Bab 29 : sahabat lama

51 13 4
                                    

┏━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┓
     —(♡♡𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰♡♡—    
┗━━━━°❀•°✮°•❀°━━━┛
-
-
-
______________

Semenjak perdebatan sengit pelangi dengan Ara tempo hari, kedua gadis itu sama sekali tak bertegur sapa.
Bahkan sekedar melihat satu sama lain pun mereka enggan.

Pagi ini, pelangi memilih duduk sembari menunggu kelas dimulai. Tak ada perbincangan hangat lagi yang terdengar dari mulut para sahabatnya.
Semua turut merasakan atmosfir yang tak nyaman dan itu karena perselisihan di antara kedua gadis tersebut.

Pelangi sibuk dengan kegiatannya Sendiri, tak mau menggubris tatapan mata sahabatnya yang sepertinya ingin mengajak nya bercengkrama.
Sofia beberapa kali menghela nafas berat sambil memandang satu persatu wajah sahabatnya yang lain. Semua sama sama menampilkan raut wajah tertekuk.

"Good morning, guys!" Sapa gadis berambut cokelat yang baru saja masuk.
Wajahnya terlihat riang tapi saat menatap gadis yang duduk di bangku paling depan, raut wajahnya berubah masam.
Ia melirik dengan tatapan sinis, Sembari melangkah cepat melewati bangku tempat pelangi duduk.

Pelangi pun sama saja, gadis itu semakin kesal saja setelah melihat wajah Ara  yang sudah berani menuduh adiknya sembarangan.
Tepat sesaat setelah Ara melewati mejanya—pelangi segera berdiri. Berjalan hendak meninggalkan ruang kelas.

Di saat punggung pelangi menghilang dari pandangan mereka, semua langsung mendengus dingin sembari menggeleng tak habis pikir.
Padahal jika dipikir-pikir masalah tempo hari bisa saja diselesaikan dengan baik baik tapi berhubung keduanya sama-sama gadis keras kepala dan ber-ego tinggi, akhirnya masalah itu bukan nya selesai justru jadi semakin panas.

"Ra! Lo gak ada niatan buat selesain masalah lo sama pelangi gitu? Minta maaf lah raa! Ga enak banget tau diem-dieman gini!" Cetus Luna dengan penuh harap. Ara mendelik sinis, "yang mulai kan dia! Kenapa gue yang harus minta maaf?! Ogah banget!" Ketus Ara tak terima.

"Tapi raa ... Lo juga salah! Masa iya lo main nuduh Embun seenaknya gitu sih? Embun tuh anak baik baik! Mana bisa dia bunuh orang!" Sofia berujar dengan yakin bahwa pelaku nya bukanlah Embun seperti yang Ara pikirkan.

Ara meletakkan kasar buku novel yang tadinya ia baca, "TERUS? MAKSUDNYA PELAKUNYA ITU GUE GITU?!" Bentak Ara galak.
Fia langsung menggeleng cepat, sahabat nya ini memang sedikit temperamen itu sebabnya harus hati hati berbicara dengan nya.

"Bukanlah! Gue gak mungkin nuduh lo! Gue kenal lo dari lama, bukan sehari dua hari aja, dan gue yakin lo bukan pelakunya!"

"Iya Ra! Jangan ngegas gitu lah! fia kan niatnya baik, pengen kalian damai lagi," ujar Larissa menengahi.

Ara menghela nafas panjang, setelah ia berpikir dengan kepala dingin, sepertinya benar juga apa kata teman teman nya tapi yang namanya ego, mana mungkin semudah itu di kalahkan.

"Gue sih, pengen ... Tapi dia dulu yang harus minta maaf! yang nuduh duluan kan dia." Ara menatap malas wajah masam sahabat nya yang semakin tertekuk.
Dalam hati mereka sudah pasrah. berharap pelangi minta maaf lebih dulu? sepertinya itu mustahil terjadi mengingat perangainya yang sedikit angkuh.

"Yah ... Lo gak mau ngalah gitu Ra?" Ujar Larissa lagi berupaya membujuk.

"Gak lah. Ngapain?" Ucap Ara sinis.

Larissa kembali menghela nafas berat—ia menyenderkan kepalanya ke tembok dengan mata memindai wajah Ara lalu beralih ke yang lain.

"Tapi Ra ... Gue penasaran deh, kenapa bandu kalung lo ada di tempat kejadian?" Luna bertanya dengan raut serius.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang