🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋
Happy reading all,hope you enjoy 😘😘
🐝🐝🐝
"Segitu dulu, gimana? Masih mau denger cerita ecek-ecek gue ini? Masih mau sama gue yang punya daddy issue dan ayah yang kaya gitu? Di umur lo yang sekarang gak mungkin main-main kan Kang? Lo siap masuk ke lingkaran setan di keluarga gue?" Aku bertanya, sengaja memberi pertanyaan menembak seperti itu, aku ingin melihat reaksinya.
Tetapi, apa ini? Yang aku lihat adalah tatapan tulus dari Kang Ayung, juga tangannya yang perlahan menggenggam lagi tanganku karena tadi sempat aku lepaskan. Kenapa ya, orang sebaik dirinya malah jatuh cinta kepada wanita sepertiku? Padahal jika dipikir lagi ia mampu mendapat wanita yang lebih segalanya dariku.
"Selama saya ngedengerin kamu, gak ada sedetikpun saya mikir untuk mundur, saya malah semakin berharap saya bisa dampingi kamu kedepannya."
"Oke then, gue lanjutin ya. Gue pokonya udah secape itu, sampe endingnya gue berubah, dari yang asalnya kalau Bapak minjem gue gak pernah nagih kesini-kesini gue jadi nagih. Gue mikir kalo di diemin terus tuman gak sih? Bahkan sejak gue lulus sekolah, gue gak pernah minta apapun sama ortu gue. Dan yang buat gue makin sedih itu, setiap gue nanyain uang gue, Bapak selalu kaya jadi pihak yang paling tersakiti. Mungkin buat lo ini hal yang asing, tapi ini makanan sehari-hari gue."
Kebiasaan orang Indonesia, saat meminjam uang mereka akan menjanjikan dengan penuh percaya diri, tetapi saat kita butuh dan menanyakannya mereka akan membuat kita jadi sisi jahat yang tak pengertian. Walau jelas, itu pada dasarnya adalah hak kita. Dan sialnya, Bapak adalah salah satu dari banyaknya orang yang seperti itu.
Pernah suatu hari, di hari pertama puasa, aku bertengkar dengannya. Tidak, lebih tepatnya Bapak yang tersinggung dengan percakapan kami.
Saat itu, kami semua tengah bersiap untuk sahur. Aku tengah duduk di depan TV bersama Bapak, sementara Ibu tengah memasak di dapur.Bapak melihat ke arah telingaku, lalu berkata. "Udah lama kamu gak pake anting, beli atuh."
Aku hanya mengangguk kecil, tak ingin menggubris sebenarnya, hanya saja perkataan selanjutnya berhasil membuatku cukup gemas.
"Kan udah kerja, beli anting doang bisa kali, biar kaya perempuan."
Saat itu aku benar-benar langsung menatapnya. Tuhan, tak sadarkah ia seluruh perhiasan milikku raip karena dijual untuk kebutuhan sehari-hari saat itu? Tak sadarkah ia bahwa aku yang berkorban? Padahal, seingatku terakhir kali perhiasanku yang dijual itu adalah hasil kerjaku sendiri.
Bahkan aku tak pernah membahasnya, aku tidak pernah mempermasalahkan aku yang tak memakai satupun perhiasan.
"Yaudah nanti Sinar beli, tapi Bapak bayar dulu uang yang waktu itu di pinjem. Yang sejuta aja, sisanya gak usah. Lumayan buat nambahin."
Aku melihat rautnya perlahan berubah, seolah tak terima. "Jangan gitu lah, ke orang tua juga."
Aku tidak berkomentar apapun selain berdecih kecil. Sungguh, jangan salahkan aku, aku hanya kesal dengannya. Aku paling tidak bisa dibuat kesal saat baru bangun tidur, emosiku sering kali tak terkontrol.
"Berapa, berapa hutang Bapak? Heran ke orang tua aja masih itungan, anak jaman sekarang emang."
Sial, nadanya yang terdengar amat tersinggung juga kata-katanya yang seolah aku salah telah mengungkit kembali tentang uang yang ia pinjam padaku. Aku bertanya-tanya, sebenarnya kesalahanku ada di sebelah mana?
Aku yang saat itu tengah bersiap untuk sahur seketika kehilangan minat pada makanan yang Ibu simpan di hadapan kami. Aku, makan tanpa minat saat itu.
"Pas umur gue 22 tahun, gue sempet nagih ke dia tau Kang. Engga sih, sebenernya awalnya gini, waktu itu hari pertama puasa, pas mau saur gue duduk didepan TV nunggu Ibu beres masak, tiba-tiba Bapak nyeletuk gitu suruh beli anting karena emang gue pas itu gak pake. Gue awalnya cuma ngangguk iya-iya doang biar cepet, tapi tau gak dia malah bilang gini. Kan udah kerja, beli anting sendiri bisa kali hahahaha anjir ya, gue kesel banget tau Kang."
"Soalnya, perhiasan gue sebelumnya dijual juga buat kebutuhan sehari-hari, karena Bapak gak kerja waktu itu, kan gimana gue gak kesel ya? Terus jadi aja gue bilang nanti beli pake duit gue yang ada di dia, eh kesinggung terus kaya gue salah banget. Sumpah hari itu, gue nangis, gue beneran paling sensitif kalo udah berurusan sama Bapak. Kaya alay banget."
"Ngga alay, kamu keren."
"Lo tau gak sih yang buat ekonomi keluarga gue berantakan banget pas dulu? Itu karena Bapak ga pernah kerja, i mean dia serabutan, bahkan sampe gue udah kerja bertahun-tahun."
Aku masih tidak paham dengan jalan pikiran Bapak sejak dulu. Lelaki yang menjadi Ayah dari 3 anak itu tidak pernah bekerja tetap. Itulah mengapa keluarga kami tidak pernah berhasil maju, kepalanya saja selalu berleha-leha. Bapak bukan tidak bisa bekerja, ia hanya tidak minat untuk bekerja menjadi bawahan, juga tidak minat bekerja dengan gaji yang tetap. Karena ia takut penghasilannya diketahui oleh Ibu.
Karena selama puluhan tahun bersama, Ibu tidak pernah mengetahui penghasilan yang Bapak dapatkan. Aku yakin, ia takut ketahuan bahwa pengeluarannya lebih besar daripada untuk kebutuhan keluarganya sehari-hari.
Satu lagi, Bapak itu terobsesi dengan segala hal yang berbau Jepang. Dirinya rela menghabiskan tenaga, uang juga waktunya untuk mengurus hobinya itu, tentunya dengan mengorbankan keluarga kecilnya.
"Kata Ibu, banyak yang ngajak Bapak kerja, tapi yaitu gak ada yang Bapak terima. Dia kayanya gak seneng kalo penghasilannya ketauan. Secara pengeluaran dia besar banget. Tau gak sih? Kadang ya, dia suka marah-marah kalau gak ada rokok, tapi giliran kita minta buat kebutuhan pokok angkat tangan aja kalau gak ada. Giliran kita marah dianya gak terima, katanya gak ngertiin dia. Egois banget babeh gue tuh, better you pikirin lagi tentang rasa lo, serius deh."
Bukan apa-apa, aku yang anaknya saja lelah, aku tak mau membawa dan mengikat orang lain ke dalam masalah yang kau hadapi. Cukup aku saja.
🐝🐝🐝
Semoga kalian ga bosen bacanya ya😭🙏 maaf kalau aneh, tapi aku mau buat ini senatural mungkin. Karena kejadian kaya gini, buat kalangan yg hidupnya cukup sulit sering kejadian🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
BUNGSULUNG
General Fiction"Persetan dengan alasanmu mencintaiku, aku hanya tak ingin menarikmu pada seluruh masalahku" - Osinara Amara "Osinara selalu bercerita tentang kekurangannya, tanpa sadar ada banyak kelebihan di dalam dirinya. Lantas, adakah alasan bagi saya untuk ti...