatan tidak tau apanya itu. Sedangkan Theo mengerenyit kecil mendengar bahasa Maya yang berubah non-formal.
"Aku tidak sangka anda benar-benar datang." Ucapnya dengan nada senang yang terdengar sopan. Datang apanya? Dia secara tidak langsung di paksa dengan kata-kata yang diperhalus dengan rengekan.
Dia tidak suka dengan wanita yang banyak drama. Mengapa saat ini dia merasa malu, ya? Malu karena pernah mengejar wanita yang saat ini duduk di hadapannya.
"Saya kebetulan sedang mengantar Cairo bermain dengan temannya di dekat sini."
"Wah~ Benarkah? Aku sangat senang untuk itu, ternyata dia mau mendengar saranku untuk mulai berteman. Syukurlah~" Ujarnya seraya tersenyum lebar menunjukkan barisan giginya yang rapi hingga menimbulkan sebuah lekukan manis pada pipinya.
"Cairo anak yang manis dan lugu, ya? Dia pernah bertanya dengan polosnya apa aku sudah memiliki kekasih atau belum." Lanjutnya dengan kekehan kecil yang terlihat cantik.
Cantik memang, Theo akui. Namun, aku kan tidak bertanya. Batin Theo jengah, sangat jengah. Ternyata wajah dan kepribadian sangat bertolak belakang. Dia tidak suka wanita yang cerewet. Atau lebih tepatnya, dia hanya suka pada satu wanita yang cerewet.
"Benarkah? Saya baru tau Cairo penasaran dengan hal-hal tidak penting seperti itu." Theo menyeruput espresso nya acuh, membuat Maya tersenyum canggung.
"Aku rasa dia seperti itu karena sudah mulai terbuka denganku." Lanjutnya mempertahankan kepercayaan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomansaLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...