Bab 12 : pergi?

61 16 10
                                    

SIBLING'S
—(♡♡happy reading♡♡—

-
-
Maaf ya baru bisa update
🥺🙏🏻
-
Semoga suka
-
Jangan lupa vote ya guys 😺
-
-

"Pak, bapak liat Embun gak?" Pelangi bertanya kepada penjaga sekolah yang barangkali tau atau sempat melihat adiknya meninggalkan gedung sekolah.

Lelaki itu terdiam untuk sejenak.
"Oh, neng embun udah keluar tadi. Memangnya neng pelangi gak liat?"

"Udah pulang? Sama siapa, pak?"

"Ya sama mobil yang biasanya jemput sih kalau tidak salah?" Jawab lelaki itu.

Pelangi menghela nafas lega mendengar ucapan itu.

'syukurlah...' ia menyentuh Pelan dadanya.

Teman teman nya tentunya heran dengan tindakan pelangi. Karena yang mereka tau, gadis bernama pelangi ini sangat tidak suka dengan adiknya sendiri. Tapi sepertinya rasa benci itu mulai perlahan terkikis.
Semoga saja.

"Yuk Balik!" Pelangi melangkah menuju motornya tanpa memperdulikan wajah cengo sahabat nya yang ingin sekali mewawancarainya perihal berubah nya seorang pelangi. Ini hal yang seharusnya di pertanyakan bukan.

"Seneng nya liat pelangi khawatirin Embun..." Celetuk Luna memandangi punggung pelangi yang sudah duduk di jok motor nya.

"Iya ya, tapi kok agak aneh." Timpal ara.

Larissa berdecak. "Ck, udah sih. Kalian gak usah komentarin sikapnya pelangi. Biarin... Ini tuh masalah pribadi jadi kita ga boleh ikut campur."

Semua mengangguk setuju. Mereka lalu menuju kendaraan masing-masing, dan kemudian melaju meninggalkan sekolah.

*****

"Bagaimana tawaran ku? Kamu tertarik?" Tanpa permisi sosok bertopeng itu duduk di sisi seorang gadis.

Gadis berambut panjang itu seketika terlihat pucat pasi. Dengan gemetar ia coba memalingkan wajahnya—enggan menatap sosok yang entah berapa kali dengan sengaja memunculkan dirinya, walaupun masih dengan topeng.

Embun penasaran, ia ingin sekali mengetahui sosok di balik topeng yang entah darimana Sampai ia tahu segala hal menyangkut Embun dan juga pelangi.

Embun berupaya menghindar dan beranjak dari sana tapi satu kalimat dari mulut sosok itu berhasil menahan langkahnya.
Embun gusar, cemas dan bingung harus menerima atau menolak tapi... Jika menolak maka ada konsekuensi yang mau tidak mau harus ia terima, sayangnya hal itu adalah hal paling mengerikan bagi seorang Embun.

Dengan desah nafas berat ia menjawab dengan wajah tertunduk.

"Embun bersedia. Tapi... Kamu juga harus tepatin janji kamu."

Gadis bertopeng itu mendekat lalu mengulurkan tangannya menyentuh wajah Embun.

"Bagus. Ingat konsekuensi nya jika kamu berubah pikiran! Ada harga mahal yang harus kamu bayar!"

Setiap kata yang terlontar semakin memicu rasa was-was dan ketakutan di dalam diri Embun. Buliran peluh menjadi pertanda ia tengah menahan rasa takut nya.

Sosok itu memiringkan kepalanya sembari merapikan rambut Embun, meletakkan helaian itu ke telinga sang gadis dengan lembut

"Ketakutan, hanya akan membuat mu kehilangan kontrol pada tubuh mu sendiri! Kendalikan itu!!"

Ia kemudian berjalan santai dengan jubah yang sudah terpasang di seluruh tubuh. Penampilan itu membuat ia sama sekali tak di kenali.

Embun menghela nafas panjang, lutut nya gemetar dan akhirnya ia pun memilih kembali duduk, memandangi hamparan danau di bawah langit petang. Beberapa kali ia mendesah berat.
Raut ketakutan nya kini sudah hilang berganti dengan rasa bimbang.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang