Cairo berjalan dengan senyum yang menghiasi wajah lucunya. Dia memeluk se bouquet bunga mawah putih pemberian Azlyn untuk neneknya dengan erat dan hati-hati, tidak ingin satu kelopak pun jatuh ke tanah.
Sebelumnya, dia diminta untuk menunggu Theo di lobby untuk masuk ke ruangan rawat nenek bersama, namun dia menolak dan ingin lebih dulu memamerkan bunganya pada sang nenek.
Drrkk
Pintu ruangan itu di geser oleh Hengky, menampilkan sebuah ruangan luas dengan satu brangkar yang di kelilingi berbagai macam alat yang Cairo tidak tau apa saja nama dan gunanya. Yang dia tau pasti, Hengky pernah mengatakan bahwa alat-alat itu berguna untuk membantu nenek hidup lebih lama.
"Nenek!" Panggilnya semangat ketika melihat sang nenek sedang duduk menghadap jendela, menikmati cuaca di luar sana.
"Ah~ cucuku tampan. Kemari sayang." Dengan wajah yang tidak lagi muda, ditambah lagi rona kulit yang tidak lagi segar dan selang oksigen yang membentang di antara bibir dan hidungnya, Helena tetap menyambut kedatangan cucu semata wayangnya itu dengan senyuman.
"Nenek, selamat ulang tahun!" Cairo berlari kecil ke arah brangkar dan menyodorkan bouquet bunga itu untuk sang nenek.
"Wah~ cantiknya."
"Nenek suka?? Bunganya cantik, kan??"
"Iya sayang, nenek sangat suka, bunganya cantik." Cairo tertawa malu mendengar pujian sang nenek pada bunganya, yang secara tidak langsung neneknya juga sudah memuji pilihan Mamanya.
"Terima kasih, Cairo tampannya nenek." Ujarnya seraya membuka kedua tangannya, mengisyaratkan Cairo untuk mendekat dan segera memeluknya. Cairo pun menaiki sofa single yang berada di samping brangkar dan menyambut pelukan sang nenek.
"Nenek sudah makan? Sudah minum obat?"
"Sudah cucu. Di mana ayahmu? Apa dia tidak mau datang lagi?" Cairo diam tidak menjawab, seperti disadarkan pada situasi bahwa sebentar lagi dia akan berada di ruangan yang sama dengan ayahnya. Cairo pun menampakkan wajah seperti sedang merajuk.
"Tuan sedang dalam perjalanan, nyonya. Sebentar lagi akan sampai." Akhirnya Hengky membuka suara.
"Kalau ayah datang, aku akan ke ruang bermain saja." Ucap Cairo pada Barbara. Di ruangan VVIP itu terdapat satu ruangan yang biasa Cairo gunakan untuk bermain sendirian, di sana juga sudah terjejer rapi segala permainan yang telah neneknya siapkan untuknya jika dia datang.
Belum sempat Barbara membujuk Cairo, pria kecil itu langsung turun dari brangkar dan berjalan menuju ruangan bermainnya, tepat saat pintu itu bergeser karena kedatangan seseorang yang baru saja mereka bahas.
Barbara tersenyum penuh arti melihat kedatangan anak semata wayangnya. Ini kali kedua Theo menjenguknya selama dua tahun ini. Pertama saat dia mengantarnya ketika sakit karena ditinggal Bennedic, suami tercintanya, dan kali ini adalah kali keduanya.
"Theodore-ku. Kamu datang, nak." Theo tidak menjawab apapun dan langsung mendudukkan dirinya di sofa depan brangkar. Barbara menyurutkan senyumnya pilu. Setelah selama ini? Batinnya.
"Son, mau kah kau mendengarkanku?" Sunyi, tidak ada sahutan dan Theo justru terlihat sedang sibuk dengan tabletnya, memeriksa kerjaannya.
"Steffani sering datang dan mengadu kalau kamu tidak membalas pesannya beberapa bulan ini. Dia juga bilang kamu tidak menerima kedatangannya di kantor, apa kamu harus sekasar itu padanya?" Cairo mendengar ucapan sang nenek dari balik tembok itu. Steffani, dia tau siapa pemilik nama itu. Steffani adalah seorang model internasional yang ingin neneknya jodohkan untuk ayahnya. Dia adalah putri dari client bisnis neneknya semasa muda dulu.
Dari berita-berita yang terdengar, mereka sebenarnya dijodohkan oleh kedua orang tua mereka ketika Cairo berusia 2 tahun, dan sampai saat ini tidak membuahkan kejelasan apapun karena sang ayah belum move on dari mendiang mamanya.
Cairo pun sampai saat ini juga tidak pernah bertemu Steffani-Steffani itu, karena wanita itu dilarang untuk bertemu dengan Cairo oleh Theo. Awalnya Cairo sedih, merasa sang ayah terlalu membencinya hingga memerintahkan orang untuk tidak bertemu dengannya. Namun saat ini dia sudah mengerti kondisinya, dia bersyukur ayahnya melakukan hal itu.
Bagaimana ya rupa wajah Steffani? Dia penasaran namun semalas itu untuk cari tahu, karena.. untuk apa?
Ada wajah yang lebih membuatnya penasaran untuk dilihat daripada Steffani-Steffani itu, yaitu wajah sang Mama kandung yang tidak ada satupun gambarnya di mansion besarnya. Bahkan dia penah menyeludup masuk ke kamar sang ayah untuk mencari potret sang Mama, namun nihil. Hingga sekarang, dia sudah menyerah dan membiarkan semuanya berlalu. Tapi sepertinya sang ayah tidak ingin membiarkan sang Mama berlalu begitu saja.
"Aku sudah tidak semuda dulu, Theo. Umurku pun sepertinya sudah tidak lama, tidak ada yang tau mungkin besok atau lusa atau minggu depan aku akan mati. Setidaknya, biarkan aku melihatmu mengenakan jas pengantin untuk pertama kalinya sebelum aku menyusul suamiku, son."
"Tidak bisakah mama berhenti mengurusi apa yang baik dan tidak baik untukku? Terakhir kali mama melakukan itu justru berakhir seperti saat ini, tidakkah itu membuat mama belajar dari kesalahan?" Barbara terdiam dan mulai menunduk sedih mendengar sang putra yang dia besarkan sepenuh hati kini melawannya seperti ini.
Pertama kali? Terakhir kali? Belajar dari kesalahan? Apa maksudnya? Batin Cairo.
Namun alih-alih penasaran dengan arti semua kata-kata itu, Cairo justru terpancing pada kalimat yang lain, mendengar sang nenek mengucapkan kata-kata seakan dia hendak pergi meninggalkan Cairo serta sahutan sang ayah yang tidak sopan membuatnya tidak nyaman.
"Nenek!" Teriaknya keluar dari ruangan bermainnya.
"Jangan bicara seperti itu! Aku tidak suka mendengarnya!" Cairo langsung memeluk kaki sang nenek dari jarak jangkaunya.
"Hah~" Suara Theo membuang nafas lelah membuat Cairo merasakan emosinya berada di puncak kepala. Suara helaan itu justru terkesan bahwa Theo tidak masalah jika sang nenek pergi meninggalkan mereka kapanpun itu. Menyepelekannya.
"Kau! Pria tua tidak tau malu!" Theo, Hengky, Rendy dan sang nenek seketika membola mendengar suara nyaring Cairo membentak Theo untuk pertama kalinya.
"Pria tua buruk yang menyedihkan! Kalau memang kau tidak bisa menggantikan mama dengan siapapun di hidupmu, setidaknya jangan membuat nenekku pergi dari hidupku! Aku tidak punya siapapun! Aku tidak pernah merasakan bahagia diusiaku! Aku tidak hidup seperti anak-anak seusiaku! Aku dibully karena tidak memiliki mama! Aku selalu bermain sendiri dimana pun dan kemana pun aku pergi! Aku tidur dan bangun tidak menemukan siapapun di sampingku! Aku tidak pernah merasakan suapan seorang mama seumur hidupku! Aku tidak tau bagaimana wajahnya! Suara tawanya! Hangat pelukannya! Aku bahkan tidak tau dimana makamnya! Kau sudah seegois itu padaku selama ini! Merasakan semua yang belum pernah aku rasakan dan masih belum puas dengan semua itu! Dan kali ini kau mau nenek juga pergi dariku?! Kau pria tua menyedihkan!" Cairo mencaci maki Theo seraya memejamkan matanya erat dan saat kalimat terakhir terucap, dia langsung berlalu keluar dari ruangan itu seraya menangis.
"Cairo!"
"Tuan muda!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomanceLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...