Bab 10 : predator

51 14 2
                                    

SIBLING'S
—(♡♡happy reading♡♡—

-
-
-

Gemericik air terdengar memecah Hening. Di atas sana,ada lampu temaram yang beberapa kali mati lalu kembali menyala lagi sepersekian detik kemudian.
Tempat ini lebih serupa gedung terbengkalai dengan atap yang terlihat bocor di beberapa bagian, terbukti dengan air hujan yang menerobos masuk menimbulkan pantulan suara yang terdengar jelas.

Tuk

Tuk

Suara ketukan lantai terdengar. Suara itu lambat laun semakin mendekat.
Lagi lagi dia kembali muncul dengan topeng putih tapi kali ini ada noda darah di benda itu.
Langkah ringannya terhenti tepat di sebuah ranjang besi, tempat seorang gadis lain terbaring dengan tubuh di rantai.
Perlahan Gadis itu mengerjap. Matanya terbuka perlahan...

"Hai!" Sapa gadis bertopeng melambaikan tangan.

Gadis yang terbaring itu mulai berontak terlebih setelah melihat darah di topeng yang di kenakan. Dapat dipastikan, sosok itu baru saja merenggut nyawa seseorang.

"S-siapa lagi yang Lo bunuh? Gue mohon berhenti!! Berhenti jadi predator! Gue mohon...demi kebaikan Lo please stop!." Gadis itu menangis sembari berucap lirih —memohon.

Gadis bertopeng itu mendekat. Ia lalu melepaskan topeng yang sedari tadi menutup wajahnya.
Setelah topeng terlepas, tampak ia tersenyum tapi sorot mata nya terlihat datar—kosong tanpa emosi.

"Jangan jadi iblis! Lo manusia!! Jangan turutin hasrat gila Lo itu, udah cukup Lo numpahin darah!!" Pekik Gadis itu yang terus berusaha berontak tapi tidak berhasil.

"Gue di tempah dengan kekerasan, gue di didik untuk menjadi pemangsa. gak kayak Lo! Lo lemah! Gue gak suka jadi gadis lemah kayak lo! Gue suka kehidupan gue!"

"BOHONG! Gue tau lo juga kepengen normal. Lo bisa! Lo pasti bisa. Asalkan Lo mau berusaha!" Lagi, ia coba memadamkan api dendam di diri sang gadis.

Gadis itu tertawa...
"Ini hidup gue... Dari dulu gue di atur ini itu. tapi sekarang, gak ada yang bisa ngatur ataupun pengaruhin gue, semua keputusan gue mutlak dan... Siapapun gak boleh ikut campur! Termasuk Lo!!"

"Please...Lo manusia. Jangan lakuin kegilaan itu lagi, sekali aja pikirin perasaan keluarga mereka yang udah Lo bunuh."

Gadis itu menoleh. "Gue bahkan lupa kalau manusia punya perasaan? Emang mereka punya?!" Sergahnya.

"Dari dulu juga perasaan gue gak pernah di hargai. Jadi buat apa gue repot mikirin perasaan orang?" Lanjutnya dengan suara tak beremosi. Ia duduk dengan tenang dan anggun. Rambutnya yang panjang tergerai indah, satu kata untuk sang gadis, menawan. Ia tersenyum manis.

Gadis yang terbaring itu semakin terisak, kulitnya melepuh—terkelupas oleh gesekan rantai yang mengikatnya dengan kuat.

"Semakin Lo berontak, Lo akan semakin tersakiti. Jadi sebaiknya Lo diam. Tunggu sampai gue selesaiin sesuatu baru lu gue lepasin."

"lepasin gue sekarang! kalau lo mau, bunuh gue aja. Tapi berhenti bunuh orang yang gak bersalah. Dendam lo gak akan bisa merubah masa lalu... please.."

"Tapi gue masih bernafas karena dendam ini. Dan Lo minta gue lupain dendam, sama aja Lo minta gue mati. ENGGAK! Gue udah rencanakan semua dengan apik dan indah... Gak mungkin gue buat end sebelum dimulai, dan untuk Lo...hmm..." Ia berjalan mengelilingi ranjang besi yang basah oleh darah.

"Akan gue tunjukin sebuah permainan yang pastinya bakal bikin Lo terhibur." Ia menyeringai sembari memakai kembali topeng pantomim tersebut di wajahnya.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang