15

22 5 0
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝


Beberapa hari yang lalu, Ayung membuat janji untuk berkumpul bersama temannya. Dan hari yang dijanjikan itu adalah hari ini. Keempat lelaki itu berkumpul dirumah milik Lintang, katanya ada sesuatu yang hendak ia bahas juga dengan ketiga temannya.

"Sorry telat," ucap Ayung begitu mendudukan dirinya di sebelah Abada.

"Telat mulu bapak-bapak yang 1 ini," canda Anggar.

"Macet." Jawaban singkat itu sontak membuat Abada berdecih.

"Jawabnya agak panjang dikit kali brodi, yaelah pantes ditolak Sinar." Jika Sinar punya Ratu yang bermulut mercon, mana Ayung punya Abada yang mulutnya seberisik petasan saat bulan ramadhan.

"Cot ah, ni pesenan lo pada." Ayung menyerahkan beberapa kresek yang ia bawa pada ketiga temannya. Tadi memang mereka menyuruh Ayung untuk membeli beberapa makanan. Padahal, di rumah Lintang jelas banyak sesuatu yang bisa mereka lahap, tapi memang dasarnya lapar mata mereka jadi berakhir untuk membeli yang tidak ada di rumah megah itu.

"Jangan bahas itu, ni anaknya sensi. Soalnya Sinarnya ngejauh hahaha." Selamat kepada Anggar yang berhasil mendapat hadiah berupa 1 tatapan sini dari Ayung. Perkataan lelaki itu tidak salah, ia benar tentang Sinar yang terlihat sedikit menjaga jarak dengannya 1 minggu ini. Ntah apa alasannya, tetapi kini ada saja hal yang Sinar gunakan untuk menghindari dari Ayung.

Padahal sehari setelah ia menyatakan perasaannya, hubungan mereka masih baik-baik saka. Kelewat baik-baik saja malah, bahkan Ayung saja sudah bertanggung jawab atas rusaknya toko Sinar waktu itu.

"Sinar menghindar?"

Ayung sempat terdiam sebelum akhirnya mengangguk samar. "Ngga tau deh kenapa, udah seminggu bahkan kita ngga ketemu yang ngobrol gitu."

"Gue inget banget anjir, pas kemarin nemenin dia ke tokonya Sinar, dianya udah effort buat modus, eh Sinarnya kaya ogah-ogahan. Mana pas diajak ngobrol jawabnya sambil ngaleos."

Anggar sialan, mulutnya memang selalu bocor kapanpun dan dimanapun. Hampir mirip seperti Abada, hanya tertutup oleh wibawanya saja.

"Itu dia masih ngambek kali perihal yang lo nuduh dia? Atau dia kesel soal tokonya? Lo ganti cetnya pake yang ecek-ecek ya?"

"Gue ngga miskin, anjing." Pada akhirnya, sekuat apapun Ayung menahan umpatannya, jika sudah berhadapan dengan Abada maka akan percuma.

"Ya justru karena itu. Karena lo kaya." Ucapan Lintang barusan berhasil menarik perhatian semuanya.

"Gimana, Bang?"

"Minggu kemaren, gue ke rumahnya Ratu bu-"

"Anjing, ngapain lo ke rumah sepupu gue?!" Tanya Anggar dengan wajah sinis.

"Gue mau jemput Purin."

"Lah anjir makin plot twist. BALIKAN LO?!" Kali ini, pertanyaan yang terdengar amat menyebalkan itu keluar dari mulut Abada.

"Ngga, cuma mau nikah ntar." Sial, Ayung saja bahkan dibuat melongo. Bisa-bisanya Lintang berucap sesantai itu atas planning besar yang akan ia tempuh? Terlebih, calonnya adalah Purin. Mantannya yang ia campakan begitu saja 2 tahun lalu, mantannya yang amat ia benci, namun mungkin juga paling ia sayangi?

"Yang bener kalo ngomong geblek."

"Beneran anyink, dijodohin aing," jawab Lintang jadi ikut kesal juga. Kan tujuannya mengumpulkan teman-temannya untuk mengumumkan hal itu.

"Ini kan gue minta kumpul buat itu, tadinya gue mau ngasih tau ntaran. Tapi si Anggar ngeselin."

"Anjirlah, nikahnya kapan? Ko Purin masih mau sama lo?" Tanya Abada tak menutupi rasa herannya.

"Gue bilang dijodohin anjir, budeg kupingngnya."

"Jadi, sebenernya kalian gak sama-sama suka?" Tanya Ayung membuka suara.

