Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langganan para kalangan atas. Dia juga pernah menerima tawaran menjadi salah satu designer yang mewakili n...
Hari ini adalah hari dimana tepat satu bulan semenjak semuanya terjadi.
Hari-harinya berjalan sebagaimana yang ia inginkan, menghabiskan waktu bersama sang putra, membayar setiap detik yang terlewat dengan ingatan yang baru. Seluruh camera, handycam, bahkan video cctv Azlyn abadikan di dalam laptop yang ia punya. Sesekali saat malam tiba, ia kembali melihat dan menonton segala aktivitas mereka, masih dengan perasaan haru yang tak berkesudahan. Tak jarang juga perasaan menyesal dan bahagia datang bergantian mempermainkan hatinya. Semua emosi ini seperti hujan yang terus mengguyur hari-harinya tanpa henti.
Namun terlepas dari semuanya, ia sangat bersyukur untuk bisa mendapatkan ingatannya kembali, mendapatkan putranya kembali. Walaupun.. Ah, sudahlah.
Dalam sebulan ini pun banyak kabar datang silih berganti, entah berita tentang perceraian Issac Harington dengan Ivana Lee, juga kabar duka yang datang dari pihak kakak iparnya sehingga membuat pasangan itu langsung terbang menuju Jepang beberapa hari setelah Cairo tinggal bersamanya. Saat itu, Azlyn sangat ingin ikut karena tidak ingin tinggal selamanya di Canada, bahkan di minggu pertama setelah kejadian itu, ia sudah memikirkan akan tinggal di mana saat masa recovery-nya berakhir. Iya, Azlyn belum diperbolehkan melakukan aktivitas yang terlalu berat karena dirinya masih dalam masa observasi. Dia juga harus pergi kontrol ke rumah sakit seminggu dua kali, entah itu ke dokter spesialis saraf ataupun psikiater. Kakaknya benar-benar ingin Azlyn sembuh total kali ini, begitupun juga Azlyn, dia ingin hidup. Benar-benar hidup untuk buah hatinya.
Tidak ada yang boleh mengganggu mereka kali ini.
Begitulah yang ia inginkan, dan begitu jugalah adanya. Kecuali, kecuali di dalam sana, jauh di dalam hati kecilnya di saat malam mulai sunyi dan hanya denting jam dinding yang mendominasi. Sesekali angin dingin datang melingkupi seluruh akal juga hati. Ia merasa sepi. Siapa yang ia nanti? Padahal setiap pagi ia disambut oleh senyum khas si buah hati. Menjalani hari-hari menciptakan berbagai memori. Namun ketika tiba waktu malam disaat semua aktivitas terhenti, ia tak dapat terlelap memikirkan perasaan yang seharusnya tak ia inginkan lagi.
Ia tau itu apa, ia tau jawabannya. Hanya saja, hanya saja sangat sulit untuk ia mengakuinya.
Ditambah lagi dengan sang putra yang terlihat merindukan kehadiran-nya . Azlyn tidak marah, tidak juga cemburu karenanya, karena mau bagaimana pun, kehadiran orang itu memang yang paling mendominasi diingatan Cairo. Entah figur, entah wangi, entah bunyi, entah emosi. Pria kecil itu terbiasa hidup dikelilingi oleh hal itu.
Bahkan ada satu waktu dimana Hengky datang mengunjungi mereka membawa kemeja terakhir yang pria itu kenakan. Ketika Azlyn bertanya untuk apa, Hengky pun tak tau dan berkata hanya melaksanakan perintah dari sang tuan muda kecil. Dan jawaban atas pertanyaannya hari itu ia dapat ketika malamnya ia menyaksikan sang putra tertidur mengenakan kemeja yang membalut seluruh tubuhnya. Memposisikan dirinya meringkuk dan memeluk tubuhnya sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.