Pesawat yang Azlyn tumpangi baru saja landing pukul 3 pagi dini hari tadi. Sepulangnya dari acara berkunjung di kediaman sang kakak berbuah paksaan yang mengharuskannya untuk tinggal di Jepang dan meninggalkan kehidupan bebasnya di Ottawa. Azlyn menolak dengan berbagai macam cara hingga membuat sang kakak kesal dan pergi meninggalkannya, tidak menyapanya hingga malam.
Karena tidak ingin merusak hubungan keluarga, dia pun memutuskan untuk menginap 2 malam untuk meredakan kekesalan sang kakak dan mulai memberikan pengertian secara perlahan tentang keputusan kepindahannya.
Setelah berunding, Azlyn pun diizinkan untuk kembali ke Ottawa dengan satu kondisi, di mana dia harus menyerahkan usaha toko bunganya dikelola oleh orang suruhan Emily dan Azlyn harus kembali tinggal di apartemen dan fokus memimpin Mall yang menjadi kewajibannya sedari awal.
Emily sangat marah ketika mendapat informasi bahwa Azlyn selama hampir sebulan ini tinggal di rumah toko yang usang itu. Meninggalkan fasilitas mewah nan nyaman yang kakaknya berikan. Ditambah lagi dia wanita dan hidup sendirian di tengah-tengah kepadatan ibu kota tanpa pengamanan yang memadai sama sekali, membuat Emily hampir gila mengomelinya selama 2 jam penuh.
Karena hal itu, mau tidak mau Azlyn harus meninggalkan toko bunga ini dan mulai menjalani perannya sebagai Direktur Utama.
Jadi, hal itu lah yang membuatnya langsung bekerja tanpa membongkar barang bawaannya, karena setelah menutup toko sore ini, dia akan langsung pergi.
"Hah~" Azlyn menggaruk kulit kepalanya yang tidak gatal, membuat beberapa helai rambut panjangnya turun menutupi wajahnya yang terpejam.
Karena merasa sinar matahari sore sudah tidak sehangat sebelumnya, Azlyn pun memutuskan untuk bangun dan bersiap menutup toko.
"Hai."
"AAHH!"
~
"Sshh! A! Aa! Aaa!" Ringis Alister yang saat ini sedang dibersihkan luka pada dahinya.
Beberapa saat lalu, ketika Azlyn membuka mata, ada sosok tinggi jangkung muncul pertama kali di pandangannya. Karena terkejut mengira dia adalah orang jahat, Azlyn pun tanpa sadar melempar apapun yang dapat di raihnya, termasuk sepatu heelsnya yang langsung mengenai kepala pria itu. Beruntung bukan gunting taman yang menancap di sana.
"Tenanglah! Obatnya jadi tercecer." Omel Azlyn karena sedari tadi Alister selalu bergerak rusuh ketika wanita itu hendak mengoleskan obat merah pada lukanya, membuat kapasnya terjatuh ke lantai karena ulahnya.
"Perih tau!"
"Tau. Makanya diam dulu."
"Ternyata kamu wanita yang-" Belum sempat Alister menyelesaikan ucapannya, matanya langsung bertemu dengan mata Azlyn yang seakan memberi arti 'Apa? Yang apa? Wanita yang apa? Coba sebut, coba saja berani sebut.'
"Ehmm, wanita yang memiliki pertahanan diri yang bagus, sangat bagus. Hal itu sangat dibutuhkan di jaman sekarang. Kamu wanita kuat yang mandiri dan cantik, sangat sesuai dengan tipeku." Lanjutnya. Membuat Azlyn mendengus pelan setelah selesai menempelkan plester di dahi Alister lalu melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Am I?
RomanceLily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...