Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Cairo tersenyum lebar melihat kehadiran sang ayah, binar matanya jelas menunjukkan betapa kagumnya pria kecil itu dengan sosok yang sangat ia rindukan.
Rindu? Iya, dia merindukannya setiap hari. Sejak terakhir kali mereka bertemu, ia tidak pernah tidak memikirkan sang ayah. Ayah brengsek namun penyayangnya itu.
Apa yang sebelumnya ia dapat? Apa yang sebelumnya pria itu lakukan hingga sekuat ini ia terjatuh dalam senyuman bahagia? Rasa tenang yang hadir bahkan hanya melihat sosoknya? Tidak ada, tidak ada kecuali satu hari yang membuatnya berpikir bahwa kedua orang tuanya menyampaikan kasih sayangnya dengan bahasa yang berbeda. Walaupun cukup sulit untuk melihat segala alasan yang ayahnya tutupi, namun, kali ini ia yakin, pria tua itu, sangat menyayanginya. Pria yang hampir tak pernah ia bayangkan akan ia sebut Ayah sebelumnya itu, kini datang menjemputnya. Setelah pergi cukup lama, ia menepati janjinya dan membuatnya semakin yakin, pria itu tidak akan pernah meninggalkannya. Ayahnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senyum Cairo tak kunjung surut melihat bagaimana ayahnya mengendarai mobil itu dengan kecepatan yang tidak main-main, berusaha menyamai posisinya saat ini.
Namun rasa tenang itu perahan punah ketika pria asing itu menyadari siapa yang telah datang menyusul mereka.
"Plan B! Plan B! Change position!"
"Kita bisa melumpuhkannya, Loight!"
"Negative!! Aku masih membutuhkan kalian di lapangan! Hambat jalannya!!"
Raut wajah Cairo menegang mendengar ucapan pria itu. Ia khawatir, dan kali ini ia tidak sedang mengkhawatirkan dirinya sendiri, namun sang ayah. Semua orang ini, akan melawat satu orang? Apa ayahnya bisa? Apa dia akan baik-baik saja? Entah ia harus kagum atau takut, dia tidak dapat meposisikan dirinya untuk bereaksi dengan situasi saat ini.
Dan tepat setelah itu, Cairo merasakan mobil yang ia tumpangi menambah kecepatan hingga mobil merah itu mulai tak terlihat, tertutup oleh 3 mobil yang awalnya berada di depan mereka.
"Bedebah sialan!" Sungut Theo melihat jangkauannya semakin jauh.
Padahal sebelumnya ia cukup terkejut melihat senyum lebar sang putra dari balik kaca. Apa pria kecil itu senang akan kedatangannya? Apa itu artinya pria kecil itu menantikan kehadirannya? Senyum Cairo, senyum kecil yang diapit pipi chubby itu. Ini pertama kalinya. Dan ia ingin melihatnya lagi untuk waktu yang lama.
"Sebentar lagi, son. Hang in there." Seraya menginjak pedal gas, Theo meraih senjata type MP5A2 buatan German miliknya yang Azlyn temukan dalam mobil Hengky. Senapan yang berisi 30 peluru berukuran 9x19 mm Luger yang memang diperuntukkan untuk target dengan jarak yang jauh. Mengingat senapan ini memiliki bobot 2,54 kg membuat Theo sedikit kewalahan menyeimbangkannya, jika saja ia tidak sedang terluka. Ditambah lagi dengan segala pergerakan yang memaksa tubuhnya untuk bergerak fleksibel sehingga membuat beberapa luka lama dan luka baru pada kulitnya terbuka, dan hal ini berdampak pada konsentrasinya.