Bab 1 : Bagaskara

176 30 25
                                    

SIBLING'S
-(♡♡happy reading♡♡-

****

Tetesan embun pagi telah gugur menyentuh bumi, perlahan lahan mentari kini menguasai bentang cakrawala nan luas.
Hamparan awan putih turut hadir menghiasi langit yang perlahan mulai terang benderang oleh sinar baskara.

Pepohonan dengan dahan ringan saling bergesekan saat sepoi angin berhembus lembut. Sepoi yang membawa keceriaan di pagi hari yang indah, hari yang penuh kehangatan.

***

Seorang wanita cantik melangkah ringan menuju sebuah kamar tidur. Ia tersenyum cerah-berhenti sejenak tepat di ambang pintu, menatap nama yang tertera di sana. Pelangi cakrawala.

Ceklek

Pintu terbuka. wanita cantik itu masuk sembari menyunggingkan senyum hangat. Tatapannya tertuju ke arah seorang gadis yang sedang duduk di meja rias.

Dia adalah pelangi putri cakrawala. Si sulung Bagaskara.

"Eh, anak bunda udah bangun ternyata!" Wanita itu berdiri di belakang sang gadis. Namanya Nayla bagaskara, ia Menatap penuh sayang ke pantulan cermin sembari Tangannya mengusap Surai hitam sang putri sulung.

Gadis itu tersenyum tipis. "Udah Bun! Sekarang pelangi mau berangkat! Pamit ya Bun." Pelangi berdiri lalu meraih tangan sang ibu untuk ia kecup sembari berpamitan.

"Sarapan dulu, kak! baru jam 6 ini kok, Gak akan telat!"

"Enggak bisa Bun! Hari ini pelangi sibuk, jadwal padat banget. Nanti sarapannya di luar aja. Gak apa-apa ya Bun?" Pelangi terlihat tidak enak tapi bagaimana lagi, ia harus segera tiba di sekolah.

Nayla menghela nafas tapi sedetik kemudian ia tersenyum.

"Ya udah! Tapi, kakak tunggu bentar! Bunda mau bekalin sarapan buat kakak. Pokoknya harus di makan, ok?" Nayla mengacak rambut pelangi yang tersenyum tipis dengan kepala mengangguk.

"Pasti Bun!"

"Good girl! Ya udah, kamu siap siap gih! Jangan sampai ada yang ketinggalan. Bunda duluan ke bawah ya? Mau siapin bekal buat pelanginya bunda yang cantik."
Cubitan pelan Nayla layangkan ke pipi tirus pelangi.

"Ihh bundaa... Pelangi udah gede!" Sungut pelangi yang membuat Nayla terkekeh gemas, hanya sesaat karena rautnya tiba tiba sendu.

"Udah lama bunda gak denger tawa pelangi! Kapan sayang? Kapan bunda bisa denger tawa pelangi lagi?" Ujarnya sendu.

Pelangi memalingkan wajahnya sesaat setelah mendengar ucapan Nayla, Raut wajah nya berubah dingin.
Nayla yang tidak ingin mengacaukan hari pelangi segera mencairkan suasana.

"Ya udah. Bunda turun dulu ya sayang." Nayla mengecup Lamat kening pelangi sebelum berlalu meninggalkan pelangi yang terpaku dengan tatapan tak terbaca.

"Maaf Bun ... Pelangi belum bisa cerita apapun ke bunda!" Gumam pelangi.
Ia lalu berjalan keluar kamar.

Tepat di saat pelangi akan turun ke lantai bawah ia bertemu dengan sang ayah, Arkan Bagaskara. Lelaki itu tersenyum hangat kepada putrinya tapi pelangi hanya memasang wajah datar.

"Selamat Pagi sayang ..." Seperti biasa, Tak akan ada jawaban dari mulut si gadis. Ia lebih memilih melenggang pergi meninggalkan sang ayah yang terdiam dengan mata berkaca-kaca.

'maafin ayah!' lelaki itu hanya bisa bermonolog sembari menatap punggung putri nya yang menjauh.

Rasanya baru kemarin ia melihat putrinya menangis saat ia akan berangkat ke kantor, rengekannya bahkan masih terdengar di telinga nya.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang