Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Maya bersenandung riang di depan cermin, sedang membubuhkan make up tipis di wajah cantiknya. Senandungannya semakin lembut ketika ia menyisir rambut blonde panjangnya, membelahnya setengah dan menjepitnya asal dengan pin pita berwarna pink, membiarkan anak-anak rambut halusnya jatuh dengan alami.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sempurna!" Serunya.
Ia beranjak, meraih tas selempangnya di atas kasur dan siap berangkat ke daycare.
Saat keluar dari ruangan sepetak yang ia sebut kamar itu, ia melihat ayah tirinya sedang tertidur di atas sofa dengan posisi yang tidak nyaman sama sekali. Alih-alih prihatin, dia justru berdecak kesal. Pemandangan ini sudah menjadi makanan sehari-harinya, entah kapan dia bisa bebas dari kandang berkedok apartemen ini. Kalau saja ibu bodohku tidak menikahi pria menyedihkan sepertimu dan membuat apartemen ini menjadi atas namamu, tidak akan sudi aku bertahan disini! Batinnya.
"Cih!" Tidak mau berlarut menyaksikan kebiasaan jorok ayah tirinya, Maya langsung bergegas pergi dari sana.
Ceklek!
Maya terkesiap hingga membuatnya mundur beberapa langkah.
"Ah! Sialan! Bikin kaget saja!" Gerutunya ketika mendapati seorang pria asing di depan pintu apartemennya.
"Maaf, baru saja saya akan mengetok pintunya." Ucap pria itu seraya tersenyum lebar tanpa rasa bersalah.
Maya menatapnya sinis, memperhatikan pria itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ujung bibirnya terangkat tanda tak suka, apalagi dengan penampilan gelandangnya, ditambah rambut panjang dan tumpukkan tato yang menghiasi lengan hingga lehernya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Anda siapa? Ada keperluan apa di unit saya?" Tanya Maya dengan nada tidak ramah sama sekali. Bahkan saat ini ia tengah melipat kedua tangannya di dada. Menunjukkan kepenguasaannya dan ketidak sukaannya dengan kehadiran pria itu. Tidak ingin terintimidasi oleh aura dan pembawaannya yang kelam.
"Ah~ Nama saya Gregor, saya baru saja tiba di Ottawa kemarin lusa. Saya adalah teman Frank, apa dia ada?" Jelasnya masih dengan senyuman ramah nan lebar yang dia tunjukkan. Alih-alih merasa senyumnya besahabat, Maya justru bergidik ngeri melihat bagaimana bibir itu melengkung namun tidak dengan matanya.