Bagaimana ini?
Baru beberapa menit yang lalu ia sangat senang karena akan kembali bertemu dengan Azlyn. Kembali melihat sosok cantik itu di hadapannya, namun, seketika keberaniannya seakan terkuras habis. Tersedot oleh sesuatu yang bernama ketakutan. Mengapa ia takut? Ada apa dengannya? Dimana Theodore yang tak kenal takut itu? Apa karena beberapa jam yang lalu ia menyaksikan kekasihnya pingsan karena kelengahannya?
Ck! Mengingat kejadian itu membuat urat ototnya kembali menegang. Hampir 2 kali ia membunuh bajingan itu dan tidak akan ada lagi yang ketiga kali. Dia harus mati secepatnya, bagaimanapun caranya.
Kembali membayangkan saat dia melihat wanita itu terjatuh tak sadarkan diri di hadapannya ketika hendak mematahkan leher Gregor membuatnya hancur seperti semua tulangnya hilang seketika. Karena itu pun ia melepaskan mangsanya kabur untuk dapat memastikan keadaan ratunya. Menyaksikan cairan merah itu mengalir mengotori kulit putih Azlyn sungguh membuatnya ingin menggila. Melihat bibir plum itu berubah pucat dan kedua tangannya terasa dingin karena mengalami kejang membuatnya panik tak karuhan. Khawatir juga takut yang tidak dapat ia kendalikan hingga amat sangat bersedia melakukan apapun untuk menukar nyawa wanita itu dengan segalanya yang ia punya. Ambillah, ambillah selama itu dapat menukar senyum manis itu. Dia akan memberikan semuanya selama wanita itu hidup dengan nyaman.
Namun, hanya ada satu pertanyaan yang belum dapat terjawab olehnya. Jika dengan tidak bersatunya mereka berdua akan membuat Azlyn bahagia, apa dia akan tetap mengabulkannya?
Iya, pertanyaan itulah yang membuatnya takut. Lebih dari apapun.
Theo mengeyahkan segala pikiran itu, tidak ingin terlena dengan isi kepalanya dan membiarkan Azlyn menunggu lama. Biarlah bayangan negatif itu tertinggal disini sebelum ia bertemu dengan Azlyn.
Tok! Tok!
Setelah mengetuk pintu itu, Theo memasuki ruangan rawat Azlyn.
Tidak banyak cahaya di sana, hanya mengandalkan beberapa lampu nakas dan lampu kecil di ujung langit-langit.
Azlyn masih berbaring dengan posisi bersandar di brangkar, kepalanya tertoleh ke arah jendela besar yang menampakkan pemandangan kota. Waktu sudah hampir fajar, namun rasa kantuk juga lelah tak sama sekali mengganggu dirinya saat ini.
"Cloudy?" Panggil Theo pada sosoknya yang masih bergeming tak terganggu oleh kedatangan pria itu.
Beberapa detik berlalu tanpa sahutan. Sangat sunyi hingga membuat Theo merasa ragu untuk kembali mengeluarkan suara. Ia memutuskan untuk menunggu wanita itu karena mungkin saja ia masih merasa lemah karena kondisinya.
"Kau ingat? Hari itu, saat kita bertemu untuk terakhir kalinya adalah saat di mana matahari terbenam, seakan momennya sangat tepat. Lalu, bagaimana menurutmu saat ini?" Azlyn menoleh menatap pria yang berdiri dengan wajah lesu dengan kondisi yang cukup berantakan itu.
Azlyn menatapnya lurus, hingga Theo merasa ia tidak mengenal wanita dihadapannya ini lagi.
"Clo-"
"Apa mau-mu? Enam tahun yang lalu kau bahkan tidak mau menatapku, sekarang?" Theo hanya diam, diam seribu bahasa. Dia tidak punya pembelaan sama sekali, atau lebih tepatnya, tidak ingin.
Azlyn menurunkan kedua kakinya, mendudukkan dirinya sebentar, berusaha mengumpulkan tenaganya seraya menatap pria yang tertunduk itu lamat-lamat.
Perlahan, kakinya mulai menyentuh lantai yang dingin tanpa alas, berjalan lemah mendekati pria itu.
"Kenapa sekarang kau terlihat sangat ingin memiliki pelacur ini? Kenapa sekarang kau terlihat sangat ingin mendapatkan wanita kotor ini? Kenapa sekarang kau terlihat seperti pria menyedihkan yang paling tersakiti SEDANGKAN AKULAH YANG MENDAPATKAN SETIAP LUKANYA?!!!" Theo memejamkan matanya erat, mendengar setiap pertanyaan demi pertanyaan yang tidak ia miliki jawabannya. Sakit, sakit karena mengapa harus ada kata terlambat yang tidak dapat ia tarik kembali, tidak dapat ia perbaiki kecuali dengan akibat yang harus ia bayar mahal, sangat mahal hingga taruhannya adalah wanita yang ia cintai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomansaLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...