Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Wanita itu menunggu dengan raut wajah tenang, namun tidak dengan hatinya.
Ia cemas, akankah orang-orang itu berhasil membawa putranya tanpa ada kendala apapun? Tentu itu mustahil, pria itu pasti tau akan hal ini. Maka dari itu, dia pun menyiapkan segalanya dengan matang. Namun tetap saja, ia tidak bisa tenang. Ada kegelisahan dalam hatinya, gelisah yang tidak dapat ia artikan apa. Ia tidak tau akan bagaimana akhir dari semua ini, yang pasti, dia sudah tidak ingin mengakui siapapun sebagai keturunannya kecuali sang cucu tercinta. Dia tidak akan pernah melunak pada apa dan siapapun lagi.
Begitu kuat ia membentengkan dirinya, meyakinkan semua pasti berjalan sesuai keinginannya, namun lagi-lagi, ia tidak sepercaya diri itu. Dan semua ini hanya karena satu orang pria. Satu.
"Tenanglah, kita akan berhasil." Ucap pria yang sedari tadi berdiri di belakang kursi roda yang ia duduki, menghisap cerutu mahalnya.
"Setidaknya walaupun tidak masih ada jalan terakhir." Lanjutnya, membuat wanita itu mendengus kesal. Jika bukan karena bantuannya ia dapat pergi dari kota busuk itu, maka sudah pastikan kematian pria tidak berguna itu.
Tidak berguna? Ya, sangat tidak berguna. Ia sudah merogoh seluruh simpanannya agar pria itu dapat menggunakannya untuk mempermulus rencananya. Dan Alih-alih menggunakannya sesuai instruksi, ia justru menggunakannya untuk foya-foya, membeli rumah, kendaraan dan memanjakan wanitanya. Pria hina menjijikan!
"Cara terakhir apa maksudmu?" Barbara menatap pria itu skeptis. Khawatir ketidakbergunaannya kembali membuat semua rencana hari ini gagal. Namun sepertinya, masih ada rencana yang ia sembunyikan darinya.
"Kau mengenal putramu, kan? Kau memberikannya nama Theodore, sudah pasti setiap jalannnya diberkahi Tuhan walaupun jiwanya berasal dari neraka." ucap Greg sarkas.
Pria itu tidak mudah untuk dihentikan, dan satu-satunya yang dapat membuat Theodore tidak bergerak hanyalah kematian. Dan dia tidak sedang membicarakan kematian yang hanya kehilangan nyawa, namun raga.
"Just in case, if he really does have nine lives. I won't even let the devil get on his side this time, that motherfucker is more terrifying than God himself, especially when it comes to revenge." Barbara menatap tak paham, apa yang akan pria ini lakukan?
~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cairo terus memperhatikan jendela mobil, melihat dan mengingat kemana ia akan di bawa. Hati kecilnya kembali menjerit takut ketika mobil yang ia kendarai telah memasuki daerah yang sekelilingnya dipenuhi oleh pohon-pohon tinggi. Akan kemana ia dibawa? Apakah membunuh anak kecil harus pergi sajauh ini? Jika benar ia diculik untuk memintai orang tuanya tebusan, mengapa ia diperbolehkan untuk menatap sekitar? Bukankah mereka yang mengalami penculikan akan dibius? Akan di tutup mata dan mulutnya? Diikat kaki dan tangannya? Dan akan diletakkan di bagasi mobil? Bukankah harusnya seperti itu? Tapi, mengapa ini berbeda?
"P-Paman, sebenarnya akan kau bawa k-kemana aku? Jika kau ingin uang, a-ayahku akan memberikan berapapun yang kau mau. J-jika tidak, kau bisa minta pada nenekku, dia akan mengiyakan semua yang kau mi-minta." Apa yang membuat suaranya masih bergetar hingga saat ini? Padahal sejak tadi dapat dikatakan ia diperlakukan cukup baik, berbeda dengan pria yang sebelumnya.