Bab 33 : 27 menit!

55 14 6
                                    

┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┓
     —(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡—    
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
-
-
-
_____________

Suara senandung lirih terdengar memecah Hening di lorong-lorong gelap sebuah ruangan yang begitu pengap oleh aroma darah yang menguar—memenuhi Indra penciuman.
Sementara itu, di balik ruangan lain terlihat siluet gadis berjalan gontai berusaha mencari jalan keluar dari tempat mengerikan ini. Tempat dengan aura kematian terasa sangat dekat.

Sesekali ia menatap ke belakang dengan raut ketakutan. Wajahnya bermandi peluh seukuran jagung dengan warna kulit yang kini memutih—pias, tanpa rona kehidupan sama sekali yang terpancar.
Rambutnya acak-acakan, lepek dan berbau anyir oleh darah nya sendiri.

Kakinya, berjalan menimbulkan suara karena yang ia tapak bukanlah permukaan kering melainkan lantai berlumpur dan juga ada aliran air yang mengalir di sisi dinding.
Jika diraba, permukaan dinding di satu sisi lebih seperti bebatuan dan mungkin air yang menggenang ini juga berasal dari celah bebatuan yang menjadi dinding ruangan tersebut.
Tak salah lagi, ruangan ini adalah ruangan bawah tanah yang mana di bentuk dengan menggali dan mengikis bebatuan keras di dalamnya, sehingga begitu kokoh dan juga tempat ini sepertinya akan sangat sulit untuk menemukan pintu keluar.

Gadis itu sudah sangat putus asa, berkali kali ia menyusuri lorong demi lorong yang serupa labirin itu namun sayangnya, ia tidak mendapati pintu keluar yang ia harapkan.
Tubuhnya bahkan kembali tersungkur di saat jangkauan matanya tak mampu menelisik kegelapan di depan sana.
Ia tidak melihat ada tiga undakan tangga yang menjadi pemisah antara tempat nya berdiri dengan bagian lain yang lebih rendah.
Tubuhnya terhempas cukup kasar ke dasar lantai.

Terdengar ia meringis kesakitan merasakan rasa remuk di sekujur tubuhnya. Bukan karena terjatuh tapi ringisan itu disebabkan oleh luka penganiayaan yang ia dapatkan semenjak dirinya di sekap oleh gadis bertopeng itu.
Hal itu pula yang memotivasi nya untuk berupaya meloloskan diri dari tahanan si sosok misterius tersebut.

'gue harus bebas! Gue mau pulang ....'

Ia terisak lirih sembari berusaha bangun. Matanya mengedar sesaat setelah mendengar suara gesekan yang ia yakini adalah suatu langkah si gadis bertopeng.

Gadis malang itu memacu langkahnya menuju ke sebuah pahatan patung abstrak yang berjejer di beberapa sudut ruangan.
Dengan tubuh gemetar ia terus merapalkan  doa, semoga saja ia tidak ditemukan.

"Hmm ... Sepertinya ada yang aneh. Who is that?" Masih dengan topeng, ia berjalan dengan santai menuju tempat persembunyian si gadis tadi, seolah dia sudah tau ada sosok yang bersembunyi di balik nya.

Beberapa kali ia mengedarkan pandangannya melihat sekeliling tapi ekor matanya tak mendapati siapapun, hingga kemudian ia akan berlalu tapi ...
Arah matanya kini menangkap bayangan sosok yang tengah meringkuk di sudut ruangan gelap miliknya.

Gadis itu menyunggingkan senyum penuh kemenangan sembari melangkah perlahan.
Uluran tangan pucat membuat gadis yang tengah bersembunyi lantas terkejut bukan main dengan mata membola.

"I found you, dear!"

*****

Tiba di mansion kediaman Bagaskara, pelangi langsung menghambur memeluk arkan dan Nayla dengan air mata berderai.
Gadis itu bahkan tidak bisa membuka suara untuk berucap, hanya handphone miliknya yang ia berikan pada sang ayah. Lebih tepatnya ia memperdengarkan voice note yang berisi suara embun meminta pertolongan.

Arkan menghela nafas panjang, untuk beberapa detik ia menatap bergantian wajah istri dan juga putrinya yang tengah memeluknya dengan lelehan air mata.
Arkan tidak bisa berbohong, dia pun sama cemasnya dengan Nayla dan pelangi tapi kali ini ia harus bisa menenangkan kedua perempuan di hadapannya ini.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang