Bab 24 : pelakon

61 13 7
                                    

Ada, banyak misteri tentang 'dia'
Jika masih bingung, berhentilah sejenak. Pikirkan baik-baik lalu coba terka.
Siapa sosok di balik topeng itu?

┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┓
     —(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡—    
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
-
-
-

Suara langkah itu mengalihkan perhatian dua gadis yang tengah asik bercengkerama dengan santai di balkon kamar, sembari menyesap kopi hangat. Di tengah rintik hujan yang turun menemani malam.
Hawa dingin menyeruak tak henti menerpa kulit keduanya yang hanya berbalut tank top dan hotpants khas rumahan.

"Itu siapa mar? Nyokap lo udah balik?"

"Belum. Masih lusa baru balik."

"Tapi kok kayak ada yang jalan? Pembantu lo kan udah pada pulang."

Kedua gadis itu menoleh dengan mata membulat sempurna ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka lebar.

"M—maraa, i-tu apaan?" Abigail—bertanya dengan suara gemetar setelah tanpa sengaja menangkap bayangan yang melintas cepat di luar sana.

Amarah, menajamkan matanya berupaya menelisik ke dalam kamar tanpa berani melangkah mendekat untuk memastikan.
Mereka di selimuti rasa takut, terlebih lagi setelah menyadari bahwa hanya mereka berdua saja yang ada di rumah besar itu.

Hening untuk beberapa saat, sampai kemudian sebuah batu menghantam kaca jendela hingga hancur berkeping-keping.
Menimbulkan suara yang nyaring.

Praang....

Batu itu jatuh persis di depan amarah. Terlihat ada secarik kertas yang membungkus batu tersebut.

"Ada surat di batu itu mar!" Lirih Abigail masih menggamit lengan Amarah.

Amarah merunduk memungut kertas itu, membuka nya perlahan.

PEMBULLY HARUS MATI!!!

"Ini---maksudnya apa?" Abigail mulai berkeringat dingin setelah membaca surat itu.

"Siapa yang ngirim ginian ke kita?"

"Ini teror mara! K-kita di teror!"

"Gue, juga tau, ini teror!" Ketus amarah yang kesal dengan ekspresi panik Abigail yang terlalu berlebihan.

"T--tapi, siapa?"

Amarah menoleh, "menurut lo, siapa yang bisa lakuin ini? Siapa yang sering kita bully?"

Mata Abigail sontak membola, "E--embun?!" Amarah mengangguk meyakinkan. "Lo---yakin, dia yang ngirim ini?" Abigail terlihat tak percaya jika gadis lemah seperti Embun bisa berani meneror mereka.

"Iya, gue yakin ini perbuatan Embun. kayaknya dia udah mulai berani sampai ngirim surat ancaman ke rumah gue. tapi, oke juga, gue jadi makin semangat buat nge-bully tuh anak habis habisan, liat aja besok. Gue pastiin dia menderita lebih parah lagi," amarah meremas kertas itu dengan emosi memancar dari kedua netra kelamnya. Bulatan kertas yang sudah tak karuan itu ia lemparkan begitu saja ke sembarang arah.

Abigail tampak tersenyum simpul, rasa takut nya sudah hilang, "gue, bantu. Gue juga pengen liat dia lebih menderita lagi, dari kemarin. Oh, iya besok juga kita udah sekolah lagi kan?" Amarah mengangguk.

"besok kita kasih pelajaran sama tuh anak! Pokoknya dia harus menderita karena udah berani ngancem gue," senyum miring tercetak di wajah Amarah juga Abigail.

➳༻❀✿❀༺➳

Pelangi tersenyum memandang Embun yang sudah memejamkan mata, gadis itu sepertinya sudah terlelap damai dengan wajah teduh.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang