🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋
Happy reading all,hope you enjoy 😘😘
🐝🐝🐝
Sweater rajut pink yang dipadukan dengan celana panjang hitam itu menjadi pilihan Sinar untuk menemani Senin paginya. Pagi ini, ia sudah membuat janji dengan Huba Darmaji, salah satu produser muda yang namanya sudah cukup banyak dikenal oleh orang. Sudah sejak lama Huba menawarkan Sinar untuk membuat salah satu karyanya menjadi sebuah film. Namun, beberapa kali juga Sinar menolak dengan halus.
Saat itu, Sinar berfikir menerbitkan bukunya saja sudah lebih dari cukup. Tetapi setelah berpikir panjang, ia rasa tidak ada salahnya untuk menerima tawaran Huba yang satu ini.
Sinar sempat terpaku di depan gedung kantor yang Huba miliki, gadis itu menatap kagum pada bangunan tinggi yang ada di depannya ini. Namun, itu tak bertahan lama. Karena beberapa detik kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya untuk memasuki bangunan itu. Sinar menaiki lift untuk menuju ruangan Huba yang ada di lantai 7.
"Masuk." Titah Huba saat sekretarisnya mengetuk pintu.
Sinar lantas tersenyum dan sedikit membungkuk pada wanita yang sudah mengantarnya tadi ke ruangan Huba. Setelah wanita itu pamit undur diri, barulah Sinar benar-benar memasuki ruangan itu. Dilihatnya seorang gadis cantik yang tengah membaca beberapa dokumen dengan wajah serius sebelum akhirnya mengangkat kepala dan tersenyum menyambut kedatangan Sinar. "Duduk-duduk, mau minum dulu nggak? Atau mau nanti aja setelah rapat kita ngobrol-ngobrol santai?" Tanya Huba memastikan.
"Rapat dulu aja mungkin ya? Biar yang pentingnya udah kebahas," jawab Sinar seadanya.
Barulah setelah itu, rapat dimulai. Lima orang yang berada di ruangan itu saling melemparkan pertanyaan dan juga berdiskusi tentang apa saja yang akan dirubah atau tidak dalam pembuatan film kali ini. Ada beberapa poin yang cukup serius untuk dibahas pada rapat pertama kali ini, untungnya semua itu berjalan lancar hingga satu jam kemudian mereka sudah selesai membahas poin-poin itu.
Dan kini Huba mengajak Sinar ke cafe kantornya di lantai satu. Keduanya yang memang sudah kenal sejak dulu saat itu mengobrol santai "Akhirnya pinangan gue diterima juga."
Celetukan itu, hanya dibalas kekehan oleh Sinar. Memang benar sih, dulu Huba sempat merayunya untuk bekerja sama agar karya Sinar difilmkan. "Ya maaf, baru ada nyalinya sekarang. Untung lo juga masih nawarin gue, hehehe."
"Karya lo tuh bagus, sayang banget kalo gak dijadiin film."
Sinar lagi-lagi tersenyum. "Thanks ya, Ba."
"Santai lah. Gue juga makasih ke lo, udah mau kerjasama bareng gue." Huba memicingkan matanya. "Gue yakin bukan gue aja yang nawarin karya lo buat jadi film. Ngaku lo."
"Bener sih, tapi kok lu tau?"
"Sesama produser pasti liat potensi karya-karya lo." Huba manjawab santai. "Jadi tolong, kalo niat buat naiki film dari karya lo sama gue lagi ya, Nar."
Sinar mengangguk cepat. "Siap."
"Lo gak akan keteteran buat naskah baru, terus kerja di toko lo?" Tanya Huba penasaran.
"Engga sih, gue hold on dulu naskah gue. Seengganya sampe gue selesai di projek ini. Aman aman." Sinar mencoba menenangkan.
"Kalo deadlinenya kecepetan dan butuh waktu tambahan bilang ya." Titah Huba membuat Sinar tersenyum.
"Siap siapp."
Huba mengangguk, dan mereka kembali melanjutkan makan mereka sambil mengobrol santai.
~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/357470460-288-k593545.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSULUNG
General Fiction"Persetan dengan alasanmu mencintaiku, aku hanya tak ingin menarikmu pada seluruh masalahku" - Osinara Amara "Osinara selalu bercerita tentang kekurangannya, tanpa sadar ada banyak kelebihan di dalam dirinya. Lantas, adakah alasan bagi saya untuk ti...