Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Malam ini cukup cerah, cahaya bulan terlihat lebih terang dari sebelumnya, menunjukkan kesempurnaannya pada setiap makhluk yang menatapnya. Memberitahu mereka, bahwa setiap malam yang gelap, tidak selamanya akan terlihat seram, ada sesuatu yang dapat membuat mereka terdiam dan membiarkan dunia bergerak dengan semestinya tanpa perlu campur tangan manusia, memberikan portal tak kasat mata untuk sejenak menikmati semesta.
Azlyn menikmati momen itu saat ini. Mengelukan betapa rapinya lingkaran itu terukir diatas sana. Iya, malam ini adalah purnama, purnama yang indah.
"Can we talk?" Sejenak, Azlyn melupakan pria yang tanpa alasan jelas membawanya kemari itu. Hingga suaranya membuat Azlyn mengalihkan pandangannya.
Setelah membawa Azlyn menuju atap, Theo mengajaknya untuk duduk di kursi yang berada dekat dengan pinggir balkon pembatas. Ia ingin memastikan sesuatu sebelum mengambil langkah yang lebih serius.
Namun jika boleh jujur, ia sebenarnya tidak tau harus mengatakan apa. Apa yang harus ia tanyakan? Bagaimana memulai percakapan? Darimana dia harus memulai? Semua terasa campur aduk di dalam pikirannya.
Dia ingin berkata jujur, memberitahunya tentang siapa dirinya sebenarnya, siapa dia bagi Theo sebenarnya, siapa dia bagi Cairo sebenarnya. Akan tetapi, apakah semuanya akan semudah yang ia bayangkan? Dengan keadaan wanita ini yang melupakan segalanya secara total?
Sangat mudah untuknya membuktikan bahwa ia masih amat sangat mencintai wanita ini, meyakinkannya bahwa hanya dia selama ini dan akan selalu dia selamanya. Tetapi, apakah Azlyn mau mempercayainya lagi? Mengingat dokter itu mengatakan bahwa ingatan Azlyn memang hilang, namun tidak dengan emosinya . Yang artinya, dia akan mengingat hal-hal yang terasa tidak asing dalam perasaannya di segala emosi, entah itu marah, sedih, senang, takut, kesal, atau perasaan nyaman yang tak terelakkan. Semua akan tertuang dengan sendirinya tanpa ia sadar atau ingat kejadiannya jelasnya. Ingatan Azlyn mungkin tidak bekerja, namun perasaannya akan bermain dengannya, membuat pikirannya seperti disapa oleh sesuatu, namun ia tidak mengingatnya.
'Bukan, itu bukan hal yang baik. Justru hal itu yang paling membahayakan. Karena bisa saja pasien akan stress karena rasa asing dan akrab bercampur aduk menjadi satu dalam hati dan pikirannya. Membuatnya seperti orang ling-lung yang tidak tau apa-apadan jika hal ini terus terjadimaka hal paling parah pasien akan berakhir gila.' Theo memejamkan matanya erat, meremat pahanya dengan kuat. Ia marah dan sedih ketika mengingat apa yang dokter itu katakan. Marah, karena ini semua terjadi karena dirinya. Sedih, karena semua ini disebabkan oleh keluarganya. Ia ingin melampiaskannya, namun pada siapa? Siapa yang harus ia sakiti? Siapa yang harus ia maki untuk setidaknya mengurangi segala benci ini?
Ia hanya ingin menebus semua kesalahannya, namun apakah itu artinya ia tidak dapat bersama dengan wanitanya? Mampukah dia? Jawabannya tidak! Dia tidak bisa. Tidak akan pernah bisa.
Dia akan menemukan caranya, apapun caranya. Azlyn tidak boleh tersakiti lagi.
Theo menarik dan membuang nafas pelan, berusaha mengumpulkan kewarasannya. Ia akan tetap berjuang, walaupun ia akan berlagak tidak seperti dirinya sendiri, ia tidak perduli. Lebih baik ia menelan segala emosinya mentah-mentah daripada harus kehilangan Azlyn lagi.