9

31 6 4
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teteh semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Mobil Ayung kini berhenti di depan rumah minimalis milik Sinar, ia tentu memaksa Sinar agar mau diantar olehnya meski Sinar sempat menolak. Rasanya hari ini berlalu terlalu cepat.

"Makasih ya Kang, maaf gue ngerepotin." Ucap Sinar dengan senyum yang ia sunggingkan pada Ayung. Namun, bukannya turun Sinar malah menatap tepat pada iris hitam milik lelaki bermata kucing di depannya ini. "Apapun yang terjadi, lo hebat udah sampai di titik ini. Makasih buat ga nyerah, semangat buat hari besoknya, Kang. Gue turun ya, makas-"

"Osin, tunggu dulu." Ayung refleks memegang tangan Sinar, membuat pergerakan Sinar terhenti. Gadis itu lalu melirik dan memasang wajah bertanya.

"Masih punya waktu engga buat dengerin cerita saya?" Sinar tak langsung menjawab, ia memang memiliki banyak waktu sih, tapi cerita apa yang ingin Ayung sampaikan? Apakah ada yang salah dengan kata-katanya tadi? Padahal ia merasa sudah merangkainya sebaik mungkin.

"Mau cerita apa kang? mau cerita di sini atau mau di mana? " Tanya Sinar melirik pada Ayung.

"Di sini aja, Harsa juga lagi tidur dia nggak akan denger."

Sinar mengangguk paham, sepertinya ini topik yang cukup sensitif. "Oke jadi apa yang mau lo ceritain?"

Kali ini Ayung terdiam beberapa saat, seolah sedang berpikir harus dari mana ia mulai bercerita kepada Sinar. Lalu detik setelahnya, Ayung memutuskan untuk menuliskan sesuatu di ponselnya yang kemudian dia berikan kepada Sinar. Ayung diam, sengaja memperhatikan raut wajah sinar yang perlahan mulai terlihat sangat terkejut. "Ini..,ini benar Kang? lo nggak lagi salah ketik atau lagi bercanda kan, Kang?" Tanyanya memastikan.

Ayung tersenyum tipis, ia lalu menggeleng dan menatap sinar. "Entah kamu percaya atau nggak, tapi itu faktanya Sinar. Saya belum pernah menikah, dan dia juga bukan anak biologis saya. Tapi seharusnya jadi ponakan saya."

Setelah mendengar kalimat penjelasan itu, Sinar terdiam. Otak pintarnya langsung paham bahwa Harsa adalah anak dari Biru, kakak Ayung yang baru saja mereka kunjungi makamnya. "Kang, jadi..., jangan bilang-"

"Iya, Harsa anak dari kakak saya yang tadi kita nadranin makamnya. Dia itu Ayah biologisnya Harsa."

Ayung menyandarkan punggungnya pada kursi kemudi, matanya seolah menerawang jauh mengingat kembali kenangan yang sebenarnya sangat ingin dia kubur. Kenangan pahit yang sempat membuat hidupnya berantakan.

"Semuanya dimulai lima tahun yang lalu. Pas itu saya pacaran sama perempuan, namanya Linda. Hubungan kami udah berjalan hampir 2 tahun, tapi harus pisah karena satu insiden. Waktu itu Linda tiba-tiba minta putus sama saya. Saya yang tiba-tiba diputusin satu pihak itu jelas ga terima. Saya nanya apa alasannya ke dia, tapi dia nggak kunjung kasih penjelasan ke saya."

"Dia cuman maksa saya buat setuju biar kita putus. Dan kamu tau? Gak lama dari sana, tiba-tiba saya lihat dia di rumah lagi ngobrol sama kakak saya. Disitu, saya tahu apa alasan dia pergi ninggalin saya. Saya tau, saya selalu kalah dari Mas Biru. Mereka akhirnya menjalin hubungan di depan saya, pas itu saya dipaksa untuk mengalah sama Bunda."

Ayung terdiam, ia menipiskan bibirnya sebelum melanjutkan ucapannya. "Hubungan kami sempet renggang, saya akhirnya keluar dari rumah Bunda. Bunda ijinin, dengan syarat saya kasih restu mereka berdua dan saya harus mau jadi rektor. Padahal kamu tau fashion saya di musik, bukan mengajar apalagi dengan semua tektek bengeknya. Saya ga suka, padahal waktu itu saya ada tawaran cukup besar buat gabung jadi produser musik."

Sinar terdiam, tak tahu harus berkomentar seperti apa. Karena jujur saja, ia tidak menyangka keluarga Ayung akan memiliki cerita seperti itu.

Ia pikir, kelurga lelaki itu harmonis. Yang ada di otaknya, keluarga sang guru sangatlah bahagia, seperti Ayung yang terlihat sempurna.

"Saya kecewa banget, kaya semua yang saya punya dan saya mau, semua bahagia saya direnggut dalam  1 waktu. Saya ngga dikasih kesempatan buat nolak, katanya sebagai adik saya harus ngalah. Katanya saya harapan terakhir mereka."

"Terus, mereka nikah?"

Ayung mengangguk pelan. "Mereka nikah, dan Mas Biru meninggal sebelum Harsa lahir. Kamu tau? Saya udah ikhlas dengan hubungan mereka dan semua yang terjadi. Tapi lagi-lagi saya dibuat jengah sama keadaan. Linda nyerahin Harsa sama kami, dia ga mau ngurus anaknya sendiri. Dan saya, yang harus ngurus dia. Awalnya berat, saya ngerasa ga adil sama sekali, tapi lama-lama saya beneran sayang sama dia. Dia jadi alasan cape saya hilang, saya jadi punya alasan buat cepet pulang."

"Hah?? Terus sekarang, mamahnya Harsa, kemana?"

Ayung mengangkat bahunya acuh, wajah datarnya menambah kesan bahwa ia tak peduli. "Ga tau, dan saya ga peduli juga dia mau dimana. Dari mereka nikah, rasa saya perlahan hilang buat Linda, dan lama-lama berubah jadi marah karena dia terkesan main-main sama keluarga saya."

"Kalau kamu ngeh, tadi saya ga banyak bicara kan sama Bunda? Kami sekarang beneran bicara secukupnya."

"Kalian, atau cuma lo doang, Kang?" Tembak Sinar.

"Yahhh, gitu deh. Rasa kecewa saya ke Bunda sama Ayah ternyata lebih gede."

Sinar kini menggerakkan kepalanya ke atas dan kebawah, paham atas rasa Ayung yang kecewa pada orang tuanya. Karena jika dibalik pun Sinar akan sama kecewanya.

"Wajar sih, gue jadi lo juga kesel. Tapi 1, lo keren bisa laluin semuanya. Lo, ntah kepaksa atau engga tapi berhasil keliatan baik-baik aja sama nyokap lo depan Harsa. Gue tau itu ga mudah." Sinar kini menatap manik mata pria di sampingnya ini. "Tapi, alangkah lebih baik lagi kalau lo bisa bener-bener baikan."

"Susah, saya udah coba."

Tangan Sinar menepuk pelan punggung Ayung. "Pelan-pelan aja, semuanya butuh proses. Segini aja lo udah keren, keren banget."

Dan percakapan mereka terhenti saat anak kecil satu-satunya disitu menggeliat pelan. Harsa terbangun, membuat Sinar pamit dan benar-benar masuk ke rumahnya karena Harsa merengek ingin pulang.

~~~

Maaf kalau gajelas, hueeeee. Dikit dulu yaaa, tolong feedback untuk aku 🤍🤍🤍

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang