Bab 31 : kecelakaan

72 13 2
                                    

┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┓
     —(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡—    
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
-
-
-
_____________

Pelangi masih tercengang di tempatnya, bahkan sampai embun berlalu ia justru tak menyadarinya sama sekali.
Gadis itu terhenyak setelah beberapa saat, ia menggeleng cepat mengusir spekulasi yang bermunculan di kepalanya.
Pelangi tidak ingin menaruh curiga pada sang adik.

'embun ...?' matanya memandang pintu kamar yang terbuka lebar. embun sudah meninggalkan kamar pelangi di sertai jejak air yang bersumber dari rambutnya yang basah.

Pelangi terduduk, masih dengan perasaan tak percaya dengan ucapan Embun barusan.

"Embun ngomong gitu pasti karena dia khawatir sama gue. Dia gak mau gue kenapa-kenapa! Iya, pasti itu maksudnya embun nyuruh gue gak ikut campur sama kasus sekolah."

"Tapi ... Kayaknya dia marah banget sama gue, gue harus ngasih dia pengertian kalau masalah sekolah itu juga masalah gue, mau bagaimana pun gue ketua OSIS, dan gue juga pernah kena teror sama tuh orang. Otomatis, gue juga harus andil dalam kasus ini," Gumamnya sembari mengangguk mantap.

Tatapannya kembali tertuju pada pintu kamar, ia mendesah panjang.

"Gue susul aja deh." Pelangi beranjak menuju kamar embun.

*****

"Embun kok gak ada di kamarnya?" Cemas pelangi yang tidak melihat keberadaan adiknya.

Tadinya ia sudah mengetuk pintu kamar Embun berulang kali tapi karena tak kunjung mendapat jawaban dari sang empunya, Pelangi pun berinisiatif untuk masuk saja tanpa permisi.
Tapi, ternyata ... Kamar itu kosong, bahkan sepertinya embun tidak menuju kamar ini selepas ia dari kamar pelangi. Lalu dimana gadis itu berada?

Pelangi tentu saja Panik, berulang kali ia berupaya menghubungi nomor sang adik tapi ternyata tak satupun panggilan yang diangkat. Nomor nya aktif tapi ... Sepertinya memang sengaja tidak di jawab oleh sang adik.
Pelangi semakin was was, terlebih lagi ini sudah menuju larut malam.

"Gue harus cari embun kemana, ya?" Pelangi dengan setengah berlari menuju kamar miliknya untuk mengambil jaket, juga kunci motornya.

"Ngapain juga sih tuh anak keluar malam malam gini?" Gerutu nya di sela langkah.

Matanya masih sempat mengedar menjelajahi Sudut rumahnya yang sepi.
Tak ada suara sama sekali selain langkah kaki nya dan ...
Ada suara air menetes yang terdengar nyaring, eh, tapi air apa, malam ini tidak sedang turun hujan kan. Lalu apa itu?

"Itu apaan ya?" Walau ragu, pelangi tetap berjalan mengikuti jejak air dari rambut embun.

"I-Ini ... Arahnya kok ke belakang?" Pelangi mengernyitkan dahi manakala mendapati jejak embun tak menuju pintu depan melainkan menuju arah dapur yang mana ada sebuah pintu di sana. Bisa jadi gadis itu meninggalkan rumah melalui pintu belakang.

Blezzz

Baru saja kakinya tiba di area dapur, ia di buat tersentak oleh lampu yang tiba tiba mati dengan sendirinya.
Pelangi pun berupaya tetap berjalan dengan meraba dinding dengan hati hati, takut jika sampai menabrak sesuatu.

Selang beberapa saat kemudian, lampu akhirnya kembali menyala. Pelangi menghela nafas lega. Segera ia menuju pintu keluar tapi baru saja tangan nya menyentuh kenop, ia menariknya kembali dengan dahi mengerut serta mata membelalak.

Deg

"D--darah?!"

Debaran jantung pelangi meningkat secara signifikan, terlebih lagi saat ia merasakan aura mencekam memenuhi dapur.
Darah itu, tak hanya ada di kenop pintu tapi kini, mengalir menggenangi lantai dapur.
Asalnya dari atas, bahkan pelangi merasakan darah itu menetes ke pelipis nya.
Dengan tubuh gemetar luar biasa, ia masih berupaya sekuat tenaga menekan rasa takutnya dengan memberanikan diri menengadah ke langit langit ruangan.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang