Bab 20 : best hug

59 14 7
                                    

𝑺𝑰𝑩𝑳𝑰𝑵𝑮'𝑺
—(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡—

-
-
𝑼𝒑𝒅𝒂𝒕𝒆 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒏𝒕𝒖 🙏
-
-
𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒂

_____________________

"Yah... Bunda mana? Kok, gak keliatan." Tanya gadis berpakaian pasien kepada lelaki dewasa yang setia menggenggam tangan nya sambil sesekali di kecup penuh kasih—embun.

Lelaki itu—arkan. Ia menatap lembut wajah Embun di hadapannya. Luka di pipinya sudah di balut perban dan itu sepertinya membuat ia merasa tak nyaman. Beberapa kali Embun meringis.

"Bunda, pulang sebentar... Mungkin ngambil baju buat Embun. Kenapa hm? Ada, yang sakit?" Raut nya berubah cemas.
Embun menggeleng.

"Enggak, yah. Embun gak apa-apa. Oh, iya... Kakak, mana? Kak pelangi yang selamatin Embun, yah, ayah gak marahin kakak kan?" Tatapan Embun memicing saat raut arkan berubah datar.

"Ayah..." Desak Embun.

"Sudah, Embun lebih baik istirahat saja ya? gak usah mikirin dia. Kesehatan Embun jauh lebih penting," tangan arkan ingin mengusap kepala Embun tapi, gadis itu menahan lengan nya.

"Jangan bilang, ayah mukulin kakak lagi?" Arkan diam, "ayah... Kenapa diam? Jawab, Embun, yah!" Embun menggeleng lemah, ia tau, apa arti dari keterdiaman arkan. Itu artinya, dia benar benar menyakiti pelangi lagi.

"Ayah kenapa sih...? Kenapa ayah jahat sama kakak?" Nada suaranya meninggi. Arkan terhenyak mendengar ucapan Embun. Dengan segera ia coba menenangkan.

"Ayah gak jahat nak, ayah lakuin itu biar kakak kamu, sadar akan tanggung jawabnya! Dia, salah sayang, dia seh—"

"Terus ayah benar begitu? Apa, perbuatan ayah itu tidak salah? Yah... Ayah udah salah mengira semua hal buruk yang menimpa Embun itu disebabkan oleh kak pelangi, salah besar yah... Justru, tanpa kakak, mungkin Embun udah mati di sana, Embun pasti gak selamat dari mereka..." Ungkap Embun menggebu, risau di matanya tergambar jelas bercampur dengan amarah dan kecewa.

"Jangan bicara seperti itu sayang, kenapa bicara tentang kematian, hm? Denger... Ayah gak akan biarin Embun kenapa napa."

Embun menggeleng, "Embun gak akan kenapa napa yah, kalau ada kakak di samping Embun... Embun, kepengen Kakak Embun balik lagi ke Embun... tapi, tindakan ayah kali ini pasti membuat kak pelangi semakin benci sama Embun."

"Ada ayah nak, kamu gak butuh dia!" Tegas Arkan.

"Dia? Namanya pelangi yah...! Panggil Kakak Embun dengan namanya. kenapa sih yah... Kenapa susah banget buat ayah, berlaku adil? Embun sedih liat kakak di lukai oleh tangan ayah nya sendiri," Embun mulai menangis—menutupi wajahnya sendiri, dengan bahu bergetar.

Arkan berusaha menenangkan gadis itu tapi sia sia saja, Embun terlanjur sakit hati mengetahui fakta bahwa sosok yang menyelamatkan nyawa nya justru di berikan imbalan luka, Mirisnya penoreh luka itu adalah sang ayah Sendiri.

"Yah... Separah apapun luka di tubuh Embun, rasa sakit nya gak akan pernah bisa menandingi luka yang ayah ukir di tubuh kakak...  A-ayah tau kenapa?"

Arkan menatap sendu netra sang putri, menyaksikan bagaimana buliran bening itu membanjiri dua bola mata yang begitu indah.
Hanya gelengan yang Arkan perlihatkan.

"Karena, bagi seorang anak perempuan, rasa sakit itu adalah ketika satu saja Ucapan kasar terlontar dari birai sang ayah... Dan, hancur nya anak ketika tangan yang dia harapkan akan membelai, malah memukulinya tanpa ampun, sakit yah... Bahkan Embun yang gak pernah di pukul oleh tangan ayah, paham gimana pedihnya berada di posisi kakak. Lantas, bagaimana dengan kak pelangi yang setiap ayah marah harus menanggung begitu banyak luka dan kesakitan. Di kurung di tempat pengap dengan jalan napas yang mencekik, dengan lelehan air mata yang turun tak terbendung, dan isakan nya... Terisak dalam keheningan itu menyakitkan yah...
Embun pernah ngerasain itu, tapi dulu ada kakak yang peluk Embun, dia gak pernah biarin Embun larut dalam sendu berkepanjangan..."

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang