Bab 38 : aneh

27 4 0
                                    

Pelangi baru saja menegakkan tubuhnya setelah sebuah hantaman mengenai tengkuknya dengan cukup keras.
Gadis itu memekik tertahan sembari berupaya menopang bobot tubuhnya yang limbung.

'Shitt!!' umpatnya dalam hati. Bagaimana bisa ia begitu ceroboh. Seharusnya ia waspada dan mawas dengan keadaan sekeliling.
Rupanya ruangan ini berpenghuni. Ada seseorang yang tiba-tiba menyerang tanpa suara.
Dia ... Seorang laki-laki dewasa. Terlihat normal dari perawakan tapi dari tingkah lakunya, sepertinya dia keterbelakangan mental.
Pelangi bisa menebak dari caranya menatap serta suara yang keluar dari mulutnya. Hanya suara yang tak jelas artikulasi nya seolah sedang menghardik pelangi. Mungkin penyandang tuna rungu.

Lelaki itu merajut langkah dengan kaki pincang. mau tidak mau pelangi harus mundur untuk menghindar terlebih setelah mata yang tadinya memicing kini terbuka lebar bersamaan dengan gerak geriknya yang bertambah buas. Ia menerjang pelangi dengan sebuah balok kayu—menghantamkan pada lengan pelangi dengan keras sampai terdengar suara retak yang begitu renyah.

Suara teriakan pelangi yang kesakitan menggema, samar tapi mampu terdengar hingga ke luar ruangan akan tetapi saat ini para gadis itu kehilangan fokus. Mereka tengah melamun memikirkan cara keluar dari tempat ini.

Sementara itu pelangi masih terus berusaha melawan sebisa mungkin. Sebuah balok ia pungut dan mulai menyerang balik dengan gerakan gesit tapi lelaki yang menjadi lawan nya masih lebih tangguh.

Aarrgh!!

'gue kira cacat! Taunya dia lebih jago, shh, badan gue bakalan remuk kalau lebih lama dihajar sama dia.' pelangi bermonolog sembari berusaha bangun.

Belum sempat kedua kakinya berdiri sempurna, lelaki itu sudah lebih dulu membuatnya terjerembab ke lantai berdebu hingga gadis itu terbatuk.

"Sial!!" Maki pelangi yang kesakitan.

"Lepasin gue...!!!" Mau berteriak pun sepertinya tidak akan berhasil. Rambutnya kini ditarik kasar. Mau tak mau kepala pelangi menengadah dengan paksa.

Plaak

Satu tamparan telak mengenai rahang pelangi—meninggalakan bekas tangan yang terlihat jelas.
Gadis itu terjatuh lagi dan lelaki itu kembali menghajar pelangi dengan satu tendangan di perut. Tak cukup sekali tapi berkali-kali.

Pelangi berteriak keras sembari tubuhnya menggelinjang kesakitan.
Disaat itu lah, para sahabatnya akhirnya masuk setelah mendengar suara teriakan pelangi yang cukup kencang.

"PELANGI...!!" Semua berlari cemas dengan niat membantu, tapi tertahan oleh tangan besar lelaki asing yang baru saja menghajar pelangi habis habisan. Lelaki itu menyeringai—ia berbalik menyeka darah yang rembes dari bibirnya—hasil perlawanan pelangi.

Aluna gemetar ketakutan di tempatnya terlebih setelah tatapan lelaki itu tengah mencermati mereka satu persatu.
Larissa berdiri waspada. Beberapa kali ekor matanya memeriksa pelangi yang terkapar kesakitan. Satu kaki lelaki itu masih berada di perut pelangi.
Ara geram. Hanya dia yang berani melangkah lebih dekat tanpa ragu. Sorot mata yang biasanya malas tanpa minat kini berubah tajam serta ada gairah aneh yang membara di sana.
Ia menunduk sejenak melihat keadaan sahabat nya yang tak berdaya. Sedetik kemudian kepalanya kembali ia angkat menatap lelaki di hadapannya. Senyum miring terukir sembari berjalan mendekat.

"Ara!!!" Tegur Aluna yang melihat gelagat aneh Ara. Ara tak mengindahkan.

"Jangan ra!" Larissa menggeleng samar sembari menahan tangan Ara akan tetapi langsung ditepis kasar oleh sang empu.

Ara hanya menoleh sekilas karena setelah nya gadis itu secepat kilat memanfaatkan kesempatan yang ada, lalu menyerang lelaki asing tersebut dengan membabi buta.
Tak ada jeda, pukulan Ara terus menyasar wajah lelaki itu tanpa ampun hingga ia sempat tersungkur.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang