43.

25 5 2
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Pov Jingga

Saya tercekat mendengar kata-kata terakhir Sinar. Gadis itu, sering kali membayangkan untuk pergi dan beristirahat dari kejamnya dunia. Tuhan, kenapa baru sekarang Kau pertemukan kami? Kenapa tidak mengijinkan saya untuk menolongnya saat itu?

"Gue akui, mental gue lemah banget. Tapi serius cape, gue pengen istirahat pas itu. Untung aja masih inget dosa, hehee." Bibirnya tercengir, tetapi netranya tidak tersenyum padaku.

"Tapi gue sembuh sekarang, gue sembuh sejak gue damai sama diri sendiri. Hidup semangat tapi ga memaksakan sesuatu, menerima kurang diri sendiri. Susah emang tapi, Ibu selalu ada di langkah gue. Ibu tau gue selfharm, gue udah gak lagi pake celana panjang kalau di rumah, gue udah bisa pake celana pendek hehe. Susah banget buat cerita, tapi gue rasa udah waktunya. Back to basic, gue ngerasa udah sembuh jadi bisa cerita."

Saya masih diam, menunggu ia berceloteh lagi.

"Gue tau Ibu pasti sedih, tapi sejak gue cerita gue bisa lagi rasain bahagia dan sedih. Walau beberapa waktu malah dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis. Dan here i go, gue dengan segala lukanya berhasil lolos."

Saya tersenyum, tanpa bisa di tahan tangan saya mengelus puncak kepalanya. "Terus, kenapa gak bisa kasih saya jawaban? Malah ngehindar? Kan udah sembuh?"

Kepala Sinat kali ini menggeleng. "Gue sembuh, gak berarti gue gak rusak, Kang. Gue sembuh di sini tuh maksudnya gue udah gak selfharm, gue udah bisa rasain seneng atau sedih dan gue udah nerima gue apa adanya."

"Itu udah cukup buat saya."

"Gak cukup, ibarat luka yang membekas dan gak ilang Kang. Gue emang udah ru-"

"Osin." Demi Tuhan, saya benci saat Sinar menyebut dirinya tak layak untuk dicintai, rusak, atau sebagainya. Tidakkah sedikitpun ia sadar, bahwa ia pantas untuk di cintai?

"Sorry."

"Kamu tadi bilang udah damai sama diri sendiri."

Saya mampu mendengar helaan nafasnya yang terasa berat. "Lo ngajak nikah, bukan lagi pacaran kalau lo lupa. Berdamai sama diri sendiri, bukan berarti gue bisa narik orang ke masalah gue seenaknya. Hidup orangnya nanti berantakan. Dengan latar keluarga gue, yang kaya tadi gue ceritain lo emang masih mau? Kata gue sih pikirin lagi. Bayangin mertua lo kaya Bapak gue."

Belum sempat saya menjawab, Sinar sudah menatap saya lurus. "Gue juga setakut itu buat jalin hubungan, gak sama lo doang, sama orang lain juga gue sesusah itu buat percaya. Karena di otak gue, Bapak aja yang harusnya jadi orang pertama yang lindungi gue malah jadi orang pertama yang noreh luka, apalagi orang lain? Ibu selalu bilang gak semua cowo sama, tapi susah."

Baiklah, sepertinya saya tau langkah apa yang akan saya lakukan.

"First of all saya mau bilang makasih karena kamu tadi udah ngijinin saya tau betapa hebatnya kamu selama ini, pasti sulit, makasih ya? Harusnya saya ngomong tadi pas kamu selesai cerita, maaf."

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang