27

27 7 4
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Didetik pertama Sinar melihat sosok Ayung di depan gerbang rumahnya, ia mematung cukup lama. Kakinya seolah terpaku dan otaknya otomatis memerintahkan tubuhnya untuk diam pada tempatnya berpijak saat itu. Ini baru pukul  6 pagi, tapi Ayung sudah nangkring di depan rumahnya tanpa mengabari Sinar apapun.

Tak berbeda jauh, ditempatnya Ayung juga terkejut dengan keberadaan Sinar yang tiba-tiba itu. Ia tak menyangka gadis itu akan keluar sepagi ini. Namun keterkejutan Ayung hanya berjalan beberapa saat, karena ia kini menarik sudut bibirnya ke atas, sambil melambai pada Sinar. Pria itu lalu memberi isyarat agar Sinar mendekat padanya.

Sinar yang merasa tak memiliki alasan untuk menolakpun mau tak mau jadi mendekat. Dalam diam ia tersenyum saat wangi khas Ayung kembali dapat ia cium. Ah, ternyata ia benar-benar rindu sosok pria di hadapannya ini.

"Mau kemana pagi-pagi gini?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Ayung tanpa beban.

"Mau ke toko, jadwal crosscheck bulanan hari ini." Sinar mencoba menjawa seadanya. "Kalau Kang Ayung, lagi mau kemana? Pagi-pagi udah nangkring aja."

"Mau ketemu kamu, saya lagi mikir gimana ngajak kamu ketemu lagi setelah terakhir saya bilang hal yang gak seharusnya saya ucapin." Nada sesal itu amat kentara, sama sekali tidak Ayung sembunyikan.

"Lah, itu gue yang salah ninggalin lo gitu aja. Wajar banget lo kesel, dan Kang.., kalau lo cape terus mau nyerah atas rasa lo ke gue, it's oke. Suer, gue ga akan nyalahin lo. Jadi, jangan ngerasa terbeba-"

"Ngga, saya ga terbebani. Saya akui saya memang mudah kesulut emosi."

"Dan gue yang silent treatment."

Ayung terkekeh kecil. "Yeah, you and your secret life."

"Masih ada yang mau saya obrolin, boleh minta waktunya sebentar ngga? Nanti saya bantu kerjaan kamu." Lanjutnya lagi, berharap Sinar mau meluangkan sedikit waktunya.

"Boleh, tapi bener ya, bantuin gue."

Ayung mengangguk semangat, kemudian ia membuka pintu mobil yang tadi menjadi tempatnya bersandar.
"Come in," Titahnya.

"Thanks."

Perjalanan kali ini, terasa lebih lama dan berbeda. Karena jika dulu mereka akan membicarakan topik yang random, kali ini keduanya memilih bungkam. Beberapa kali pandangan mereka saling bersirobok, tapi Sinar dengan cepat menoleh ke sembarang arah. Obrolan baru tercipta saat mereka ada di ruangan kerja Sinar.

Ruangannya tidak besar, namun cukup nyaman untuk digunakan saat bekerja. Puluhan menit pertama mereka habiskan untuk mengerjakan pekerjaan Sinar yang ajaibnya bisa selesai kurang dari 1 jam.

"Ada gilanya ini 50 menit udah selesai aja. Emang beda kalau dibantuin orang berpengalaman mah euy." Candaan dengan logat khas sunda itu membuat Ayung tak kuasa menahan diri untuk tidak terkekeh.

"Ada-ada aja kamu."

"Hehehehe, makasih banyak ya Kang, gue ngerepotin lagi nih."

"Engga, kan saya juga mau nyita waktu kamu buat ngobrol tentang kita."

Sinar tertegun.

Tentang kita.

Satu kata, yang ajaibnya berhasil membuat jantungnya berdebar kencang.

"Sarapannya nanti aja, saya mau ngobrol dulu, boleh kan?" Seolah tau Sinar akan menyiapkan suguhan untuknya sebelum mereka berbincang, Ayung lebih dulu berucap. Karena nyatanya saat ini juga Ayung dibuat tak karuan, ia merasa belum bernafas lega jika masalah kemarin belum ia selesaikan dengan benar. Sangat berbeda dengan sisi Sinar yang mampu diam dan bertahan seolah semuanya baik-baik saja.

"Oke, mau ngobrol apa? Kita, udah sama-sama minta maaf, kan? Gue di maafin ngga?"

"Waktu tempo hari, kenapa kamu gak bilang kalau ada yang berniat jahat sama kamu? Saya minta maaf, buat saya yang bahkan gak sadar kamu mundur perlahan buat kasih saya waktu ngobrol sama Bunda. Maaf saya yang gak mastiin kamu baik-baik aja setelah dicemooh, setelah kamu dapet kata-kat gak enak, maaf. Padahal karena kamu, hubungan saya dan keluarga saya membaik."

"-tapi, nggak dengan hubungan kita. Jadi sekarang, sekali lagi saya mau memperbaiki semuanya. Maafin saya ya?"

"Minta maaf mulu, ini gak akan ada habisnya ah." Candaan dan tawa hambar itu berakhir dengan deheman dari Sinar yang melihat Ayung menatap cukup tegas kepadanya. Oke, kali ini topiknya mungkin cukup serius.

"Oke oke, pertama gue seneng dengernya kalau lo dan keluarga lo membaik. Really, i'm happy for you. Kedua, kondisi gue bukan tanggung jawab lo, Kang. Terlepas dari itu acar lo atau bukan, gue seharusnya bisa jaga diri gue sendiri kan?"

Ayung kali ini menatap Sinar cukup lama. Tatapannya menyayu, dan semakin lama semakin dalam. Seolah mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang timbul dibenaknya.

"Osin, sebenernya kejadian apa aja yang akhirnya ngebentuk kamu jadi kaya gini? Kamu juga manusia, gak apa buat sesekali bergantung sama orang. Kamu hebat, tapi bukan berarti kamu harus laluin semuanya sendirian."

"Siapa bilang gue laluin semua sendirian? Engga lah, emang gue supergirl."

Ayung mendekatkan posisinya. Sedikit merunduk demi bis menatap Sinar yang lebih pendek darinya. "Oh ya?"

Sinar mengangguk cepat, ia terlampau percaya diri, hingga kata selanjutnya yang keluar dari mulut Ayung membuatnya kembali mematung.

"Kalau gitu, izinin saya jadi orang yang selalu boleh bantu kamu. Tolong posisiin saya ke jajaran orang yang kamu cari pas kamu butuh, bisa?"

"Ntaran, kalau udah niat ya."

Meski jawabannya terdengar asal, tapi Ayung cukup puas. Apalagi melihat reaksi Sinar yang tadi sempat terkejut, ntah kenapa membuatnya senang.

"Saya cari orang yang kemarin niat lukain kamu, tapi katanya udah di hukum sama Taka. Cewenya juga udah dapet pelajaran, dari sepupu kamu itu."

Sinar tak terlihat terkejut kali ini, gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Osin."

"Hmm?"

"Saya udah bilang kan, kalau saya jatuh hati sama kamu? Saya udah bilang belum, kalau kamu wanita baik yang saya impikan jadi teman hidup saya?"

"Udah Kang, dan seinget gue. Gue juga udah bilang tentang betapa takutnya gue bersanding sama lo yang hebat itu, ya kan? Contoh kecil, acara kemarin aja gue kebanting, Kang."

"Mereka yang kaya gitu, cuma iri karena  value kamu jauh diatas mereka." Ayung merapikan rambut Sinar, ia menyelinap sedikit helaian itu ke belakang telinga Sinar.

"Osin, saya belum banyak tau tentang kamu. Karena ntah setinggi apa tembok yang kamu bangun, ntah udah sampai mana saya memanjatnya. Tapi yang jelas, selama kamu belum dapat pendamping, tolong izinin saya terus berjuang. Jadi sekali lagi saya mau tanya, mau gak kamu jadi wanita saya? Nanti saya ajarin kamu cara bercerita supaya kamu gak selalu mendengarkan. Dan kamu, ajarin saya untuk memperluas sabar saya yang memang gak seberapa itu."

Dalam hati, Sinar mengumpati Ayung. Bisa-bisanya ia tiba-tiba datang kembali dan langsung menyatakan cintanya lagi? Meski bukan pertama kali, rasanya tetap nyawa Sinar seperti melayang.

Lantas, apakah kali ini anggukan da  persetujuan akan Sinar berikan? Atau kata maaf dan penolakan kembali Ayung dapatkan?

🐝🐝🐝

Hayooo, diterima atau engga?

Komenn yaaa komennn😍😍😍😍

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang