Bab 26 : kecurigaan

67 13 3
                                    

┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┓
-(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡-
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
-
-
-
______________

Di lorong lorong sekolah terlihat seorang gadis berjalan dengan langkah terpatah-patah, berbekal tongkat ia mampu menyisir tiap sudut tempat dengan mata memindai situasi.

Langkahnya terhenti, kakinya ia putar perlahan. Arah tujuannya ia rubah. Ia berbalik hingga nampak wajah nya yang terlihat pucat, cemas.
Matanya mengedar, waspada.

"Embun, mau kemana, ya? Buru-buru gitu," Gumam seorang gadis di kejauhan yang tidak sengaja melihat Embun berjalan tergesa. Gadis itu adalah Aurora, dia baru saja kembali dari toilet tapi karena tanpa sengaja melihat Embun iapun memilih mengikuti arah langkah si gadis.

Di depan sana, meskipun jaraknya cukup jauh, Ara bisa melihat ada sesuatu yang ia bawa di tangannya.
Gadis itu berjalan menuju tong sampah yang terletak di sudut halaman sekolah.
Ara memacu langkahnya, mendekat ke arah si gadis.

Puk

"Embun!"

Gadis itu tersentak saat tepukan Ara menyasar bahunya, spontan kantong plastik yang ia bawa terjatuh hingga mengeluarkan isi di dalamnya.
Itu sebuah pakaian, tapi ...

Mata Ara langsung membola, dengan cepat ia memungut baju putih tersebut, sembari menatap noda merah yang pekat di atasnya.
Wajah Embun sudah berubah pias dengan tangan gemetar, ia menunduk gugup.

"I-Ini ... Ini baju siapa Embun?! Kenapa ada darahnya?!" Tanya Larissa dengan tatapan intens.

Embun mengangkat wajahnya dengan bibir sedikit gemetar, ia rampas kembali baju itu dari tangan Larissa, "b-bukan kak! I-ni bukan darah."

Ara menatap dengan tatapan selidik penuh kecurigaan, "tapi kenapa baunya amis?!"

"B-bukan urusan kakak!" Ujarnya sembari memasukkan kembali baju itu dengan tergesa kedalam kantong.

Ara baru ingin bertanya lagi tapi, seruan seseorang membuyarkannya.

"ARAA!!!"

Gadis yang merasa namanya di panggil lantas menoleh. Ada Luna yang tengah melambaikan tangannya dengan nafas memburu.
Ara kembali memalingkan wajahnya untuk melihat Embun lagi, tapi, gadis itu sudah menghilang.

"Lah, Embun kemana? Cepet banget ilangnya!" Ara memutar tubuhnya berusaha mencari keberadaan Embun tapi gadis itu sudah benar benar menghilang dari pandangan nya.

"Nyari apaan sih Ra?" Luna ngos-ngosan, peluh di pelipisnya masih bercucuran. Nampaknya ia berlarian mencari keberadaan Ara sejak tadi.

Ara mendengus dingin, padahal ia masih penasaran dengan Embun tapi gara gara Luna semua nya jadi gagal.

"Lo yang ngapain nyari gue?!" Sarkas nya.

"Yee, asal lo tau ya, gue nyariin lo karena gue khawatir gara gara lo tiba tiba ilang," kata Luna dengan wajah cemas. Ara mengernyit heran.

"Ngapain lo khawatirin gue? Emang gue kenapa coba? Aneh lo!" Timpal Ara bersedekap dada dengan alis mengerut.

"Lah, lo gak tau apa, itu psikopat datang lagi ke sekolah kitaa!" Ujar Luna setengah berbisik di telinga Ara, "s-seriusan?" Balas Ara lirih. raut wajahnya sudah mulai terbawa cemas seperti Luna.

"I-iya! Ya kali gue bohong masalah ginian? Makanya gue cari lo, gue khawatir. Gimana kalau lo ketemu sama tuh orang? Bisa habis lo sama dia!" Cerocos Luna tanpa jeda. Ara sampai meringis mendengar ucapan Luna.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang