30.

13 7 2
                                    

🔉🔉kata lebah kecil, kakak-kakak yang baca jangan lupa klik bintang di pojok kiri ya,komen juga biar teh almi semangat nulisnya hihi😋😋

Happy reading all,hope you enjoy 😘😘

🐝🐝🐝

Saat Sinar mendapat panggilan telepon dari Bunda Ayung, ia kaget bukan main. Katanya saat ini Harsa sedang bersama Nila, kakak kedua Ayung. Bunda bilang, bocah itu takut untuk pulang karena tadi baru bertengkar di sekolah dengan temannya.

Sudut bibirnya sedikit luka karena pertengkaran Harsa dan temannya membuat mereka adu jotos. Dan ntah ide dari mana, setelah tadi Nila menjemputnya di sekolah, bocah itu meminta Sinar untuk menemaninya pulang ke rumah. Mungkin ia pikir, jika ia datang dengan Sinar, Babanya tidak akan marah. Padahal jelas, nasehat pasti akan ia dapatkan, dan jelas sebenarnya Ayung tidak akan memarahinya tanpa sebab.

"Masuk masuk, Harsanya ada di dalem." Ajakan dari gadis jangkung itu menyapa rungunya saat Sinar berada di depan rumah megah di daerah Setraduta kala itu.

Dengan sopan Sinar mengangguk dan melangkah masuk. "Aku masuk ya, Teh."

"BUBUUU!!" Lengkingan suara Harsa begitu melihat sosok Sinar berhasil membuatnya otomatis berjongkok, apalagi kini Harsa berlari untuk mendekat padanya.

"Bubunya suruh duduk dulu dong ganteng," tegur Nila dengan halus.

"Iya Ateu," jawabnya menurut. "Bubu ayok duduk dulu, pasti lelah ya di perjalanan?"

"Haha engga kok, tadi Bubu ke sini pakai gojek jadi tidak cape."

"Mau minum apa? Jus atau mau kopi susu, Osin?"

Sinar otomatis melirik pada Nila, ia sedikit terkejut dengan panggilan Osin yang keluar dari mulut Nila. Ntah kenapa, rasanya asing tapi Sinar cukup menyukainya.

"Aku mau panggil Osin aja, biar cepet Akrab."

"Eh, iya boleh atu Teh hehehee." Sinar menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, sedikit kikuk karena ini pertemuan perdana mereka setelah acara keluarga kemarin.

"Jadi mau apa?"

"Kopi aja Teh, kalau boleh. Maaf ya ngerepotin."  

"Eyy, engga atuh, gak ngerepotin sama sekali. Itu yang ada aku ganggu jadwal kamu ya?"

Sinar menggeleng. "Engga da, aku udah selesai kerja juga."

"Engga naskahan?"

Lagi, Sinar dibuat terkejut dengan hal yang Nila ketahui. "Eh, engga Teh. Libur dulu, lagian itumah sampingan aja."

"Sampingan itu, apa Bubu?" Ternyata sikecil dari tadi memperhatikan.

"Jadi, Bubu punya 2 pekerjaan. Tapi yang satunya itu, dikerjain kalau lagi senggang saja."

"Oohh, seperti itu."

Tangan gadis berambut sebahu itu kini sudah membelai hangat kepala Harsa. "Iya, begitu Aa."

Sinar diam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya tangan itu berpindah pada sudut bibir Harsa. "Masih sakit engga?"

"Sakit Bubu, tapi Aa lebih takut dimarahi Baba," ucapannya terdengar tenang, namun respon tubuhnya yang otomatis menunduk dan memainkan jari cukup membuat Sinar sadar Harsa sebenarnya benar-benar takut.

"Mau latihan dulu sama Bubu ngga? Supaya nanti pas Aa jelaskan ke Baba jadi tidak terlalu takut?"

Ajakan yang Sinar lontarkan itu membuat Nila yang memperhatikan sejak tadi menarik sudut bibirnya. Ia kini paham kenapa adik dan keponakannya begitu menempel pada gadis ini.

BUNGSULUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang