Bab 2 : Embun penyejuk

93 25 17
                                    


SIBLING'S
-(♡♡happy reading♡♡-

Ting

Suara lift terbuka terdengar, sontak sepasang suami istri yang tengah duduk berbincang di meja makan mengalihkan perhatian nya ke arah lift.

Nayla dan Arkan tersenyum hangat menatap gadis yang baru saja keluar dari dalam lift.
Embun melangkah bersama tongkat nya dengan wajah ceria.

"Pagi ayah ... Pagi bunda." Sapanya.

"Pagi sayang." Balas Arkan dan Nayla sembari mengacak gemas rambut si bungsu.

Arkan tersenyum. Matanya menatap dalam wajah teduh Embun setelah memindai anak gadisnya itu. Entah kenapa hatinya selalu teriris setiap kali melihat senyuman Embun.
Ada rasa kecewa dan Amarah di dalam sana. Kecewa lantaran ia tak becus menjaga mutiara kecilnya itu hingga akhirnya berakhir dengan fisik yang sudah tak lagi sempurna.
Amarah nya bahkan Kian memuncak karena Sampai detik ini ia masih belum berhasil menangkap pelaku yang membuat kedua putrinya menderita.

"Sini duduk samping ayah!" Arkan dengan lembut membantu Embun agar bisa duduk di samping nya.
Nayla tersenyum lembut menatap interaksi hangat suami dan putrinya.

Beberapa saat lalu Arkan tampak murung karena kembali di abaikan oleh pelangi, tapi sekarang ... Embun hadir mencairkan suasana hati Arkan yang tadinya di penuhi sesak.
Embun sama seperti namanya, selalu membawa kesejukan di manapun ia singgah.

"Mau sarapan pake apa, dek? Biar bunda ambilin." Tanya Nayla. Embun beralih menatap Nayla. Ia tersenyum manis sembari menggeleng.

"Enggak usah Bun! Embun bisa Sendiri kok, Mending bunda duduk terus ikut sarapan!" Ujarnya. Ia lalu mengambil sendiri nasi goreng dan menaruhnya ke piring. Tak hanya itu, Embun juga mengambilkan sarapan untuk ayah dan bundanya.
Semua itu tak lepas dari perhatian kedua orang tuanya yang menatap haru.

"Wah, anak ayah udah besar, udah bisa jadi ibu rumah tangga nih, hehe" Arkan tersenyum menggoda Embun yang langsung melotot mendengar ucapan sang ayah.

"Ishh... Ayaahh!" Kesal embun.

Arkan dan Nayla kompak terkekeh geli melihat wajah kesal Embun.

"Ayah bercanda sayang... Jangan ngamuk lah! Ntar cantiknya ilang." Ucap Arkan. Tangannya terulur mencubit pipi bulat Embun. Baik Nayla maupun Arkan selalu gemas dengan pipi chubby Embun, mereka sebenarnya heran, bagaimana bisa pipi gadis itu begitu berisi sedangkan tubuhnya saja tidak gemuk?. Tapi ... Embun sangat menggemaskan dengan pipi gemuk nya itu.

Tidak ada yang bisa menolak pesona pipinya. Mungkin pengecualiannya adalah pelangi?.

Setiap pagi Embun memang selalu semanis ini, penuh tawa dan kehangatan. Derai tawa ketiganya terdengar memenuhi mansion dan tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap sendu setiap kali mendengar tawa itu, yang tentunya membuat perasaan iri menyeruak di dada nya.

"Kenapa gue gak bisa kayak Lo? Lo bisa ketawa lepas bareng ayah ... Sedangkan gue, gue bahkan lupa kapan terakhir kali gue ketawa. Gimana sih rasanya ketawa? Gue lupa segala hal yang buat gue bahagia!" Gumamnya dengan air mata menetes. Jemarinya terangkat-dengan cepat ia hapus air mata itu.

"Sekarang... Yang gue tau cuma ngeluarin air mata sialan ini! Dan semua itu berawal dari lo! gue benci hari itu! Gue benci Lo Embun!" Gemertak giginya terdengar, tangan miliknya ikut terkepal dengan urat yang terlihat, menandakan ia sedang menahan amarahnya.

Pelangi berlalu meninggalkan Mansion. Gadis itu mengeluarkan motor sport dari garasi dan menjalankan nya melewati gerbang lalu berhenti sejenak. Ia mengeluarkan ponselnya-membuka percakapan di grup yang beranggotakan para sahabatnya.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang