27

46K 4.1K 180
                                    

Pagi mulai menyingsing. Sinar matahari setelah badai semalam terlihat terik menerangi. Sercercah cahaya malu-malu mulai menyusup dari sela-sela gorden yang menutupi jendela dan suara bising kendaraan pun sudah terdengar. Azlyn memperhatikan semuanya, duduk nyaman di sofa dekat balkon.

Dia bampir tidak tidur semalaman, pria itu sangat cerewet hingga dia tidak bisa istirahat dengan tenang. Beberapa kali dia harus mengganti handuk kompres yang ia gunakan untuk meredakan demam Theo. Sesekali mengelap peluh yang timbul karena suhu tubuhnya yang sangat tinggi hingga membuatnya mengigau, dan dia yakin, sebagian besar igauan itu adalah tentang dirinya.

Entah dia memanggilnya dengan sebutan "Clo" ataupun menyebutkan kata "Maaf". Tak jarang juga dia mengumpat, dan umpatan itu tidak terdengar seperti dimaksudkan pada orang lain namun dirinya sendiri, menyumpah serapahi kebodohannya selama ini.

Azlyn sangat terkejut saat mendengar Theo memanggilnya dengan panggilan akrabnya. Apalagi saat melihat sebuah tato yang menutupi lengannya, tato yang menggambarkan sebuah awan badai seakan sedang mendeskripsikan namanya, 'Cloudy'. Bukankah itu artinya mereka sangat kenal satu sama lain? Ini membuatnya semakin penasaran akan siapa sebenarnya pria itu.

Lalu, mengapa semua hal menjadi ruyam setelah dia memasuki tubuh ini. Seakan cerita novel mulai berubah dan membuatnya menjadi pemeran utama. Seakan semua plot berputar hanya pada dirinya. Apa dia merusak alur? Apa karena saat Alister datang membeli bunga bukan Sarah yang melayani? Mungkin karena itu. Tapi entahlah, dia tidak yakin.

Rasa ingin tahu yang kian membuncah membuatnya tidak tenang semalaman. Dan sepertinya dia tau harus bertanya pada siapa.

Azlyn menatap pesan yang bertuliskan nama sang kakak disana. Membaca kembali setiap kalimat yang tertulis di layar pipih itu.

'Aku dan Uziro sedang dalam perjalanan menuju Canada untuk menghadiri pesta ulang tahun perusahaan kolega. Kau harus ikut! Sampai jumpa di apartemen, can't wait to see you!! xoxo.'

"Apa yang kamu sembunyikan dariku, Em?"

~

"Tuan muda, ayolah. Makan sesuap saja."

"Tidak mau! Aku mau tas gambaranku! Orang tua itu pasti tidak mau ambilkan, kan?! Sampai sekarang belum pulang! Pasti lebih memilih bekerja daripada mengambil barangku! Padahal cuma diambil saja dia tidak mau! Tua bangka! Tidak bisa diharapkan! Ayo paman kita saja yang ke toko mama, ayo!!!"

Hengky menghembuskan nafas frustasi.

Tengah malam tadi dia mendapat sebuah pesan dimana sang tuan memerintahkannya untuk tidak membiarkan Cairo ke toko bunga karena dia sedang berada di sana untuk mengusut sesuatu, ia pun harus menaati perintah itu walaupun dia juga tidak paham apa maksudnya. Sedangkan disini, putranya merajuk dengan kekuatan penuh memaksanya untuk ke toko bunga. Apa yang harus dia lakukan?! Ya tuhan!

"Tidak bisa tuan muda, toko bunga sedang sibuk karena banyak pesanan." Alibinya.

"Aku hanya ingin mengambil tasku paman! Bukan merepotkan mama!" Sahutnya walaupun dia juga sebenarnya ingin bermain dengan Azlyn.

Bagaimana ini? Hengky semakin frustasi.

"Baiklah, ayo kita ke toko bunga. Tapi, kita mampir ke Mall sebentar ya tuan muda, saya harus mengambil pesanan tuan besar untuk dipakai ke acara kolega beberapa hari lagi." Cairo tersenyum nakal dan mengangguk semangat.

Sedangkan Hengky, dia sudah mulai merapalkan doa agar setidaknya fisiknya diperkuat untuk lembur tidak berbayar.

~

Sesampainya mereka di sebuah Mall terbesar di ibu kota, Hengky dan Cairo langsung menuju salah satu toko pakaian yang menjadi langganan sang tuan Besar memesan setelan untuk dipakai ke acara formal.

Who Am I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang