Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Karena malas membuat makan malam, Azlyn memutuskan untuk mencari makanan di sebuah kedai food truck yang berada di persimpangan gedung apartemennya. Tempat itu sangat terkenal dengan makanan siap sajinya. Smoke beef barbecue adalah yang paling laku di sana. Tak jarang orang-orang rela mengantri untuk membeli walaupun di cuaca dingin seperti ini.
Azlyn keluar dengan pakaian santai, namun dia melapis tubuhnya dengan cardigan, jaket serta mantel. Mengenakan kaus kaki tumpuk 2 serta sepatu Ugg berwarna coklat. Tak lupa syal dan topi rajutnya.
Sebenarnya dia tidak mudah kedinginan seperti ini, hanya saja seperti yang dia katakan beberapa kali bahwa tubuh ini sepertinya memang lemah sedari lahir. Saat ini bahkan hidungnya sudah mampet.
Dia menyembunyikan kedua tangannya ke dalam saku mantel dan sesekali meniupkan nafas. Membuang rasa dingin yang kini perlahan memasuki tubuhnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Antrian 45!" Teriak sang asisten koki. Azlyn melihat kertas nomor antriannya, 50. Sisa lima orang lagi dan dia dapat menyantap makan malamnya. Tidak apa, sebentar lagi. Batinnya.
Dia juga sudah membeli kopi hangat sebelum mengantri. Hangatnya gelas berbahan kertas itu mengurangi rasa kaku pada jemarinya dan cairan hitam itu membantu melegakan tenggorokannya yang hampir membeku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~
Theo mengendarai mobilnya sendiri kali ini, menyusuri jalan untuk menyegarkan pikiran. Ini sudah kesekian kalinya sang ibu memintanya untuk menerima Cairo sebagai putranya dan mengenyahkan segala kebenciannya di masa lalu. Dia juga menambahkan bahwa usianya sudah tidak lama lagi sebagai penekanan agar permintaannya segera Theo realisasikan.
Mengapa ibunya tidak memintanya menikah saja alih-alih membangun hubungan dengan putranya? Itu terdengar mudah untuk dia lakukan dari pada membuka mulut untuk mengajak putranya berbicara. Memandang wajahnya saja sudah merupakan suatu kemajuan yang bisa Theo lakukan selama 6 tahun ini, dan dia rasa itu sudah cukup, tidak perlu yang lain lagi. Asalkan anak itu terpenuhi segala kebutuhannya, maka semuanya akan baik-baik saja, untuk dia dan untuk Cairo.
Theo memarkirkan mobilnya di area parkir taman kota. Dia butuh udara segar sebelum kembali memasuki rumah yang hanya berisikan dua pion catur itu, dimana Cairo adalah bidak dan Theo adalah rajanya.