"Yahh, gitu lah kurang lebih. Udah gue suruh batalin, dia malah suruh gue. Agak anjing emang."

"Aturannya kalo gitu kalian sekongkol lah buat batalin, bukan malah saling lempar gitu," Ceramah Anggar memberi masukan.

"Gak bisa lah kalau bang Lintang yang batalin, ntar dia nyesel yang ada." Ejekan dengan diakhiri tawa itu amat menyebalkan bagi Lintang. Tetapi, mau heranpun ini adalah Abada, maka ia hanya mampu berdecih.

"Jadi kapan tai? Dari tadi gue nanya ngga di waro mulu," Abada protes sambil mencebikkan bibirnya.

"2 bulan lagi, dateng lo pada."

"Mau kado apa? Rumah udah ada kan pasti? Kendaraan nangkring banyak yekan. Jadi, gak usah kasih apa-apa lah ya."

"Saham, masing-masing 10% gak apa-apa." Kontan saja, jawaban tidak masuk akal itu membuat mereka kompak menoyor kepala Lintang.

"Persiapan nikahnya diurus keluarga gue sama Purin. Kita terima jadi, paling meeting dikit ama WO ntar."

"Akhirnya, ada yang melepas masa lajang nyusul gue." Anggar mencolek bahu Ayung. "Kapan nyusul, Bang. Noh liat, keduluan sama Bang Lintang."

"Tau dah, pusing gue. Mana Harsa ngerengek terus buat minta ketemu. Padahal baru seminggu gak liat Osin," Cerita Ayung.

"Minggu kemarin gue nguping pas mau jemput Purin. Intinya mereka kaya lagi ngomongin Sinar yang habis nolak lo, Ga. Terus, Ratu ngasih tau lo siapa. I mean, Latio." Lintang sengaja menjeda ucapannya, ingin melihat bagaimana Ayung bereaksi.

"Jingga Lembayung, Sinar taunya itu kan? Bukan Jingga Lembayung Latio?"

Ayung mengangguk mengiyakan, memang benar sih, mungkin Sinar hanya tau bahwa ia adalah seorang dosen dan tidak lebih. Padahal ia adalah pewaris dari keluarga Latio yang koneksinya bukan main.

"Gue niat ngasih tau, tapi ya ntar. Lagian sepupu lo lancang bener gali tentang gue, mana tembus lagi," Dumel Ayung dengan wajah yang sudah tak enak dipandang.

"Ratu pernah cerita, diantara semua temennya, yang paling manut emang Purin. Tapi yang paling polos itu Sinar. Wajar aja, Ratu mampu dan dia mau protect temennya. Mereka itu bertiga lengket bener asal lo tau." Penjelasan Anggar tanpa sadar diangguki Ayung. Ntah bagian mana yang ia angguki, tapi poin untuk Sinar yang kelewat polos itu benar adanya.

"Sinar ngga bisa marah."

"Menurut gue lo salah langkah, Bang." Abada kali ini berbicara dengan nada serius. "Dulu, pas gue 1 sekolah kan sama dia. Dia masuk sama lewat beasiswa, kabar dia yang kurang mampu di perekonomian udah kesebar. Dulu sedikit banget yang dapet beasiswa, jadi begitu ada langsung kaya sorotan paham gak sih? Nahh karena itu Sinar jadi gak banyak yang nemenin."

"Apa hubungannya sama gue?"

"Sinar ada trauma Ga, ntah apa itu tapi gue juga denger Purin nyenggol tentang itu. Purin ngasih tau buat Sinar buka hati, dia bilang sulung juga berhak di cintai."

"Jadi, sebelum lo ngedeket dan mau dia sama lo, ambil dulu kepercayaannya, yakinin dia kalau lo ngga akan nambah traumanya, dan harusnya lo jujur lo itu siapa dari awal, Bang Jingga," Rangkum Anggar.

"Sinar pasti sedikirnya ngerasa lo sama dia jauh. Apalagi dia tipikal perempuan alpha tapi sebenernya insekyuran."

Nyatanya, Abada yang berteman 6 tahun dengan Sinar mampu memberi Ayung pencerahan. Tentu, Anggar dan Lintang juga.

"Jadi, sekarang lo kejar lagi dia. Mulai terbuka aja, sabar kalau memang dianya belum bisa terbuka. Nanti kalo ada apa-apa tanyain aja ke Ratu, lewat gue." Ucapan Anggar barusan di angguki Ayung. Jadi, ia harus mulai dari awal lagi?




🐝🐝🐝


Feedbacknya ditunggu cintah🤍💜🐝

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang