Bab 7 : gadis misterius

60 11 5
                                    

SIBLING'S
—(♡♡happy reading♡♡—

-
-

Ruangan besar itu terlihat menyeramkan, ada begitu banyak tambang menjuntai abstrak. Setiap tali terhubung ke sebuah besi pengait dengan ukuran sangat besar.
Di bawahnya ada sebuah pintu yang di rantai, pintu yang menghubungkan ruangan ini dengan ruangan bawah tanah di bawahnya.
Samar samar, suara riuh terdengar jika telinga di dekatkan ke lantai...
Ada beragam jenis suara, ada yang menangis, tertawa terbahak dan adapula yang seakan mengaum, menggeram layaknya hewan yang kelaparan.
Entah, siapa mereka itu tapi dapat di pastikan, jumlah nya mungkin mencapai puluhan.

Di sudut ruangan, seorang gadis dengan topeng pantomim berdiri diam dengan tongkat di tangannya. Tatapannya memindai ruangan dengan seksama sampai kemudian suara seseorang menginterupsi pergerakan mata nya.

"Nona... Paket nya sudah saya kirim ke alamat yang nona perintahkan!"

Gadis itu tersenyum di balik topengnya lalu beranjak, berjalan pelan ke arah pintu ruang bawah tanah yang berada tepat di kakinya.

"Good job! Sekarang Lo lakuin tahap selanjutnya, ngerti?" Pintanya Tanpa menatap lelaki itu.

"Siap nona! Saya permisi." Ucap Pria berbadan besar itu sebelum berlalu.

Suasana menjadi hening untuk sejenak. Riuh teriakan yang tadinya terdengar sekarang senyap.

"Be patient... Gak lama lagi kalian semua akan gue bebasin! Tapi enggak gratis... Gue butuh kalian sebagai pion dalam permainan gue, gimana? Setuju?" Rupanya suara gadis itu terdengar sampai ke ruangan bawah, itu sebabnya semua orang itu langsung terdiam. Terdengar desah nafas sang gadis disusul tawa cekikikan yang menggema memenuhi ruangan.

"Gue suka keributan! Jadi bersiaplah BIHS... Kejutan menanti kalian!"

****

Rasa cemas Nayla kini sudah mulai mereda, alasannya tentu karena putri sulung Bagaskara sudah kembali ke kediaman dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.
Berkali kali Nayla memeriksa tubuh putrinya itu, takut jika ada yang terluka tapi beruntung tak ada luka sedikitpun. Ia pun tersenyum lega.

Arkan pun sudah kembali pulang beberapa saat lalu setelah berkeliling mencari keberadaan pelangi tapi pada akhirnya ia pulang dengan kecewa. Tak lama berselang pelangi juga tiba dan tentunya Arkan amat sangat lega. Lelaki itu bahkan langsung menghambur ingin memeluk erat sang anak tapi...
Ucapan yang keluar dari mulut pelangi benar benar menyakitkan.

"Jangan sentuh pelangi yah! Gak usah sok cemas... Pelangi ada atau enggak aja ayah ga pernah perduli kan? Kenapa sekarang jadi khawatir?"

Nayla menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan kasar pelangi. Ia ingin menegur tapi tindakan nya mungkin akan melukai putri nya lagi dan lagi.

"Pelangi...a-ayah cuma pengen peluk kamu. sekali aja nak..." Pinta Arkan dengan wajah memelas. Pelangi menggeleng sembari berjalan mundur.

Ia menunjuk sudut bibir nya yang sobek. "Mau peluk...atau mau mukul yah? Emang ini masih kurang sobek? Apa mau pake pisau aja sekalian?" Tajamnya tak berperasaan.
Terdengar sangat Keterlaluan bukan. Tapi jika kecewa dan Amarah bercampur... Kalian tau? semua bisa kehilangan kontrol dalam berucap bahkan bertindak.
Kembali lagi pada masing masing orang, ada yang hebat mengontrol emosi tapi adapula yang payah, mungkin pelangi salah satunya.

"Bun... pelangi pamit. Mau istirahat!" Gadis itu berlari dengan mata memerah. Nayla memejamkan matanya erat, ia bingung harus melakukan apa.
Tatapannya lalu tertuju pada Arkan yang membisu.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang