Bab 8 : insiden

118 19 0
                                        

SIBLING'S
—(♡♡happy reading♡♡—

-
-
-

Suara dentuman besar tiba tiba saja terdengar. Siswa siswi yang sedang asik menyantap makan siang mereka di kantin sekolah lantas menghentikan aktivitas nya.
Semua mata saling pandang lalu perlahan mereka mulai berkumpul—saling merapat satu sama lain.

Ada perasaan cemas yang menggelayut di pikiran mereka, bukan tanpa alasan mereka cemas, pasalnya kabar kematian salah satu siswa BIHS terlalu menggemparkan, bahkan masuk dalam pemberitaan media.

Sedetik kemudian terdengar pekikan histeris dari seorang gadis. Semua langsung berlari keluar kantin—menuju asal suara.

Semua diam dengan tubuh gemetar, tatapan puluhan pasang mata Kini terkunci ke depan sana.
Ada gadis bersimbah darah yang terbaring dengan posisi tengkurap, seragamnya telah berubah warna menjadi merah.
Semua panik, semua cemas. Apa ini ada hubungannya dengan kematian siswa bernama Gabriela?.

Pelangi dan para sahabatnya juga ada di sana, tak terkecuali Embun. Gadis itu tertatih mendekat. Persendiannya terasa lemas melihat darah sebanyak itu, bagaimana pun ia pernah melihat begitu banyak darah banjir keluar dari tungkainya yang di potong dalam keadaan sadar.
Gadis itu menggeleng cepat. Nafasnya memburu—sangat gelisah.

"Tenang mbun... tarik nafas." Sofia menahan tubuh Embun yang terhuyung. Ia tersenyum lembut mengusap kepala gadis yang tinggi nya sedikit lebih rendah dari nya.

"Embun ok? Hm?" Tanyanya.

Embun mengangguk dengan wajah yang masih berkeringat. "Embun gak apa-apa kak." Jawabnya.

Sofia mengangguk. "Kalau gak tahan lebih baik menjauh mbun! Biar Kakak antar kamu ke UKS ya?" Tawar Sofia. Sangat lembut, ia memperlakukan Embun seolah Embun itu adiknya sendiri. Gadis itu mengangguk dan mengikuti langkah Sofia.

Interaksi hangat itu rupanya tertangkap oleh mata pelangi. Gadis itu diam diam memperlihatkan raut cemas melihat keadaan Embun.

'dia baik baik aja pelangi! Dia gak butuh Lo!'

Di saat ada dorongan untuk ia menunjukkan empati terhadap adiknya, ego justru Kembali mengalahkan hasratnya. Samar samar... Tatapan itu terlihat sendu. Kejadian di depan matanya kini tak berarti apa-apa, emosional nya berubah haluan. Ia jadi kebingungan harus apa.

"Itu temennya si Gabby bukan sih?" Suara bisik bisik siswi terdengar seraya menutup mulutnya tak percaya.
Seorang guru baru saja memeriksa siapa gadis yang terjatuh, dan ternyata itu memang benar sahabat Gabriela. Pertanyaan nya, apa yang terjadi terhadap sang gadis? Bunuh diri atau... Dibunuh?.

Semua sibuk menerka nerka. Semua mulai berteori Sendiri.

"Gila gak sih... Baru tadi pagi kita dapat kabar kematian Gabby. Sekarang, malah kita liat lagi secara langsung... Ini sebenarnya ada apa sih? Kenapa seolah kita di teror?" Suara itu milik salah seorang siswa.

Teror?

"M-masa iya ini teror beneran? T-tapi buat apa coba?" Luna berbisik lirih.

Tak di tanggapi akhirnya Luna pun kembali diam, semua sahabatnya tak bergeming—semua fokus menyaksikan tubuh bersimbah darah itu di masukkan ke dalam kantung jenasah setelah dinyatakan meninggal dunia.
Semua semakin heboh, desas-desus kabar semakin merebak ke mana mana. Bahkan dalam hitungan menit, BIHS menjadi trending topik di papan pemberitaan.

Pelangi melengos pergi begitu saja tanpa diketahui oleh sahabat nya yang masih betah berdiri di lapangan itu.
Semua guru juga masih berkumpul dan sepertinya pembelajaran akan terhenti untuk sementara waktu.
Jika tak ada insiden semacam ini mungkin semua siswa sudah bersorak gembira tapi kali ini berbeda, semua terlihat tegang.

sibling's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang