SIBLING'S
-(♡♡happy reading♡♡-***
Embun duduk termenung di balkon kamar nya. Mata bulat nya yang indah menerawang langit yang baru saja usai menurunkan rintik airnya.
Perlahan lengkungan manis muncul begitu saja saat matanya menangkap momen yang kerap kali menghiasi langit kala hujan mereda.Di atas sana... Tujuh susunan warna membentang indah, menghias langit yang masih berawan.
"Woah...ada pelangi!" Lirihnya dengan nada riang. "So beautiful..." Tak henti Embun memuji keindahan susunan warna, mahakarya sang pencipta.
"Cantik banget. Kayak kak pelangi, hehe." Decak nya dengan tangan menopang dagu.
"Harus di abadikan!!" Ujarnya riang.
Gadis itu mengeluarkan ponselnya lalu memotret pelangi yang memang sangat indah.
Setelah puas memotret, Embun lalu beranjak karena warna pelangi itu juga sudah mulai memudar.
Perlahan warna itu lenyap menyisakan langit dengan Awan nya saja.Tuk
Tuk
Suara tongkat Embun bukan hal baru lagi, kemanapun ia pergi, selalu mengandalkan benda panjang itu.
Walaupun sudah berdamai dengan keadaan fisik nya, tetap saja kadang ada masanya Embun berandai-andai dengan fisik yang utuh kembali lagi.
Ia ingin kehidupannya kembali seperti dulu...
Seperti ketika ia dan pelangi adalah kakak beradik yang akur dan saling menyayangi.
Embun rindu, sangat rindu dengan pelukan pelangi, tatapannya dan juga ucapan ucapan manis yang sering kali ia dengar dahulu dari mulut sang kakak.Gadis itu tersenyum dengan mata menatap kosong. Ia terlarut dalam khayalan nya Sampai tidak menyadari sang ibu berdiri di hadapannya -menatap tak mengerti wajah putri nya itu.
"Embun..." Panggil Nayla tapi tak ada respon dari gadis itu. Nayla geleng kepala.
'lagi ngelamunin apa ya? Sampai gak ngeh ada bunda nya?'-monolog Nayla dengan mimik penuh tanya.
"Adek!" Panggil nya kembali. Embun terjengit. Gadis itu menyengir lucu menggaruk pipinya, malu.
"Hehe, eh bunda?"
"Bunda panggil dari tadi kok diam aja? Lagi ngelamunin apa sih, dek? Hm? Ada yang mau di ceritain ke bunda gak?" Ucap Nayla seraya mengusap kepala Embun. Wanita itu ikut duduk di samping sang putri.
Embun menggeleng dengan senyum manisnya. "Enggak ada apa apa kok Bun! Embun cuma lagi keingat sesuatu aja... hehe" ia terkekeh hambar di akhir kalimat nya. Wajahnya lalu tertunduk.
Nayla tersenyum simpul. Tatapannya lalu tanpa sengaja melihat lebam di jemari Embun. Wanita itu terbelalak dan langsung meraih tangan si gadis dengan cemas.
"Kenapa bisa lebam dek?" Embun terdiam. Nayla semakin cemas melihat reaksi sang anak.
"Embun... jujur sama bunda! Apa yang terjadi? Kenapa tangan kamu leb-" belum selesai kecemasan Nayla, matanya kembali menangkap luka di sudut bibir Embun, sudah tidak berdarah tapi robekan nya masih terlihat jelas. Wanita itu semakin cemas di tambah lagi dengan keterdiaman Embun.
"I-Ini kenapa sayang? Kenapa bibir kamu luka? Ayo jawab Embun!! Siapa yang lakuin ini ke Embun?" Cecar Nayla dengan pertanyaan yang menyudutkan.
Embun mengangkat wajahnya dengan mata berkaca-kaca, ia tidak mungkin berbohong lagi, sang bunda tentu tidak akan percaya.
"Bunda gak suka ada kebohongan!!" Suara intimidasi Nayla terdengar sangat dingin. Bukan tanpa alasan ia berucap demikian, pasalnya kini ia tengah di rundung cemas lantaran mendapati luka di tubuh anaknya.
Tak hanya jemari tangan saja tapi juga lengan Embun pun tak luput dari bekas kekerasan yang entah siapa pelakunya. Hati Nayla serasa mendidih. Sementara Embun menatap dengan mata berembun-sekuat tenaga menahan agar tidak menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
sibling's
De TodoJANGAN LUPA VOTE YA GUYS!!!❤️ Ini kisah pelangi yang indah disandingkan dengan Embun yang penuh dengan kesederhanaan. •Dua gadis, dengan dua karakter yang berbeda. •Kisah yang di bumbui dengan tragedi, serta teror misteri pembunuhan berantai. •sebua...